[016]

1.7K 196 22
                                    

Keesokan harinya, di pagi hari, Putri Sifra lebih dulu bangun dari pada aku. Ia mencubit kedua pipiku sembari berkata, "bangun, Jungkook, bangun!"

Aku meringis kesakitan. "Notre Dame, jangan cubit pipiku."

"You're so cute. I can't help it."

Aku tertawa, "iya, tidak apa-apa." Ujarku. Kemudian, aku melirik jam yang sekarang menunjukkan pukul 2:35 a.m. Astaga, masih pagi buta sekali. "Kau yakin akan pergi sekarang, Notre Dame? Tidurlah lebih lama lagi. Jika sudah pukul lima, aku akan membangunkanmu."

"Aku harus bersiap-siap, Jungkook. Lagipula, aku tidak ingin Papaku melihatku keluar dari ruanganmu. Aku harus kembali ke kamarku sekarang juga."

"Sang Raja melihatmu? Dari mana?"

"CCTV."

Aku menghela napas. "Hm, oke, baiklah. Aku tidak bisa memaksakan juga. Jika memang kau ingin pergi, maka tidak apa-apa. Semoga kencanmu berhasil hari ini, Putri Sifra."

Putri Sifra berdecak. "Kau marah, ya?"

"Aku? Kenapa marah?"

"Iya, kau marah karena aku berkencan dengan Kim Taehyung?" Tanyanya.

Aku menggeleng. "Tentu tidak, Putri Sifra. Aku sudah mengatakan kepadamu bahwa kau berhak menentukan dan melakukan apapun sesuka hatimu. Tidak ada larangan sama sekali. Untuk apa aku marah? Itu hakmu untuk berkencan dengan siapapun."

"Jungkook, berkencan dengan semua peserta sayembara itu merupakan suatu kewajiban untukku. Bukan maksudku ingin melukai perasaanmu atau bagaimana, tapi itu memang sebuah keharusan untukku. Aku juga harus adil terhadap mereka. Jika aku terus berfokus padamu saja, mereka akan merasa tidak dipedulikan dan tidak dihargai keberadaannya di istana ini."

Itu memang benar. Tidak seharusnya aku marah atau bersikap cemburu yang keterlaluan seperti ini. Aku mengekang Putri Sifra, meski tidak kutunjukkan secara langsung. Tapi aku menahannya dari melakukan sesuatu yang memang menjadi kewajibannya.

Putri Sifra menangkup wajahku. "I like when you get mad." Aku menaikkan alisku ketika ia mengatakan itu. "Itu berarti, kau begitu peduli padaku."

"Ya."

"Aku—" Putri Sifra membasahi bibirnya.

Jika kau mengatakan bahwa kau menyukaiku, aku akan mengatakan bahwa aku mencintaimu, Notre Dame.

"Aku harus pergi, Jungkook."

Ah, aku kecewa.

Aku yakin bahwa Putri Sifra memiliki koneksi yang sama dengan diriku. Kami saling peduli pada satu sama lain, dan kami ingin bersama—meski hal itu masih samar-samar. Putri Sifra sampai saat ini belum menentukan pilihannya.

Tidak ada clue darinya. Aku tidak tahu siapa yang akan dipilihnya.

Putri Sifra berdiri, kemudian ia mengecup pipi kiriku. "Sampai bertemu nanti, Jeon Jungkook," lalu ia pergi. Meninggalkanku sendiri. Seketika, aku merasa kosong sejak ia pergi dari ruanganku.

Notre Dame, mengapa kau terus menggoyahkan perasaanku? Aku berusaha untuk bersikap sabar dan aku ingin menanti waktu yang tepat. Tapi jika seperti ini, aku semakin tidak bisa melepaskanmu.

Bagaimana ini?

-

Selama lebih dari seminggu, aku tidak bertemu Notre Dame. Bukan karena aku cemburu atau marah padanya, tapi karena dia ada perjalanan bisnis bersama dengan sang raja yang memang suatu keharusan. Aku merindukannya. Sangat.

NOTRE DAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang