dejavu

100 34 7
                                    

Lia mengamati kumpulan bunga lili air yang tersebar di tepi permukaan danau. Matanya berbinar-binar. Bunga cantik itu menyita perhatiannya.

Kalau kuambil setangkai lily ini, boleh tidak ya?

Ia mulai berpikir bahwa bunga itu bisa dibawa pulang dan ditaruh di kolam ikan rumahnya.

Tapi buru-buru Lia menaruh kembali bunga itu karena, bukankah mengambil setangkai saja sama dengan mencuri?

Kepalanya menggeleng pelan. Ia merengut, sedikit kecewa karena hanya bisa mengamati bunga lili air itu di danau ini.

Ngomong-ngomong, hari ini hari Jumat. Tadi pagi papanya berangkat ke luar kota dan ia kembali masuk sekolah. Sepulang sekolah, ia memutuskan untuk mengunjungi danau ini.

Bisa ditebak, kalau kesempatan satu harinya tidak digunakannya dengan baik. Maksudnya, ia sudah menyerah untuk mencari anak itu.

Lagipula, ia bisa bertemu dalam mimpi. Lebih baik begitu, daripada bertindak bodoh di sekolah cuma untuk mencari anak itu.

Satu hal yang disesali saat pertemuan kedua mereka.

Lia lupa menanyakan siapa namanya.

Lia mengembungkan pipi kesal. Sial untuknya, karena bajunya tidak sengaja tersiram air oleh anak kecil seumurannya yang sedang bermain pistol air.

"Hei! Lihat-lihat dong!"

Anak itu menoleh dan menyadari keberadaan Lia. "Ups. Maaf ya aku tidak sengaja."

Ia tertawa dan kembali bermain.

Lia tidak menghiraukannya lagi. Pandangannya kembali terfokus pada bunga lili air. Selama berkunjung ke danau ini, ia tidak pernah menyadari kalau di tepian danau ditumbuhi bunga lili air.

Dari pantulan air danau yang tenang, ia bisa melihat semburat oranye kemerahan matahari yang terbenam.

Yah, cepat sekali.

Perlahan, ia mulai bangkit dan beranjak dari tempatnya menuju sepeda angin yang dikendarainya.

Lia menaiki sepedanya dan mengayuhnya pelan. Semilir angin senja menerbangkan rambutnya yang dikucir dua.

Lia berbelok, mulai meninggalkan kawasan danau itu.

Namun pandangannya terarah sempurna pada seorang anak laki-laki yang jatuh dari sepeda.

Tanpa diberi aba-aba, Lia berhenti mengayuh sepedanya dan menolong lelaki itu.

Tiba-tiba saja ia merasa dejavu. Rasanya ia pernah melakukan hal ini, di tempat yang sama. 

Ah mungkin hanya perasaannya saja.

Anak itu berterima kasih padanya.
Sambil tersenyum Lia berkata, "lain kali hati-hati ya."

Ia kembali menaiki sepedanya dan mengayuhnya menuju rumah.

Di teras rumah, berserakan kapur tulis warna-warni. Di sana pula ia melihat mamanya sedang sibuk menggambar atau mungkin menulis sesuatu menggunakan kapur tulis berwarna di atas papan hitam.

"Mama sedang membuat apa?"

"Oh akhirnya kamu pulang. Mama sempat khawatir karena lebih dari jam lima sore kamu belum balik. Mama sedang membantu Bi Rani untuk menulis dan menghias daftar  menu di papan ini. Besok, bi Rani akan membuka Kafe kecil di rumahnya."

Lia menoleh ke rumah ke ujung jalan, rumah bi Rani. Bi Rani tampak sibuk membawa barang-barang dalam kardus ke dalam rumahnya.

"Oh begitu. Asik deh, Lia bisa beli makanan dekat rumah!"

Mama tertawa. "Cepat sana bersih-bersih. Besok kita mampir ke sana saat pembukaan. Jangan lupa belajar ya, lusa kan cerdas cermat."

Lia menepuk dahi. Ia lupa kalau lusa ia mengikuti cerdas cermat bersama Helen.

"Baik, Ma. Lia masuk dulu."

.
.
.
Tbc

************************************

Day 10
10th November 2019

Tema : buat tulisan yang mengandung tiga kata ini di dalamnya : setangkai lily, pistol, dan kapur tulis.

Haha

Haha

Hahaha

Bai

Happy reading and see you tomorrow

Wonderland : 30 Daily Writing Challenge NPC 2019 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang