[010]

1.9K 220 18
                                    

Pukul tiga sore, seluruh peserta dikumpulkan. Sayangnya, hanya tersisa 15 orang saja dari kami. Setelah berbincang cukup lama dengan Tuan Putri, aku menetap dikamarku dan tidak tahu apa saja yang sudah terjadi.

Jaehyun menghampiriku dengan wajah cerianya. "Jungkook-ah!" Padahal aku bersusah payah untuk menghindarinya. Bukan karena aku tidak suka dengannya, tapi justru aku yang takut dia akan menyukaiku. Dia bilang dia suka pada Jimin. Aku jadi takut. Tapi sudah terlambat, sih. Sekarang Jaehyun berdiri dihadapanku. "Aku ada sesuatu berita untukmu,"

"Apa itu?"

"Hanya tersisa 15 peserta saja, bukan?" Aku mengangguk. "Tujuh orang telah dipulangkan ke rumah masing-masing. Mereka telah membuat Putri Sifra tidak nyaman."

Aku menaikkan alisku, "maksudnya tidak nyaman? Memangnya mereka melakukan apa hingga Putri Sifra memulangkan mereka semua?"

"Mereka menjelek-jelekkan namamu. Katanya, salah satu dari mereka melihatmu dan Putri Sifra berciuman, lalu mereka merasa bahwa itu tidak adil. Putri Sifra begitu dekat denganmu. Itu yang membuat mereka kesal dan protes pada Putri Sifra. Mungkin Putri Sifra tidak suka jika kau dijelek-jelekkan seperti itu. Yang kudengar, Putri Sifra marah besar."

Begitukah? Aku bahkan tak tahu apa-apa.

Aku meneguk saliva, "benarkah? Kau tahu dari siapa, Jaehyun-ah?"

"Dari dua asistenku." Rumor telah beredar begitu luas dan sangat cepat. Itulah mengapa harus mementingkan sebuah rahasia, terlebih lagi penjagaan begitu ketat disini.

Aku tersenyum. "Terima kasih telah memberitahuku, Jaehyun-ah. Aku pergi dulu, ya." Aku berniat untuk menemui Putri Sifra. Tapi, ketika aku melihatnya sedang berjalan di lorong dengan seseorang yang tidak kuketahui siapa, aku segera menghentikan langkahku.

Putri Sifra dan lelaki itu berhenti di lorong tersebut. Aku mengumpat di balik guci besar. Tidak bermaksud untuk menguping, tapi aku penasaran sebenarnya mereka berbicara apa ya.

"Mungkin akan aku usahakan."

"Kapanpun Anda memiliki waktu luang, saya pasti selalu bisa, Tuan Putri." Lelaki itu mengambil tangan kanan Putri Sifra untuk di cium.

Putri Sifra terlihat tidak protes dan tidak ada masalah. Aku menghela napas kasar. Entah mengapa, aku merasa kesal sekali saat ini.

"Tuan Putri, sepertinya saya harus kembali ke guest room."

Putri Sifra mengangguk. "Ya, baiklah."

"Sampai bertemu nanti, Tuan Putri,"

"Sampai bertemu nanti, Park Jimin." Oh, ternyata Jimin. Astaga, si model mahal itu! Pantas saja Putri Sifra tidak protes sama sekali ketika tangannya di cium oleh Jimin.

Saat Jimin sudah melangkah pergi dan menghilang dari lorong, aku merasa lega dan sebenarnya aku berniat untuk pergi.

Namun— "aku tahu kau mengumpat disana, Jungkook. Keluarlah." Mati aku! Aku ketahuan! Bagaimana ini? "Datang kepadaku sekarang juga."

Dengan perasaan malu, aku menghampiri Putri Sifra yang masih berdiri di lorong. Aku berjalan dengan menunduk, karena malu sekali.

Putri Sifra mengangkat daguku dan memaksaku menatap matanya. "Ada apa kau mengikuti aku dan Jimin? Kau berniat untuk menguping, ya, Jungkook?"

Aku segera menggeleng. "Bukan—aduh, tolong, Tuan Putri, jangan salah paham. Aku bisa jelaskan. Jadi begini—"

Putri Sifra telah mengunci bibirku dengan bibirnya. Aku terkejut. Namun Putri Sifra malah tertawa, "sudah, ya, jangan banyak omong. Tidak perlu dijelaskan juga tidak apa-apa, Jungkook. Lain kali, aku tidak ingin kau melakukan hal ini lagi. Menguping pembicaraan orang lain itu tidak baik. Oke?"

NOTRE DAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang