[009]

1.9K 211 18
                                    

Putri Sifra menghela napas, kemudian ia berbisik, "kau tidur dengan nyenyak semalam?" Tanyanya. Mengubah topik pembicaraan kami. Aku meneguk saliva. Sebegitu tidak berarti pernyataanku barusan, ya?

Aku tidak ingin mengecewakannya hanya karena Putri Sifra tidak menggubris pernyataanku tadi. Aku mengangguk, "ya. Aku tidur dengan sangat nyenyak semalam. Bantalnya begitu lembut sekali. Tapi tenang saja, aku tidak mengompol atau membuat pulau dengan salivaku, kok." Ujarku.

Putri Sifra tertawa pelan dengan gaya khas seorang Putri.

"Aku senang bahwa kau tidur dengan nyenyak, Jungkook," tatapannya itu! Astaga, aku lemah sekali. Bahkan rasanya jantungku ingin keluar dari tempatnya sekarang. "Maaf jika kita harus dipertemukan dengan cara yang begitu aneh semalam. Aku tidak menyalahkanmu atas pertemuan kita, meski tidak seharusnya kau bertemu denganku tadi malam. Tapi, ya, itu sebuah ketidaksengajaan,"

Aku membasahi bibirku. "Tidak apa-apa, Tuan Putri." Aku meyakinkannya agar tidak merasa bersalah lagi. "Um, Tuan Putri, kau sudah berkata dengan jujur kepadaku tentang perasaan dan hubunganmu. Aku ingin sekali bertanya satu hal padamu. Jika pertanyaanku ini menyinggung, kau tidak perlu menjawabnya."

"Apa?"

"Kau sudah memiliki kekasih dan sepertinya kau ingin sekali bersama dengannya. Meski aku tidak tahu siapa laki-laki beruntung itu, tapi, aku ingin bertanya, jika ada salah satu di antara kami—para peserta—yang berhasil memenangkan ajang sayembara ini, apa kau akan meninggalkan kekasihmu? Atau kau akan tetap memilihnya?"

Putri Sifra terdiam. "Dan, jika pada akhirnya aku yang menang, apa kau akan memilihku, Tuan Putri? Is there any possibility of you having any sort of . . . of loving feelings toward me?" Tambahku.

Pertanyaanku itu membuat Putri Sifra menunduk—menghindari tatapanku. "Kau lucu. Bisa kukatakan bahwa kau tahu diriku lebih banyak dibandingkan dengan peserta yang lainnya. Aku menganggap bahwa kau adalah temanku, Jungkook. Untuk menjawab pertanyaanmu yang satu itu"—Putri Sifra menggeleng—"kupikir aku tidak bisa. Aku tidak tahu apakah aku bisa membuka hatiku untukmu, jika mungkin kau pemenangnya."

"Mengapa demikian, Tuan Putri?"

"I’m afraid my heart is elsewhere." Jawabnya dengan linangan air mata yang turun deras.

Aku menggigit bibirku. Aku merasa bersalah. Pertanyaanku sungguh menyinggung dirinya. Astaga. Aku—dengan ragu—mengangkat dagu Putri Sifra dan memberanikan diriku untuk menyeka air matanya dengan jariku. "Kumohon, jangan menangis, Notre Dame. A-Aku tidak tahu harus melakukan apa jika seorang wanita menangis."

Putri Sifra tertawa dalam tangisnya.

Kemudian, ia menggenggam tanganku dari wajahnya. Ia bertanya, "aku juga ingin bertanya padamu." Katanya, "kau mengatakan bahwa kau mendaftarkan dirimu karena Ibumu, karena beliau menginginkan kau ada disini. Tapi, bisa kuasumsikan bahwa sebenarnya kau tidak ingin ada disini. Apakah ada kemungkinan bahwa kau akan jatuh cinta padaku, Jeon Jungkook? Jika nantinya keadaan menjadi berbalik, apa kau akan mempertahankanku? Apa kau akan tetap ada disini untukku?"

Aku tidak tahu harus menjawab apa. Apa yang dikatakan Putri Sifra memang benar, karena pada faktanya, aku kemari atas keinginan Ibuku. Sebelumnya, aku bersikeras menolak untuk mengikuti sayembara ini.

Aku tersenyum, "Tuan Putri, kau sungguh baik sekali. Kau juga ramah, sangat peduli pada sesama, dan kau juga memperlakukanku lebih dari apa yang kuekspektasikan. Tapi, jika keadaan berbalik, maka aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku akan mengikuti kata dan suara hatiku. Jika memang Tuhan mentakdirkanku untuk dirimu, maka cinta itu akan datang dengan sendirinya tanpa perlu dipertanyakan dari mana asalnya."

"Begitukah?" Aku mengangguk. "Lantas, bagaimana jika kau menemukan wanita lain? Bagaimana jika kau mencintai wanita itu dibandingkan diriku?"

Aku meneguk saliva. "Maka hal yang harus kulakukan adalah melepasmu pergi. Aku akan mengejar cintaku kemana hatiku membawaku. Bahkan hingga dunia berakhirpun."

"Kau akan melepasku? Kau akan meninggalkanku?"

"Ya."

Putri Sifra kembali menunduk. Astaga, apa aku salah bicara lagi, ya?

"Notre Dame?" Panggilku.

Putri Sifra mendongak, "apa kau ingin kembali kerumahmu, Jungkook? Jika kau sudah berpikir sejauh itu, aku tidak ingin mengambil risiko hatiku akan sakit jika pada akhirnya kau akan memilih pergi."

Aku segera menggeleng. "Itu dia permasalahannya. Aku tidak ingin pulang, Tuan Putri,"

"Mengapa begitu?"

"Aku ingin berada disini. Aku ingin membahagiakan Ibuku, Tuan Putri. Seminggu saja kau biarkan aku tinggal di istana ini, itu sudah lebih dari cukup untuk membuat Ibuku bahagia."

"Maksudmu, kau butuh uang?"

"Iya." Aku merasa bersalah sebenarnya karena mengakui hal ini. Aku ingin berada di istana karena kompensasi yang diberikan begitu besar.

Putri Sifra tersenyum.

Aku menaikkan alisku dan bertanya, "apakah ada yang lucu?"

"Kau. Kau sangat lucu. Bagaimana bisa kau begitu jujur padaku seperti ini? I feel like I wanna kiss you again."

Aku tersenyum dan mengangguk. "Ya. Aku juga merasakan demikian, Tuan Putri. I want to kiss you again."

Dan terjadi lagi. Putri Sifra menarik kerah jasku, bibirnya yang lembut mengitari bibirku.

Putri Sifra berbisik disela ciuman kami, "I'd catch you if you fall, Jungkook."





























————

a/n:
kira-kira siapa yang akan jatuh cinta lebih dulu? jungkook atau sifra?

NOTRE DAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang