The Truth

185 30 5
                                    

Saat kemarin gagal membahas tentang gambar lama tersebut di rumah Alta, Lia kini memberanikan diri untuk bertemu dengannya, sekali lagi.

Kali ini ia berangkat tanpa Helen. Ia sudah cukup merepotkan Helen. Apalagi terakhir kali saat ia meminta bantuan Helen untuk menanyakan perihal gambar lama yang ada di kamarnya itu, ia mengacaukan segalanya.

Mereka hanya mampir sebentar dan membahas tentang pelajaran--pada akhirnya-- karena Lia tidak berani menyinggung apa pun tentang dunia mimpinya pada Alta.

Ia mengetuk pintu rumah Alta dengan sedikit ragu. Namun, ia berusaha untuk terlihat biasa saja, kalau-kalau dugaannya memang salah. Ia mengenggam sebuah gulungan kertas yang berisi gambar tersebut.

Alta yang membuka pintu. Ia sedikit terkejut melihat Lia yang datang ke rumahnya.

"Oh, ternyata kau. Ada apa?"

"E-eh itu... kalau tidak keberatan apa Alta mau jalan-jalan sebentar? Ada sesuatu yang ingin Lia tanyakan."

"Oh begitu. Tentu saja. Tapi di mana?"

"Di danau dekat sini. Tahu, kan?"

Alta tampak salah tingkah, tapi ia buru-buru membalikkan tubuhnya.

"Baiklah. Tunggu sebentar ya. Masuklah dulu."

***

Sambil menatap permukaan air danau yang tenang, mereka berdua duduk di atas selimut kotak-kotak yang dibawa oleh Lia.

Tidak ingin berlama-lama, Lia bertanya pada Alta.

"Alta. Apa kau juga bertemu denganku di dunia mimpi?"

Entah perasaannya saja atau bukan, wajah Alta memerah.

"Emm... bagaimana menjelaskannya ya. Tapi kurang lebih begitu," jawabnya malu-malu.

Mata Lia berbinar. "Jadi benar?! Kalau yang ini, ini buatanmu bukan?" tanyanya sambil menyodorkan gulungan kertas berisi gambar danau, yang saat ini mereka kunjungi.

Wajah Alta menjadi semerah kepiting rebus.

"Ka-kau masih menyimpannya ya. Iya itu gambaranku, itu pun kalau kau masih ingat aku."

"Jadi kita pernah bertemu? Atau berteman?"

"Bukan berteman juga sih. Kita cuma bertemu sekali. Dan gambar itu--"

Wajahnya memerah lagi. "Gambar itu kuhadiahkan secara diam-diam supaya kau ingat aku, dua tahun setelahnya. Tapi sepertinya kau lupa," lanjutnya sedih.

"Jadi--"

"Kalau kau masih ingat pernah menolong anak yang jatuh dari sepeda di depan kelokan sebelum masuk ke area danau ini, itu aku."

Matanya membulat. Ia memang pernah menolong anak seumurannya sewaktu ia baru belajar bersepeda, sekitar umur empat tahun. Ia sering bersepeda dari rumah ke danau begitu juga sebaliknya untuk memperlancar kemampuannya bersepeda.

Dan suatu kali, ia pernah membantu seorang anak kecil seumurannya yang jatuh dari sepeda dan menangis saat ia hendak kembali ke rumahnya.

Lia baru menyadari, kalau Alta adalah anak yang ia tolong waktu itu.

"Maafkan aku..."

"Tidak apa-apa. Soal mimpi itu. Aku tidak tahu mengapa di ulang tahun ke sepuluhku setelah aku mengajukan permohonan untuk bisa bertemu denganmu, aku mulai melihatmu dalam mimpi."

"Awalnya aku hanya bia melihatmu, memastikan apa benar bahwa itu kau atau bukan, lalu mulai memanggil namamu, itu pun kalau aku tidak salah ingat namamu. Tapi ternyata kau menoleh dan mencari keberadaanku. Dari pertemuan kita di dalam mimpi aku juga sadar, kalau kau tidak mengingatku. Jadi kubiarkan saja, aku sudah senang bisa bertemu denganmu berkali-kali dalam mimpi. Lagipula sulit sekali untuk berkomunikasi denganmu, karena setelah kita bertemu biasanya kita terbangun dan mimpi itu berakhir begitu saja," jelasnya.

Kini semuanya menjadi jelas bagi Lia. Ia terperangah, tidak mengira bahwa Alta berusaha sekeras itu untuk membuatnya sadar bahwa mereka saling mengenal sebelumnya.

"Maafkan aku karena tidak pernah menyadarinya. Sekarang kita teman, kan?"

Lia mengulurkan tangannya dan disambut oleh Alta. Mereka berjabat tangan. "Mulai sekarang kita teman."

Dengan pertemanan mereka yang dimulai hari itu, Lia tak lagi bermimpi bersama Alta begitu pula sebaliknya. Petualangan di dunia mimpi bersama Alta telah berakhir saat semuanya menjadi jelas.

Lia dan Alta menjadi teman baik. Bersama Helen, mereka bertiga kini sering berkumpul dan bermain bersama. Membuat markas sendiri di ruang perpustakaan rumah Alta dan sering mengunjungi danau bersama-sama.

Meski mimpi mereka telah berakhir, cerita pertemanan mereka baru saja dimulai. Masih banyak hal yang akan mereka hadapi bersama.
.
.
.
The End

************************************

Day 30

30th November 2019

Tema : Mengakhiri sesuatu.

Selesai~ akhirnya Wonderland selesai juga huft


Meski banyak ketidak jelasan, aku cukup puas dengan endingnya.

Lega sekali rasanya bisa menyelesaikan 30 tema dalan 30 hari tanpa bolong //lega

Motto pokoknya nulis asal tidak bolong benar-benar jadi motivasi supaya ndak bolong //hoi

Dan di akhir cerita ini, Rina ingin pamit dan sampai jumpa di tahun depan.

Ada kemungkinan Rina melanjutkan cerita Altalia, tapi tergantung juga nanti.

Rina cukup suka dengan anak-anak manis yang satu ini, jadi tunggu saja kelanjutannya taun depan yah~

Terima kasih banyak bagi pembaca yang setia membaca sampai akhir, meskipun cerita ini gajel banget. //merasa bersalah.

Okei, dadah semua~

Happy reading and see you next time ♥♥♥

🎉 Kamu telah selesai membaca Wonderland : 30 Daily Writing Challenge NPC 2019 [END] 🎉
Wonderland : 30 Daily Writing Challenge NPC 2019 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang