Treasure (2)

75 24 0
                                    

Lia terlalu terkejut untuk memahami.

Ini pertama kali mimpinya berlanjut saat ia melanjutkan tidurnya. Biasanya ia tidak akan bermimpi lagi setelah menulis isi mimpinya di buku dan melanjutkan tidurnya sampai pagi.

Ia terbangun di pulau tempat ia hampir terbunuh oleh kapten Hook. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari sesuatu. Peti berisi harta karun itu sudah tidak ada di tempatnya. Lia juga tidak terbangun di tempat yang sama dengan Alta.

Ia melangkah keluar gua dan mencari jalan setapak untuk menuju pantai. Mungkin ia bisa meminta bantuan di sana.

Sepanjang perjalanan ia hanya memikirkan satu hal. Apa yang harus ia cari?

Kenapa pula ia kembali bermimpi?

Setelah berdebat panjang dalam batin, Lia memutuskan untuk mencari harta karun. Kali ini ia benar-benar bertekad untuk menyentuh atau mengambil sedikit barang berupa harta karun tersebut.

Akan sia sia kesempatannya kembali ke dunia petualangan ini jika ia tak mendapatkan harta karun itu, kan?

Ia berhasil mencapai pantai saat senja tiba. Ada sebuah kapal yang mirip dengan kapal kapten Hook di dekatnya. Tanpa pikir panjang, Lia segera menaikinya dan bersembunyi dibalik tong kosong bekas.

Lia memekik kaget saat tong yang digunakannya untuk bersembunyi hancur terkena sabetan pedang.

Seorang gadis berambut merah menyala menodongkan pedangnya ke arah Lia.

"Ampun! Aku tidak berbuat jahat. Sungguh!"

Lia memejamkan matanya sambil berlinangan air mata. Gadis berambut merah itu terkejut dan menyarungkan kembali pedangnya. Ia berjongkok untuk menyejajarkan tingginya dengan Lia. Lia menunduk dan berusaha menjauh dari gadis itu.

"Maafkan aku! Kupikir kau penyusup yang ingin mencuri peta harta karun kami. Aku tidak tahu kalau kau seorang anak kecil yang tersesat," jelasnya.

Gadis itu melangkah mendekat pada Lia, membujuknya agar ia mau percaya.

"Aku tidak akan menyakitimu. Aku janji."

Perlahan Lia memberanikan diri untuk membuka matanya dan melihat gadis berambut merah itu sedang mengulurkan tangannya. Gadis itu tersenyum, mencoba untuk membuat Lia percaya bahwa dia tidak berbahaya. Perlahan, Lia merasa bahwa gadis itu orang yang baik, tidak seperti kapten Hook yang nyaris membunuhnya.

Dengan malu-malu, Lia meraih uluran tangan gadis itu dan bangkit.

"Nah, siapa namamu? Kau berasal dari mana?"

"Namaku Lia. Aku tersesat, tapi aku bukan berasal dari sini. Sulit menjelaskannya."

"Tidak apa-apa. Aku mengerti. Kau boleh mengikuti kami. Anggap saja ini kapalmu sendiri. Ngomong-ngomong, aku Krista, pemilik kapal ini. Yang sedang mengendalikan kapal ini adalah saudaraku, Richard."

"Terima kasih. Tapi apa tidak apa--"

"Jangan sungkan-sungkan. Aku tak bisa merasakan aura buruk darimu. Kau tak perlu takut jika aku mencurigaimu lagi."

Lia tersenyum senang. Krista mengantar Lia ke tempat peristirahatan dan memberinya roti serta air putih. Krista juga menemani Lia sebelum ia jatuh tertidur.

Krista bercerita tentang tujuannya mencari harta karun. Ia memegang peta yang kurang lebih sama dengan milik kapten Hook. Lia menahan diri untuk tidak menceritakan bahwa ia pernah bertemu kapten Hook sebelumnya.

Setelah lama bercerita, Lia menguap sehingga Krista menyuruhnya untuk segera tidur dan beristirahat. Sambil menahan malu, Lia menarik selimutnya dan mulai menutup matanya.

***

Keesokan paginya, mereka sampai di pulau yang dituju. Pulau itu diduga menyimpan harta karun, jauh di tengah hutan. Lia mengikuti langkah Richard dan Krista. Richard adalah adik laki-laki Krista. Ia sedikit lebih tinggi dari Krista juga lebih berotot dan berisi. Warna rambut mereka sama, begitu pula dengan bentuk wajahnya. Usia mereka tidak lebih dari lima belas tahun. Masih belia, tapi mereka adalah petualang sejati, begitu kata mereka.

Mereka menghabiskan waktu kurang lebih dua hari untuk melakukan perjalanan menuju jantung hutan, tempat di mana adanya harta karun. Lia bersemangat sekali. Setidaknya nyawanya tidak terancam dan tujuannya untuk menemukan harta karun sudah ada di depan mata.

Richard menggali tanah yang mereka yakini sebagai tempat menyimpan harta karun tersebut. Namun, mereka harus menelan kenyataan pahit bahwa usaha mereka selama ini adalah sia-sia.

Mereka menemukan sebuah peti kosong, alih alih sebuah peti berisi harta karun. Sambil menghela napas kecewa, mereka terduduk di pinggir galian sambil menatap kosong pepohonan.

Lia merasa kecewa, apalagi Krista dan Richard. Tapi mereka bilang mereka tidak akan menyerah. Mereka ingin melanjutkan perjalanan dan berusaha menemukan harta karun yang entah tersimpan di mana.

Sayang sekali untuk Lia. Karena dunia nyata membawanya kembali sebelum ia sempat berpetualang lagi dan menemukan harta karunnya.
.
.
.
Tbc

************************************

Day 29

29th November 2019

Tema : Harta karun yang tidak pernah ditemukan.

HUAAA Rina ndak ngerti lagi besok endingnya bakal gimana //sedot ingus.

Tapi, mau gak mau besok harus ending. Persiapkan hati kalian, karena ending Wonderland mungkin bisa jadi lebih absurd dari beberapa chapter belakangan ini //hoi

Lagipula, ndak ada yang baca kok.

So stay tune! Rina sangat tidak sabar untuk menulis ending //hilah

Happy reading and see you tomorrow

Wonderland : 30 Daily Writing Challenge NPC 2019 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang