Aku terperenjat kaget saat abang ku yuta menggebrak meja makan.
"pokoknya abang ga mau pisah sama adek pah! Abang ga mau kuliah di Jepang. Abang mau disini! Nemenin adek!"
Ia berlenggang pergi begitu saja dengan wajah menahan marah dan juga kesal.
Papah ku, adalah orang Jepang dan ibu ku adalah orang Indonesia, sekarang mereka berdua tinggal di Jepang karna perusahaan papah ada disana, dan mereka pulang sebulan sekali untuk menjenguk kami.
Kenapa kami bisa sampai ibu kota? Kenapa tak ikut saja kejepang? Jawabannya gampang.
Karna kami nyaman tinggal di sini.
Awalnya kami tinggal dengan nenek, dan semenjak kami beranjak dewasa kami pindah ke apartemen, karna tak ingin merepotkan nenek lagi.
Papah mengusap wajah nya kasar, dan mamah berusaha menenangkan nya dengan sabar.
Mamah menatapku.
"dek, samperin abang gih, biar mamah yang nenangin papah, kamu yang nenangin abang kamu ya" ucap mamahku dengan sedikit nada khawatir didalam nya.
Aku menangguk, dan ikut beranjak pergi tapi sebelum itu papah bersuara.
"dek, sama bujuk abang kamu ya, siapa tau dia berubah pikiran" suara nya tidak ada nada perintah, lebih ke pasrah mungkin? Entahlah.
Tak menghiraukan aku berjalan menaiki tangga begitu saja.
---
Ceklek
"abang?"
Selalu, pintunya tak pernah ia kunci.
Ia disana, di balkon sedang memandang ke arah langit.
Aku mendatangi nya dan ikut berdiri disebelah yuta, abang ku. Dan ikut menatap langit yang terlihat indah malam ini.
"gue ga mau pisah sama lo dek" ia berucap dengan kepala menunduk.
"aku juga ga mau pisah sama abang kok"
"tapi aku ga mau juga abang nge stop mimpi abang."
Ia langsung menatap ku.
"dek..."
Senyuman ku membuat raut nya semakin gelisah.
"inget ga? Abang dulu cerita sama aku mau kuliah di Jepang dan mau jadi kapten tsubasa biar jadi pesepak bola terkenal"
Aku tersenyum getar, masih setia memandang langit dengan mata yang sudah mengabur.
"abang juga pernah cerita pengen jadi anak cowok yang berbakti sama orang tua, biar hidup nya berkah" aku tertawa geli ketika mengingat nya.
"dek, stop"
Suara nya sudah mulai sumbang.
Aku menghadap padanya, dan memegang kedua tangannya erat.
"dek jangan nangis"
"tapi abang nangis duluan tuh"
Aku tertawa dengan air mata yang masih mengalir.
"kenapa bang? Kenapa abang sekekeuh itu nolak ajakan papah ke jepang? Cuman buat nemenin aku? Takut kejadian dulu ke ulang ya?"
Dulu, saat umur ku 12 tahun aku menerima bullying yang sangat brutal dari teman teman ku, karna mereka menganggap wajah ku aneh tak sama seperti mereka.
Wajah ayah ku yang berdarah Jepang sangat membuat ku mirip dengannya, entah mereka iri atau apa yang jelas selama satu semester aku di bully habis habisan, bahkan saat aku sakit aku tetap di bully dengan cara mereka mengeroyok ku karna aku tak ingin membelikan mereka roti.
Aku tumbang saat di depan rumah, dan tetangga ku yang melihat itu langsung menghubungi orang tua ku.
Aku langsung di larikan ke ugd karna luka lebam yang parah.
Yuta yang saat itu sudah memasuki kelas 1 sma langsung naik pitam, mereka yang mengeroyok ku langsung di gugat yuta dan papah ku ke pengadilan atas dasar tuduhan bullying. syukur kami memenangkan kasus itu karna sudah jelas ada bukti cctv yang mengintai di sertai luka lebam di sekujur tubuh ku , dan mereka berakhir di rehabilitasi.
"bang, aku udah dewasa sekarang, udah bisa jaga diri jadi abang ga usah takut lagi"
"tapi dek--"
"aku ga mau jadi penghalang mimpi abang, aku bisa kok tinggal sama nenek atau ga sama aunty juga gapapa, abang mau ya? Kuliah di Jepang ikut mamah papah sekalian jagain mereka"
Ia manatap ku lekat, menghela nafas kasar lalu memeluk ku.
"jaga diri lo baik baik ya dek, gue pasti bakal selalu ngehubungin lo"
"pasti bang, pasti"
Dan ya hati besar ku sangat tak ikhlas akan kepergiannya, tapi aku lebih memilih mengikuti hati kecil ku untuk menyuruh nya pergi, air mata ku titik lagi saat ia semakin memeluk ku erat.
Semoga kau berhasil disana abang kesayangan ku! Aku menyayangi mu sebanyak yang aku bisa, dan semoga kau selalu bahagia disana guardian sekaligus healing smile ku. Ilysm!
------
Yuta pas di bandara yang lagi nungguin adek nya beli roti boy.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"lama amat si dek"
"ya sabar kali bang, antri tadi"
Yuta hanya diam dengan muka garang nya.
"bang... Nanti kalo di Jepang muka nya ga usah galak galak ya, adek cuman takut kalo abang muka nya galak kaya gitu entar ga ada cewek yang mau sama abang"
Spechless.
yuta benar benar tak percaya apa yang adik nya barusan katakan. Oh astaga apakah muka dia se garang itu? Menurut nya muka nya itu keren dan tampan! Bukan galak. Err benar bukan?