Jam pertama hari ini adalah Bahasa Indonesia. Tapi karena guru-guru sedang rapat, Bu Nirma memberi tugas untuk kelas 4 B --kelas Lia-- untuk membuat surat.
Ketua kelasnya, Winny menulis tugas yang diberikan bu Nirma di papan tulis.
Buatlah surat untuk seseorang.
Bebas isinya. Boleh dihias. Tugas dikumpulkan sewaktu jam pelajaran habis.Lia memutar isi otaknya. Surat untuk siapa ya, kira-kira?
Ia melirik Helen, teman sebangkunya dan menjentikkan jari.
Sebuah ide terlintas di kepalanya.
Dengan semangat, Lia mengeluarkan selembar kertas dan alat tulisnya. Ia mengeluarkan pensilnya dan mulai menulis.
Helen melirik sekilas, yang membuat Lia tergopoh menarik kertasnya ke arah lain.
"Tidak boleh lihat!"
Helen tertawa iseng. "Iya iya. Tidak kulihat kok."
Sambil mengerucutkan bibir, Lia mengambil jarak dan kembali melanjutkan suratnya, kali ini lebih berhati-hati agar tidak ada seorang pun yang membacanya.
Untuk Helen.
Terima kasih banyak sudah mau menjadi temanku selama ini.
Aku juga sangat berterima kasih padamu, terutama untuk kerja kerasmu dan keputusanmu yang sudah memilihku sebagai partner lomba cerdas cermat minggu lalu.
Tanpamu, kita tidak bisa mencapai babak semifinal, meskipun akhirnya kita terpaksa meninggalkan ajang cerdas cermat itu.
Aku menyukai semangatmu!
Juga saat kau menghiburku karena merasa kesal tidak berhasil lolos dari babak semifinal.
Terima kasih telah memercayaiku, walaupun aku hanya bisa menjawab beberapa pertanyaan saja kemarin.
Kau teman yang baik.
Mari kita berteman untuk selamanya.
Dari Lia.
Lia tersenyum. Sebenarnya ia kurang puas dengan tulisan tangannya sendiri. Pasalnya, ia kurang puitis dan tidak bisa menata kata-kata agar terlihat lebih menarik.
Tapi toh surat itu akan diberikan pada Helen, teman sekaligus mantan partner cerdas cermatnya. Helen pasti tahu apa yang dituliskannya dalam surat tersebut.
Senyumnya merekah. Setelah puas menghias surat tersebut dengan spidol warna warni, Lia melipat suratnya dan memasukkannya dalam amplop kecil.
Ia mengumpulkannya di meja guru saat bel pergantian jam pelajaran berbunyi.
Helen menyenggol sikunya sambil menggodanya.
"Buat siapa tuh? Kok tidak boleh kulihat?" godanya.
Mata Lia membulat. "Gak boleh dong. Kan rahasia."
"Hayo buat siapa?" godanya semakin menjadi-jadi.
Lia mengembungkan pipinya kesal. Masalahnya, dia tidak bisa bilang, kalau suratnya akan ditujukan pada Helen, anak yang malah menggodanya sekarang.
Sambil tertawa cekikikan, Helen berkata, "aku masih menunggu ceritamu lho. Mungkin aja yah, kamu nulis surat itu buat orang yang kamu taksir."
"Gak mungkin!"
Wajah Lia memerah yang membuat Helen semakin tertawa keras.
Sayangnya, merahnya wajah Lia bukan karena ia menulis surat untuk orang yang dia taksir. Tapi karena ia membayangkan kalau ia menaksir Helen.
Sangat memalukan. Masa iya dirinya menaksir sesama jenis? Andai saja Helen tahu kalau surat itu ditujukan untuknya, ia mungkin tidak perlu repot-repot menggodanya seperti ini.
.
.
.
Tbc************************************
Day 16
16th November 2019
Tema : Surat untuk mantan
Well ini semakin sulit saja... dear otak Rina. Ayo semangat dan pikirkan alurnya dengan jelas //plak
Anu... surat buat mantan partner cerdas cermat masuk tema kan yah...
Ga tau ah...
Pokoknya mantan //maksa
ya sudahlah, yang penting masih hidup.
Happy reading and see you tomorrow~
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderland : 30 Daily Writing Challenge NPC 2019 [END]
FantasyBerkeliling ke berbagai dunia lewat mimpi. Bersiaplah, karena sebentar lagi, kita akan menjelajahi dunia mimpi bersama. [30 Daily Writing Challenge NPC 2019] Start : 1 November 2019 End : 30 November 2019