20 : ĕmótǐŏn 。

3.6K 474 163
                                    

Hari silih berganti, setelah insiden beberapa hari yang lalu (name) sedikit melupakannya walau hampir tiap malam selalu menghantui kepalanya dengan berakhir tidur begitu larut. Tak hanya itu, Levi sepertinya tidak tahu apa yang telah terjadi- hanya tersadar saat pagi menjelang dan tahu tahu terbangun di kamar tidur tanpa ingat apa yang terlewati.

Dan tentu saja semua tutorial cara melupakan sesuatu yang ia cari di google tidak ada yang mempan, mungkin pasalnya memang pengalaman yang terburuk baginya.

Namun (name) berusaha menganggap insiden itu semua tak pernah terjadi, hanya penenang itu yang bisa ia gunakan hingga sekarang. Tak perlu dipermasalahkan lagi, semua sudah terlanjur. Lagipula masih belum ada hal yang merepotkan-seperti peristiwa itu terjadi diluar pernikahan contohnya.

(name) cukup bersyukur, Levi tidak mengetahui apa yang sudah terjadi karena mendapat laporan dari para pelayan yang melihat tuan mudanya terduduk kebingungan melihat kekanan dan kekiri saat bangun tidur, karena ia berpikir jika Levi tahu mungkin pria itu akan sangat mempermasalahkannya dan menghancurkan dirinya lagi.

"menurut kalian apakah tempat ini bagus?"(name) meminta pendapat kedua sahabat yang duduk berhadapan dengannya, tempat yang di tunjuk gadis itu lumayan untuk pendapatannnya. Armin pun memberi respon.

"salah satu tetanggaku dulu juga ada yang berkerja disana, dia bilang pemiliknya terkenal baik dan ramah bahkan beliau juga akan memberi gaji tambahan jika pekerjaan pegawainya sangat memuaskan...."

"menurutku itu sangat cocok denganmu yang selalu mengerjakan pekerjaan dengan baik."jelas Armin panjang lebar, orang yang menanya pendapat pun tersenyum lebar.

"terima kasih-"belum selesai perkataannya malah di potong cepat oleh Mikasa akhirnya angkat bicara, karena memang seperti biasa-hanya menyimak dan menyeruput minuman dan sesekali ber 'hm', 'ya' dan 'tidak'.

"aku tidak mengijinkan mu untuk berkerja paruh waktu"Mikasa memancarkan penekanan pada setiap katanya, dengan begitu semuanya jelas.

"kenapa tidak?"(name) mulai menyiapkan kata ancang ancang untuk beradu argumen, bila dengan Mikasa tidak sedikitnya ia akan kehabisan kata kata dan kalah begitu saja.

"kau menikahkan? Cebol brengsek itu pasti tidak memberikan sepeser pun uang pada mu"

"lalu apa hubungannya?"

"kau adalah istri dari seorang pengusaha Ackerman, kau juga harus mendapat jatah uang dari orang kaya itu"

Apa yang dikatakan Mikasa mungkin ada benarnya, suami pun mencari nafkah untuk kebutuhan keluarganya-paman, ibu, adik, dan begitu juga istrinya. Tapi apakah tidak masalah bila ia mengatakan 'aku butuh uang' padanya sementara dia hanya dianggap hama menyebalkan, ditambah lagi dirinya adalah orang yang bukan dicintai oleh Levi.

"kau benar..."(name) tertunduk, bukan berarti dia istri, dirinya juga membutuhkan uang itu untuk keperluan makan siangnya, uang untuk semua keperluan kuliah dan keperluan sehari hari lainnya.

"Tapi jika aku meminta pada kedua orang tuaku, mereka pasti akan mencurigai hubungan ku dengan Levi, menaruh curiga hingga mencari tahu semua apa yang telah terjadi diantara kami"

Tidak mungkin ia melakukan hal itu walau setelah berpikir beberapa kali, hasilnya akan tetap sama. Parahnya hubungan eluarganya antara para Ackerman akan memiliki hubungan yang buruk.

Dan bisa lebih parah lagi mereka akan berusaha menghancurkan keluarga (name), memang terdengar berlebihan tapi hal itu bisa sangat terjadi jika ia memilih jalan yang fatal.

"itu bukanlah ide yang bagus, aku tidak bisa berbohong pada mereka lagi"

Armin yang memperhatikannya mengangguk kepala tanda 'sedikit' mengerti apa yang dimaksud (name), tangannya tanpa sadar memegan ujung dagunya memasang pose berpikir.

Remember (me) • | ʟᴇᴠɪ х ʀᴇᴀᴅᴇʀ х ᴇʀᴇɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang