(14) After Him

1.1K 212 96
                                    

Irene Bae memang cantik. Tidak akan ada yang menampiknya, fakta itu terlalu nyata untuk disangkal. Dia memang pantas bersanding dengan Kim bersaudara itu. Yang jelas keluarga Kim tidak akan malu menggandengnya kemanapun karena visualnya yang elegan.

Jangan lontarkan pertanyaan konyol seperti apakah keluarga Kim cuma ingin menantu pajangan atau apa? Visual itu nyatanya adalah hal yang selalu dilihat orang saat pertama kali berjumpa.

Tapi sekali lagi apa yang terlihat dengan mata tidak selamanya indah. Terutama jika membicarakan hati seorang manusia yang terlalu kompleks. Bahkan hati seorang Kim Seokjin terus bertanya dengan penasaran, mencoba menyelami sosok gadis Bae itu, menemukan hal yang bisa melengserkan bayangan wanita yang sudah jauh sekali.

“Adikmu itu lucu ya,”

Seokjin menoleh ke samping ketika wanita itu angkat bicara.

“Adikku yang mana? Namjoon?”

Tentu ia belum menangkap siapa yang dibicarakan Irene. Secara teknis dia punya delapan adik kandung yang menurutnya lucu dengan gaya masing-masing. Gadis Bae itu terkekeh geli, Seokjin sungguh berpikir Namjoon itu pria yang lucu?

“Taehyung,” tegas Irene. “Sepertinya dia orang yang menyenangkan,”

“Kenapa? Suka dengannya ya?” tembak Seokjin disertai tawa renyahnya. Matanya masih awas mencari cela jalan di depan, sesekali menekan klakson di tengah roda kemudi itu.

“Jujur saja Taehyung itu menarik lho, coba dia mau cepat merampungkan kuliahnya,”

“Akan kusampaikan pada Taehyung kalau kau mau jadi istrinya cukup dengan syarat lulus kuliah saja,”

Irene tertawa lagi mendengar candaan Seokjin. Sudah biasa Seokjin mendengar orang memuji Taehyung. Anak bungsu Yoon Bora itu memang sering menarik perhatian orang dengan citranya yang manis dan menyenangkan. Sayangnya mereka tidak tahu bahwa Taehyung itu punya citra ganda. He bet people will be in total shock due to his duality.

“Kau tidak tahu ‘kan dia sebenarnya anak bar?”

“Jaman sekarang orang biasa main ke bar, Seokjin,”

“Iya, tapi Taehyung itu sudah beda level tahu,” Kim Seokjin terkekeh. Tidak bermaksud menjatuhkan citra Taehyung, dia cuma memberikan petunjuk supaya Irene tidak kaget jika gilirannya dengan Taehyung tiba nanti.

Seokjin tersenyum hangat seraya mengucapkan sampai jumpa.
Manik matanya mengikuti langkah Irene memasukki rumah besar itu kemudian tangannya merogoh ponsel. Tak lama setelahnya ia mendengar suara manis itu menyapanya.

“Apa Taehyung di rumah?”

“Ah... Oppa... anu... dia belum pulang dari kemarin,”

“Pergi kemana?”

“Aku tidak tahu,” jawab gadis di seberang sedang Seokjin berdecak pelan. “Kurasa dia marah padaku,”

“Kenapa marah?”

“Ah... itu... jadi...” Seokjin tidak tahu sudah berapa sekon terlewat tapi Sana tidak memberinya jawaban yang jelas. Dia mulai berpikir ada sesuatu yang terjadi di antara Taehyung dengan si pengasuh byeongari.

“Kapan kau pulang?”

“Sana, hari ini aku tidak pulang,” Seokjin mendengar napas kecewa Sana. “Aku tadi mau menghubunginya tapi sepertinya nomorku diblock. Minta tolong Namjoon ya kalau ada apa-apa!”

“Ah iya.”

Pria sulung itu menutup teleponnya dengan napas berat. Detik demi detik bergulir dan ia menghabiskannya dengan menarik napas dan menghembuskannya. Terkadang Seokjin berpikir ia terlalu protektif pada Taehyung. Tapi anak satu itu mana paham bahwa tanggung jawab atas Namjoon hingga Lia, semuanya melimpah di atas pundaknya bahkan sebelum Seokjin dewasa.

Cedar HedgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang