23 : ṁịsʋndĕɾṡtaᶇdǐᶇg 。

3.2K 454 573
                                    

Keheningan mendominasi lebih dari satu setengah jam menemani setelah sekretaris nya keluar untuk mengatur jadwal padat Levi hari senin nanti. Pria itu tetap tenang dengan memainkan jemarinya yang tak hentinya mengetik diatas keyboard hitam.

Kegiatannya kemudian terganggu dengan seseorang yang masuk seenak jidat tanpa mengetuk, hal itu membuatnya sedikit tersentak. Memiringkan kepalanya dan menemukan wanita surai karamel yang tengah berjalan menuju arahnya.

Pria itupun akhirnya berdiri dan mulai menyambut kedatangan kekasih tercinta.

"Apa yang membuat mu datang kemari Petra?"

"Kita harus bicara Levi"jawab wanita itu yang terlihat sudah duduk manis di sofa ruangan kerja Levi.

Setelah mendengar 'Levi' dari mulut wanitanya Levi pun duduk karena Petra biasanya memanggil sebutan 'sayang' tanpa nama, pria itu mulai berganggapan pembicaraan ini akan sangat serius.

Levi mulai duduk dihadapan dengan tenang, namun lain di pikirannya. Entah kenapa ia memiliki firasat buruk untuk sekarang.

"Aku...."wanita itu mengepal tangannya erat diatas balutan rok selutut, pria disana masih menanti mendengar kelanjutannya.

"Aku ingin mengakhiri hubungan ini"

Petra menunduk dan mengalihkan jarak pandangnya kearah lantai ruangan, pendengaran wanita itu sudah siap untuk mendengar cacian maki dari prianya atau sekarang bisa disebut mantan kekasihnya.

"mengapa?"tanya Levi sontak.

"Aku merasa... Kita sudah tidak cocok Levi, lagipula kau sudah menikah dan memiliki istri kan?"

"Aku tidak mau menghancurkan rumah tangga kalian, aku tidak mau menjadi yang jahat dalam peran ini"

"maaf"kata Petra, nadanya lemah dan sendu menandakan dirinya tengah bersedih.

Levi tidak membalas, dia tidak tahu harus melontarkan apa. Lidahnya kelu untuk bersuara pun sepertinya sekarang tidak sanggup.

"jangan berhubungan dengan ku lagi. Berbahagialah dengan istri mu dan jalani lah lembar baru tanpaku "ujar Petra tersenyum lembut.

Petra menjelaskan alasannya, wanita itu masih menunggu jawaban dan tidak dapat balasan apapun. Levi tidak menjawab sama sekali, menghelakan nafas kemudian kakinya mulai berdiri dan melenggang pergi dari ruang kesunyian disana.

Masih berperang dengan batin, sungguh dunia Levi sangat hancur lebur. Rasanya sakit sekali ditinggalkan orang yang paling diprioritaskan, dijunjungnya derajat manusia paling bersinggasana dan beruntung itu didalam hati Levi. Dia adalah Petra wanita yang paling berarti didalam hidupnya kini telah pergi meninggalkannya... Begitu saja?

"Pe-petra..."

Menghadap kedepan, kini hanya didapat sofa kosong didepannya, tanpa pikir panjang dia mulai berlari mengejar sang pujaan hati. Karyawan yang lewar dan tampak binggung melihat bosnya yang biasa mengeluarkan aura dingin sang penguasa tiba tiba menjadi tergesa gesa seperti sekarang.

"Bos!"panggil seorang karyawan yang kebetulan tahu apa yang terjadi, karena melihat Petra berjalan tadi, mungkin. Levi menenolehkan kepala, didapatnya karyawan dengan tangannya yang tertunjuk kearah dibalik jendela.

"Petra-san sudah menaiki mobilnya"Levi pun berlari kearah yang ditunjuk dan benar saja, mobil yang begitu dikenalinya mulai berjalan meninggalkan area gedung perusahaannya.

'Sial! Kenapa dia begitu cepat?!'

Levi mulai berlari kearah lift namun tiba tiba langkahnya terhenti begitu saja, kakinya lemas untuk menerima kenyataan, sudah tidak kuat. Pria itu memilih untuk berjalan kembali kearah ruangannya.

Remember (me) • | ʟᴇᴠɪ х ʀᴇᴀᴅᴇʀ х ᴇʀᴇɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang