"Oh Lia. Ada apa?"
"Cuma mau main, kayak biasanya," ujarnya sambil cengengesan.
Helen menatap Lia yang ngos-ngosan dan berkeringat. "Kalau begitu, masuklah. Kayaknya kamu habis lari-lari."
Matanya memicing. "Oh sepertinya tidak. Habis balapan sepeda?" tebaknya saat melihat sepeda Lia terparkir di depan rumahnya.
Lia menggeleng. "Akan kujelaskan. Agak penting sih."
"Oh. Kalau begitu kau terburu-buru ke sini gara-gara itu."
Lia mengangguk seraya mendudukkan dirinya di sofa. Helen membawakannya segelas air putih.
"Terima kasih."
"Nah... sekarang apa yang mau kau bicarakan?"
Lia mengembungkan pipinya layaknya balon. Dia selalu melakukan ini di kala bingung, resah, atau kesal.
Setelah lama berpikir, Lia memutuskan untuk mengeluarkan kertas gambar dari tas ranselnya.
"Ini," katanya sambil menyerahkan kertas gambar pada Helen.
"Apa ini? Kau menggambarnya untukku? Wow--"
"Itu bukan gambarku dan aku menemukannya di kamarku. Kupikir... itu gambarmu," potongnya.
"Eh?"
Mereka saling berpandangan seperti adegan-adegan di film. Sayangnya, kemampuan acting mereka tidak setara dengan aktris yang memainkannya.
"La-lalu... itu gambar siapa?"
Jantung Lia bertalu-talu. Bukan karena ia takut kalau-kalau gambar itu diberi oleh hantu atau arwah penasaran. Tapi, satu nama yang muncul di benaknya membuatnya wajahnya memerah. Entah itu karena malu, atau kesal.
"Yah lupakan saja. Kayaknya aku bakal cari tahu sendiri," putusnya.
"Jadi? Kau tidak mau bercerita tentang sesuatu?"
Lia menghela napasnya. Ia mulai menceritakan tentang mimpi-mimpinya, juga tentang Alta. Helen menyimak dengan saksama. Sesekali ia terkejut, saat mendengar mimpi luar biasa yang diceritakan Lia.
"Jadi, kau dan Alta bertemu di dua dunia?"
"Yah... sepertinya begitu."
"Kalau begitu. Kita harus temui Alta sekarang," ucapnya sambil berdiri.
Helen menarik lengan Lia untuk turut berdiri.
"Tapi--"
"Dia gak akan menyalahkanmu kalaupun kamu salah orang," potongnya seakan tahu apa yang ingin Lia katakan.
Lia mengembungkan pipinya lagi. Kini ia hanya bisa pasrah, mengikuti langkah kaki Helen keluar rumah.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju rumah Alta. Lia menatap pintu rumah itu dengan perasaan campur aduk.
Ia takut kalau ia salah orang. Tapi sebagian dari dirinya mengelak, bahkan sangat yakin bahwa Alta yang ada di dunia nyata adalah Alta yang ditemuinya dalam mimpi.
Mereka saling kenal. Hal itu juga berhubungan dengan gambar lama yang tak pernah usai diwarnai itu.
Seorang anak laki-laki membuka pintu untuk mereka.
Pandangan Lia dan Alta bertemu. Hanya menunggu waktu, hingga semua misteri kecil ini terungkap.
"Oh hai! Rupanya kalian. Silakan masuk."
.
.
.
Tbc************************************
Day 27
27th November 2019
Tema : Buatlah tulisan yang mengandung tiga kata ini di dalamnya : dua dunia, aktris, balon.
Ndak tau lagi ah.
Happy reading and see you tomorrow
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderland : 30 Daily Writing Challenge NPC 2019 [END]
FantasyBerkeliling ke berbagai dunia lewat mimpi. Bersiaplah, karena sebentar lagi, kita akan menjelajahi dunia mimpi bersama. [30 Daily Writing Challenge NPC 2019] Start : 1 November 2019 End : 30 November 2019