[014]

1.7K 208 11
                                    

Hari demi hari kulewati, hingga akhirnya hari Sabtu tiba. Sebuah hari yang sangat kunantikan. Putri Sifra mengajakku berkencan. Kencan yang dimaksudnya bukanlah suatu kencan dengan bepergian ke suatu tempat untuk menghabiskan waktu. Kami berkencan di dalam istana—masih di daerah istana, karena sangat tidak mungkin sekali untuk kami bepergian keluar dari aera istana.

Banyak sekali musuh yang akan dengan siap menyerang dan bahkan membunuh. Aku tidak mau mengambil risiko, jadi aku hanya akan menuruti kemanapun Putri Sifra ingin pergi.

Pukul sembilan pagi, Putri Sifra menungguku di Guest Room. Kedua asistenku telah berbaik hati membantuku menyiapkan pakaian untuk kencan hari ini. Aku beratus-ratus kali lipat lebih tampan sekarang. Oh, percaya diri sekali dirimu wahai Jeon Jungkook. Memang harus begitu. Jika bukan diri sendiri, maka siapa yang akan memujiku?

Ketika aku memasuki Guest Room, Putri Sifra berada disana, berdiri dengan anggun beserta pakaiannya membuatnya terlihat lebih cantik. Well, ia memang setiap hari cantik—itu kenyataan. Aku bahkan tidak mengerti mengapa bisa ada makhluk ciptaan Tuhan seindah dirinya.

Putri Sifra tersenyum ketika melihatku. Aku menghampirinya dan membalas senyumannya. Kuucapkan kepadanya, "kau terlihat begitu cantik hari ini. Kurasa aku akan mati dengan damai,"

"Mengapa demikian?"

"Karena Tuhan sudah memperlihatkan surga dunia dihadapanku sekarang."

Putri Sifra memutar bola matanya. "Ey, jangan begitu. Aku tersipu, Jungkook!" Ujarnya. "Oh ya, sebelumnya aku ingin mengatakan bahwa kencan yang kumaksud itu adalah menghabiskan waktu dengan menunggangi kuda atau menonton film bersama di ruang teater. Kencan bersamaku bukan berarti kita bisa keluar dari area istana. Kau tidak apa-apa dengan itu?"

"Iya. Asal bersama dirimu, kemanapun akan kulewati. Meski harus menerjang ombak dan melawan derasnya samudra."

"JUNGKOOK!"

Aku tertawa. Putri Sifra semakin tersipu malu. Kamipun keluar dari Guest Room menuju ke kebun—tempat dimana kami bertemu pertama kali. Aku mengingat dengan jelas tentang malam itu. Malam indah yang membawa kenangan berarti untuk diriku.

Aku dan Putri Sifra duduk di sebuah kursi taman yang panjang. Kursi itu juga sempat kami duduki bersama pada malam itu. Apakah ini waktunya untuk bernostalgia? Haha, entahlah. Aku tidak tahu.

Putri Sifra memulai percakapan pertama kali. "Aku sudah memutuskan bahwa aku akan mengakhiri ajang sayembara ini dalam lima minggu." Oh, begitukah? "Dan juga, aku pada akhirnya memutuskan bahwa aku memang harus berpisah dari kekasihku."

"Mengapa demikian?"

"Aku tidak bisa mempertahankan hubungan kami. Things became worse between us, dan kurasa, jalan terbaik adalah mengakhiri semuanya. Dia harus bahagia. Jika bersama denganku, dia tidak akan pernah bebas. Dia akan terus terkekang. Dan aku juga belum tentu berakhir bersamanya." Ada benarnya juga. Masuk akal.

Aku mengangguk, "apapun keputusanmu, semuanya akan kuhargai, Notre Dame. Dalam lima minggu atau bahkan esok hari, jika memang kau sudah menentukan sesuatu yang sekiranya kau rasa itu yang terbaik, maka lakukan. Aku mendukungmu."

"Benarkah? Bahkan jika kau kalah dalam ajang sayembara ini?"

Entahlah. Hatiku mencelus ketika mendengar pernyataannya barusan. Apakah aku siap untuk terus mendukungnya, bahkan jika aku kalah dari ajang sayembara ini?

"Kau akan berkencan dengan Kim Taehyung pada hari Minggu?" Putri Sifra mengangguk. "Sekarang, kau berkencan denganku. Esok hari dengan Kim Taehyung. Apa kau punya jadwal tersendiri untuk berkencan dengan para peserta?"

Putri Sifra mengangguk. "Iya. Sebenarnya ini tidak penting, tapi kurasa, kau sepertinya harus tahu. Aku diharuskan untuk pergi berkencan dengan seluruh peserta yang masih berada di istana. Aku harus membagi waktuku untuk bertemu mereka jika ada waktu senggang untukku. Bukan hanya dirimu atau Kim Taehyung saja, tetapi semuanya. Seluruhnya dari kalian."

"Jadi, aku bukan satu-satunya?"

"Jungkook—"

"Tidak apa-apa."

Putri Sifra menggenggam tanganku. "You are the only one for me. Please trust me,"

"Bagaimana bisa kau mengatakan itu dengan begitu mudah? Bagaimana bisa aku menjadi satu-satunya bagimu di saat empat belas peserta lainnya juga berharap demikian terhadapmu?"

"Lantas, kau ingin aku untuk melakukan apa? Memulangkan mereka semua?"

Aku menggeleng. "Bukan. Tidak seperti itu. Aku hanya—saat ini aku sendiri belum tahu tentang perasaan yang kurasakan. Entah itu terhadapmu atau terhadap hal lainnya. Hidup ini menjadi begitu rumit."

"Apa aku membebanimu, Jeon Jungkook?"

"Tidak."

"Jika kita tidak bersama, apa kau akan tetap mendukungku?" Kali ini, aku tidak memberikan respon apapun. Aku bahkan tidak tahu harus menjawab apa. Lidahku kelu. Namun, Putri Sifra melepaskan genggaman tangannya. Seketika, aku merasa kosong. Kutatap wajahnya dengan lurus. Dapat kulihat bahwa ia menantikan jawaban dariku.

Putri Sifra membasahi bibirnya. "Aku tidak memaksa dirimu untuk berjuang demi diriku, Jungkook. After all this time, there was nothing between us. Aku tidak ingin membebanimu. Kau berhak untuk bahagia."

"Notre Dame?"

"Ya?"

"Apa kau akan melepasku? Apa kau akan memulangkanku?"

Putri Sifra menggeleng. "Tidak. Namun, jika kau ingin pergi, maka aku tidak akan menahanmu disini. Kau bebas pergi kemanapun sesuka hatimu. Yang perlu kau lakukan adalah beri tahu aku secepatnya."

"Aku tidak akan pernah pergi."

"Dan aku juga tidak akan pernah mengusirmu pergi."

Kubawa tubuh Putri Sifra kedalam pelukanku. Kubisikkan kepadanya, "I’m not so stupid as to believe that you’ve completely forgotten about your former boyfriend. I know what you’ve gone through, Notre Dame. I wouldn’t want you to rush into trying to be happy with any of this. I just—I just want to know if it’s possible . . ."

Entah mengapa aku bahkan menanyakan pertanyaan seperti itu padanya—pada Putri Sifra. Aku baru saja mengisyaratkan kepadanya apakah ada kemungkinan bahwa ia akan berakhir bersamaku? Menjadi milikku? Apakah ada kemungkinan bahwa takdir akan mempersatukan kami? Apakah ada kemungkinan bahwa ia akan menyukaiku, atau bahkan mencintaiku?

Putri Sifra mengangguk. "Yes, Jungkook." Bisiknya pelan. "It's possible."























































————

a/n:
the readers right now (after reading the last sentence): PLEASE HAPPY ENDING PLEASE HAPPY ENDING.

me: IT'S NOT SO EASY, GUYS.

NOTRE DAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang