Picnic

112 34 2
                                    

Hari ini, Lia tidak masuk sekolah.

Selain karena papanya datang dari luar kota, ia juga bangun kesiangan.

Lia tidak tahu harus merasa sedih atau senang. Di satu sisi, ia senang karena papanya datang hari ini setelah bekerja dari luar kota kurang lebih dua minggu lamanya. Di sisi lainnya, ia agak kecewa karena ia tidak masuk sekolah--maksudnya melewatkan kesempatan untuk mencari anak itu di dunia nyata.

Tapi mimpi semalam cukup membuatnya merasa tenang jika hari ini ia melewatkan kesempatan itu.

Dan di sinilah dia. Duduk di atas kain bermotif kotak-kotak merah-putih, ditemani dengan segelas susu dan roti selai kacang. Bersama mama dan papanya, ia menikmati pemandangan danau yang tenang.

Sejak ia masih kecil, ia sering mengunjungi danau ini. Entah itu bersama mama, papa, keduanya, atau sendiri. Danau buatan itu letaknya tak jauh dari kompleks rumahnya. Jadi terkadang, Lia bersepeda untuk mengunjungi danau ini untuk melepas rasa bosan dan bersenang-senang.

"Bagaimana sekolahmu, Lia?" tanya papa.

"Baik, Pa."

Papa mengangguk-anggukan kepalanya.

"Anak papa, pintar ya. Belajar yang baik ya, di sekolah."

Lia balas mengangguk antusias, senang dipuji oleh papa.

"Kalau papa, bagaimana pekerjaannya? Apa papa akan keluar kota lagi?"

Entah kebetulan atau bukan, papa tiba-tiba terbatuk, sepertinya tersedak roti selai kacang.

"Papa sibuk, Lia. Besok, papa akan keluar kota lagi. Beruntung sekali hari ini papa bisa pulang dan menikmati danau ini bersama Lia dan mama."

Papa memeluk Lia dan mama.

"Tapi, Papa kan baru saja datang? Kalau Lia gak bangun kesiangan, berarti Lia cuma bisa bertemu papa berapa jam? Lia tidur jam delapan malam dan pulang sekolah jam satu siang, sampai rumah jam setengah dua, berarti Lia cuma bisa ketemu papa enam jam tiga puluh menit?"

Papa mengelus puncak kepala Lia. "Kalau papa ada waktu, papa pasti akan bersama Lia lebih lama. Selamanya pun akan papa lakukan, kalau papa bisa."

Lia melihat papa tersenyum. Tapi dalam senyum itu tersirat kesedihan yang Lia tidak pernah tahu.

Lia mengerucutkan bibirnya.

"Papa kan kerja untuk kita, Lia. Bukan berarti papa tidak mau mengunjungi Lia lebih lama." Akhirnya mama membuka suara.

Lia hanya mengangguk.

Sepanjang hari itu, mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol dan menikmati pemandangan danau itu. Hingga semburat jingga kemerahan muncul di langit dan matahari terbenam, mereka tetap bersikukuh untuk tetap berada di sana.

Lia enggan pulang. Sebab, kenangan danau ini bersama mama dan papanya melebihi segalanya.

Mungkin terlalu sederhana, tapi ia menyukainya. Ralat, ia sangat-sangat menyukainya.

Tersisa satu hari untuk bertemu dengannya. Namun Lia sudah tidak peduli.

Entah bertemu atau tidak, ia hanya perlu mengikuti garis takdir.
.
.
.

Tbc

************************************

Day 9
9th November 2019

Tema : Danau yang tenang

Sebenernya semakin hari entah temanya santuy atau gak santuy tetep aja Rina nulisnya jadi semakin aneh ㅠ.ㅠ

Sudah pasrah Rina itu.

Sudah ah.

Happy reading and see tou tomorrow

Wonderland : 30 Daily Writing Challenge NPC 2019 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang