29 : ɓĕsţ ᶂriẻɳds 。

3K 431 174
                                    

"ahhh aku tak sabar untuk melihat Levi junior untuk beberapa bulan lagiii"ujar wanita atau pria itu antusias seraya mengepalkan tangannya didekat dagu, tak sabar dan membayang bayangkannya.

"ya Hanji, dan kau tahu? kau harus berjalan kearah sini jika ingin segera melihatnya"kata pria berperawakan tinggi yang telah menjadi ngobrol teman Hanji sepanjang jalan, pria itu berjalan belok tanpa menghiraukan temannya yang malah berjalan lurus.

"Oi Erwin tunggu aku!"Hanji berjalan mendahului namun kegiatannya dihentikan oleh teman pirang nya, Erwin yang malah menarik kerah bajunya mendadak.

"hei! Jangan seenaknya menarik baju-"

"ssshhhh... Diamlah sebentar"Erwin menaruh telunjuknya didepan bibir, iris biru lautnya menatap lurus namun pasti agar keberadaan mereka tidak ada yang menyadari. Hanji pun ikut melihat arah pandang Erwin, (name) dan Eren yang duduk bersebelahan dengan jendela dimana tempat mereka berdua mengintip.

"itu mereka-"ujar Hanji dengan nada yang dikecilkan.

"shh.. Dengarlah dulu..."mereka berdua mulai memasang telinga nya baik baik.

"...-Levi meminta cerai padaku"

Bola mata Erwin dan Hanji melebar setelah mendengar sepatah kalimat itu, mereka mendengar semuanya disana hingga (name) memutus pembicaraan itu dan memilih pembicaraan lain karena mungkin Mikasa dan Armin akan datang sebentar lagi menurut gadis itu.

'sudah ku duga ini akan terjadi!' batin keduanya kompak.

"Hanji, mau kemana?"

"kurasa aku memiliki sedikit pelajaran pada cebol keparat itu"geram Hanji yang seketika mengubah atmosfer Erwin.

"tunggu, Jangan bercanda"pria blonde menarik pergelangan tangan temannya yang bersikukuh.

"ini sudah tidak bisa dibiarkan lagi alis tebal, aku tahu sebenarnya bagaimana (name) bisa hamil"Erwin melepas genggaman tangannya.

"apa maksudmu?"

"saat pesta kenaikan jabatannya, cebol sialan itu menghamili (name) dengan keadaan mabuk berat, cih keparat"Hanji menunjuk kearah kafe, menunjuk (name). Erwin terbengong, jadi selama ini? Bisa kacau jika Levi ternyata memiliki hubungan dengan orang ketiga diantara mereka, Petra Ral.

"seperti itu kah? Levi tidak mencintai (name)?"Erwin sebenarnya sedikit curiga juga karena sahabat pendeknya tidak mungkin menyentuh wanita sembarangan, dan pria pirang itu berpikir untuk membuat belah pihak keluarga bahagia maka mereka harus melakukan kegiatan 'itu' dengan terpaksa.

"sejak kapan kau menjadi tolol seperti ini hah? Mana mungkin Levi mencintai orang selain Petra secepat itu?"Hanji pun berbalik namun langkahnya kembali dipotong kembali oleh Erwin.

"ide buruk Hanji"kemudian mereka mengambil langkah lebar, berjalan menuju mansion secepat mungkin.

Setibanya disana pintu gerbang otomatis langsung terbuka, bisa ditebak bahwa mereka merupakan orang terkenal dan bestie Levi yang pria itu sayangi tanpa dibilang pun.

Hanji masuk seperti rumah sendiri, amarah yang ditanggungnya dihempas saat membuka pintu mansion tanpa izin, walau itu bukan yang paling penting sekarang. Kedua manusia itu terus menelusuri lorong mansion besar yang sangat dihafal dan sampai di depan pintu kerja Levi.

"tunggu Hanji, tenangkan dirimu—"

BRAK!

"...dulu"

Ditendang Hanji pintu ruangan membuat Levi, sang pemilik ruangan yang sedang duduk dikursi meja kerja mendesis tajam.

"tangan mu diciptakan untuk mengetuk pintu mahal ku bajingan"sambut pria Ackerman arrogan, Erwin yang sedaritadi hanya mengekor Hanji yang sudah masuk terlebih dahulu mulai berjalan masuk dengan aura wibawanya seperti biasa.

Remember (me) • | ʟᴇᴠɪ х ʀᴇᴀᴅᴇʀ х ᴇʀᴇɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang