26 : father 。

3.1K 420 205
                                    

Duka cita memadai atmosfer, surya tertutup awan untuk memancar sinar, cuaca yang mendung. Mendeskripsikan isi hati para pendatang dengan rasa penuh duka khususnya sang keluarga. Mereka tidak lupa juga membawa payung untuk berjaga jaga.

Sedari tadi (name) menatap nanar batu nisan dihadapannya, terisak, airmata jatuh berulang kali begitu juga dengan Azura dan Mama. Levi tidak ada disana namun (name) tidak peduli, suasana nya begitu mencekam, hingga acara selesai masih saja ada yang betah berdiri kaku disana.

Para pendatang yang menggunakan setelan serba gelap sedikit demi sedikit terkikis jumlahnya, ada yang langsung pergi karena memang cuaca tak mendukung untuk berlama lama disana. Menyisakan beberapa orang yang tampaknya masih tidak menerima kepergiannya.

Azura, Armin dan Mikasa akhirnya pergi dalam diam menyisakan (name) dan Eren yang masih tidak berkutik sama sekali disana.

Eren dengan payung yang sedari tadi ia genggam mulai membuka suaranya setelah menyadari kepergian adik (name).

"kau tidak ingin kembali?"tanya (name) parau, yang membuat Eren menghentikan niatnya.

"tidak, aku menunggu mu"

Jawab Eren pelan, gadis itu masih membelakanginya masih belum puas menatap batu nisan itu. Kini hanya tinggal mereka berdua yang tersisa.

Bruk!

Eren sedikit tersentak, (name) jatuh terduduk diatas rumput hijau kuburan, dan mulai menangis sejadi jadinya.

"Papa..."tangis (name) pilu memeluk perutnya yang membuncit, meremas pakaian yang dikenakannya, Eren menunduk mendengar, lucu tak lucu tangis gadis itu jadi kesekian kalinya membuatnya menjadi hafal intonasi yang akan di keluarkan (name).

Pria itu hanya diam tak bergeming membiarkan (name) menumpahkan segala emosinya untuk kepergian manusia yang paling gadis itu cintai didalam hidupnya, keluarganya, Papanya.

Eren juga sempat melihat ayahnya dan paman Kenny yang begitu sedih bahkan ibunya dan adik paman Kenny ikut serta menangis.

"Papa ini terlalu cepat, Papa tidak mungkin meninggalkan ku secepat ini. Papa bahkan belum menggendong anak anak ku"

"a-andai saja aku sering mengirim kabar... Hiks"

Hingga salah satu rintikan air mulai jatuh ke bumi, Eren tersadar akann hal itu namun (name) tidak peduli walau merasakannya terus melanjutkan kegiatannya seraya memeluk batu nisan itu.

Dada Eren sesak melihat ini, gadis pujaan hati yang terus menerus terisak. Padahal sudah bertekad untuk terus melukiskan senyum dan tawa di wajah rupawan itu tetapi malah dihancurkan oleh seseorang yang bahkan sama sekali tak di kenali, terlebih lagi Papa (name) adalah korban tabrak lari, pelakunya masih dicari oleh detektif yang disewa paman Kenny.

Eren sudah menduga hal ini akan terjadi, maka dari itu ia terus menemaninya karena gadis itu memang tidak memegang payung. Dan bila hujan mungkin (name) akan terus menerus menangis dengan posisinya sekarang.

Ternyata benar saja air yang jatuh menyatu dengan tanah kian menderas, Eren pun jongkok dan merangkul tubuh (name) yang bergetar hebat.

"hujan, nanti kau demam"ujar Eren seraya memakai kan jasnya pada (name), gadis itu mengangguk lemah.

Pria brunette itu berdiri dan mengulurkan tangannya pada (name) yang masih diam, uluran tangan pun dibalas.

Giliran Eren yang memegang batu nisan itu dan mengucapkan sesuatu yang tidak dapat (name) dengar.

Eren membuka payung hitamnya, dirinya mendekat dengan (name) yang masih terbengong dengan tatapan kosong.

"jangan menangis seperti itu lagi, Papa mu pasti tidak akan tenang melihat putri kesayangannya menangis"tangan besar menepuk surai (h/c) yang sedikit basah terkena air hujan.

Remember (me) • | ʟᴇᴠɪ х ʀᴇᴀᴅᴇʀ х ᴇʀᴇɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang