28.

1.4K 139 19
                                    

16 Tahun Kemudian...

petok...

petok...

petok...

kriiingggg.......

terdengar bunyi jam weker bersuara petok ayam.

disebuah rumah yang sejak jam 5 subuh sudah berdendang nyanyian membangunkan si empunya jam weker.

"sayaaang.. banguuun.. kamu gak sekolah hari ini?"

terdengar suara riuh dari dapur, rutinitas awal dipagi hari.

"belum juga bangun itu anak. ya tuhaan... "

terdengar suara geram dan tidak sabaran lagi untuk membangunkan sang empunya jam weker.

langkah tergopoh-gopoh pun naik diatas anak tangga penghubung lantai  atas dan lantai bawah rumah mungil namun asri tersebut.

lalu terbuka pintu kamar dengan lebar.

dengan berdecak pinggang dan siap-siap menyingsingkan lengan baju.

namun suara sesuatu menghentikan aksi tersebut.

"maaa...mama..."

lalu langkah itu menyusul suara panggilan tersebut.

"ya ampun sayang.. kamu kenapa sih.? teriak-teriak gitu."

lalu langkah kaki itu mendekat kearah suara yang memanggil.

"sayang... kamu lihat deh ini. rambut aku udah ada uban nya"

seseorang dengan wajah penuh keseriusan memeriksa belahan rambut yang sudah ditumbuhi uban didepan cermin.

"itu berarti kamu sudah tua sayang."

jawab sang perempuan yang dipanggil mama.

"haaahh kamu mah.."

lalu dia mengeluh dan melenguh.

"tapi kamu makin cakep dan berkharisma. aku makin cinta sama kamu.."

sebuah mata terangkat dan senyum menggoda pun mendekat.

"ough..istriku belajar dari mana ya.. merayu nya."

lalu tangan melingkar erat di pinggang sang istri.

"dari buaya ijo yang ada didepan aku ini"
jawab sang istri.

"ough..benarkah..?ah ternyata istriku menikah dengan buaya. berarti istriku buaya putih yang menikah dengan buaya ijo.."

goda sang suami yang sudah nimbul uban dikepala nya.

" udah ah.. sekarang kamu bangunin anak kamu. gorengan aku ntar gosong yang."

sang istri meninggalkan suami nya yang masih tersenyum genit pada istrinya tersebut.

"haah..punya anak satu diaturnya susah nya minta ampun."

"sapa dulu bapak nya. Kiinaal.."

Kinal menggaruk kepala nya mendengar celoteh Veranda istrinya.

"iya..iya..iyaa.."

"kalo yang gitu anak aku. kalo lagi cakep cakep nya nurut nurutnya anak kamu. huuh.."
Kinal berjalan menghampiri pintu kamar anak mereka.

Veranda tersenyum geli melihat kinal yang uring-uringan untuk membangunkan anaknya.

Veranda sudah kembali lagi kedapur. melanjutkan menyiapkan sarapan pagi untuk anak dan suaminya.

JATUH CINTA PADA KOMEN PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang