Disappointed

134 38 5
                                    

Baru kali ini Lia semangat bersekolah.
Ia datang pagi sekali, bahkan saat matahari masih malu-malu menunjukkan eksistensinya di sebelah timur. Baru pertama kali pula Lia menjadi pendatang pertama di kelasnya. Biasanya, ia datang beberapa menit sebelum bel masuk berbunyi.

Dalam benaknya ia terus mengulang kalimat yang sama.

Hari ini, aku harus bertemu anak itu!

Lia menaruh tasnya dan bergegas keluar kelas. Mungkin saja anak itu sudah datang. Siswa pertukaran biasanya terkenal pintar dan rajin.

Ia tak bisa berbohong, kalau ia sangat berharap bahwa hari ini ia bisa bertemu dan menanyakan segala hal pada anak itu. Mungkin bisa dimulai dari pertanyaan sederhana, kalau-kalau pertemuan mereka sangat singkat, seperti pertemuan pertama mereka.

Ngomong-ngomong, Lia belum bermimpi lagi sejak pertemuan pertama mereka. Sebuah tanda tanya besar baginya, karena semua mimpinya pasti berhubungan dengan anak itu.

Di koridor luar kelasnya, ia berdiri sambil memerhatikan siswa yang datang menyeberangi lapangan.

"Hai Lia! Tumben sekali kau datang pagi."

Sapaan Winny membuatnya kaget dan salah tingkah.

"I-iya. Kebetulan ayah ada pekerjaan di kantornya pagi ini, jadi aku diantar lebih pagi."

"Oh begitu," respon ketua kelasnya yang selalu datang pagi itu.

Lia menghela napas lega. Baru kali ini pula ia berbohong pada ketua kelasnya.

"Lalu, mengapa kau berdiri di sana?"

"E-eh? Itu... aku sedang menunggu--"

"Menunggu apa?"

"Ah ya! Aku menunggu Helen datang! Ya aku menunggunya. Aku ingin membalas kebaikannya kemarin."

"Oh. Kau bisa menunggunya di dalam. Biasanya Helen datang mendekati bel masuk, sepertimu. Tapi kalau kau mau melihat-lihat anak-anak yang datang juga tidak apa-apa sih. Pasti hal ini menarik bagimu ya? Kau kan tak pernah datang pagi," candanya.

Lia ikut tertawa. "Ya begitulah."

Dia peka sekali, walaupun dalam hal yang berbeda, batinya.

Sekitar lima belas menit menunggu, banyak siswa sekolahnya yang mulai berdatangan, juga siswa pertukaran. Namun, sampai detik ini pun Lia belum mendapati sosok yang dicari-carinya. Padahal warna seragam anak itu cukup kontras dengan seragam sekolahnya.

Seragam anak itu berwarna merah cerah sedangkan seragamnya berwarna biru cerah. Sampai sekarang, hanya tiga siswa berseragam merah yang datang. Kabar buruknya, bukan anak itu yang datang.

"Lia! Bagaimana keadaanmu? Tumben kau datang lebih dulu dariku," ujar Helen sambil menepuk pundak Lia.

Lia terkejut dan menghela napas kecewa.

Helen sudah datang, tapi mengapa ia belum melihat anak itu?

"Ih kamu melamun lagi ya?!"

Sambil menahan malu, Lia memukul pelan lengan Helen.

"Tidak kok. Aku baik-baik saja. Yuk masuk, aku sudah menunggumu dari tadi."

Lia terpaksa mengikuti Helen masuk kelas, karena alasan yang dibuatnya sendiri pada ketua kelas.

"Menungguku? Kau sudah mau cerita?"

Lia mencibir. "Tidak ada cerita. Aku cuma mau minta bantuan untuk mengerjakan PR matematika. Kan Helen pintar berhitung hehe."

Wonderland : 30 Daily Writing Challenge NPC 2019 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang