Kaki (name) terus mengambil langkah demi langkah disetiap sisi, digigit bibirnya untuk menanggung rasa gugup dialaminya.
Entah lah, Gugup karena salah satu pelayan memberi pesan padanya yang berupa-
"(name)-san, anda di panggil oleh tuan muda dikantornya. Beliau menunggu anda sesegera mungkin"
Isi pikiran gadis itu mungkin bisa ditebak, namun mungkin juga tidak karena didalamnya-bukan berupa sesuatu yang berhubungan dengan penyampaian Levi nanti.
'Levi ingin menemuiku? APA YANG HARUS KULAKUKAN?!'
Apa dia ingin menyiksaku? Aku membuat kesalahan?
Bagaimana bila perutkuyang sudah sedikit membesar ini akan diperhatikan oleh Levi nanti? Bagaimana jika dia mengetahui faktanya? Lagi pula memang sudah kelihatan sekali kan? Apa respon pria itu nanti?Gadis itu seketika berubah pikiran untuk secepat mungkin, harus lebih positif.
'tak apa bila dia tahu aku hamil karenanya, toh jika ia tidak menginginkan mereka aku bisa merawatnya sendiri'batin (name) seraya mengelus perutnya yang terbalut dengan pakaian longgar.
Pintu kayu tinggi nan besar sudah hadir dihadapannya, hanya dengan mengetuk pintu beberapa kali dirinya akan dipertemukan netra obsidian milik seorang pria yang dimana adalah suaminya sendiri setelah sekian lama.
(name) masuk setelah mengetuk pintu dan diperbolehkan.
Didapatinya pria itu, Levi sedang terduduk santai dikursi meja kerjanya seperti biasa tapi memegang satu kertas atau lebih tepatnya sertifikat. Dirinya sedikit terkejut menyaksikan sebelah tangan Levi dengan rokok yang bertengger manis diantara kedua jari tengah dan telunjuk Levi.
Iris Osidian itu langsung melirik (name) membuat gadis itu meneguk ludah seketika, sedikit membatin tak percaya bahwa dirinya akan segugup ini.
Levi memasukan sertifikat itu kedalam map coklat dan menaruh dan menaruhnya dimeja dengan posisi lebih jauh dengan maksud menyuruh (name) untuk melihatnya, langkah maju pun diambil oleh gadis tersebut dan mengambil map cokelat itu.
Dibukanya kertas map itu lalu ditelitinya apa yang tertulis disana, sertifikat surat penceraian.
Mulut gadis itu sedikit ternganga, terkejut sebelum suara bariton Levi menginterupsinya.
"tanda tangani itu jika kau tidak sanggup dengan pernikahan ini, terserah padamu karena tidak kau isi aku tidak peduli"ujar Levi menghisap puntung rokoknya tak bersalah dengan menikmatinya tepat didekat ibu hamil.
(name) yang sedari tadi menatap nanar surat sertifikat itu menggigit bibirnya tanpa sadar, iris (e/c) nya melupakan binarnya hingga menjadi redup.
Jika dirinya masih tetap bersikukuh untuk mendapat hati Levi pria itu tak peduli dengannya, berarti akan terus melakukan hal sesukanya, kemungkinan yang berhubungan dengan wanita.
Tak ada harapan, sekali lagi. Tidak ada harapan mendapatkan hati Levi dan Levi balik mencintainya.
"ta-tapi bagaimana jika paman Kenny bibi Kuchel atau Mama mengetahui hal ini?"tanya (name) masih kuasa mengstabilkan emosi terpendamnya.
"tergantung kapan kau akan mendatanganinya, sepertinya pria bangkotan itu juga tak akan memperdulikan hal ini"
"bawa map itu, kau boleh pergi"
(name) menggigit bibirnya, mata terpejam seakan menahan rasa sakit semua di depan mata. Ada yang harus Levi ketahui sekarang.
"a-aku..."Levi menarik atensi kembali pada (name), menyerengitkan alis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember (me) • | ʟᴇᴠɪ х ʀᴇᴀᴅᴇʀ х ᴇʀᴇɴ
FanficKetika (name), hanya seorang gadis malang yang nampak bahagia menyembunyikan kebenaran di balik senyuman manisnya, namun mereka tidak mengingatnya. Perlakuan kasar yang tiada hentinya, tidak pernah membuat (name) berhenti bertekad untuk membuat janj...