Bonus Chapter

3K 195 21
                                    

WARNING: Mature Content

“Jungkook—astaga!”

Aku mencium bibir Notre Dame dan berbisik tepat di telinganya, “sabar ya, sebentar lagi.”

Ia melarikan tangannya pada leherku. Ia mengecup pipiku berkali-kali sembari mengatakan, “aku sangat mencintaimu. Sangat. Lebih dari apapun. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu, Jeon Jungkook.”

“Aku mencintaimu, Notre Dame. Lebih dari apapun.”

“Faster, please?” Pintanya. Aku bergerak lebih cepat lagi untuk menyusulnya orgasme.

“Notre Dame . . . sebentar lagi.”

Ia mengangguk, “klimaksku juga sepertinya sudah dekat.”

“Oke. Bersama-sama. Dalam hitungan ketiga.”

Ia tertawa. “Apa, sih? Kok harus dalam hitungan ketiga? Memangnya kita sedang dalam perlombaan? Aneh-aneh saja kau ini.”

“Oh, Notre Dame, kau sudah melanggar banyak peraturan. Kurasa, sedikit hukuman itu perlu, ya.”

“Aku kan Ratu. Hukuman bisa kuhilangkan dalam sekejap mata,” ledeknya.

“Oh, begitu rupanya?” Aku merasakan penisku kembali berkedut lagi. Orgasmeku tiba. Dinding vagina Notre Dame juga semakin menyempit. “Aku tidak bisa menahannya lagi. I'll come.”

“A-Aku juga.”

Dan kami orgasme bersama. Seluruh cairan spermaku masuk ke dalam rahimnya. Notre Dame mengais napas sebanyak-banyaknya, lalu ia menarikku untuk berbaring di sebelahnya. Ia membelai pipiku dengan tangannya dan sentuhannya itu terasa hangat.

Aku menatapnya, “entah aku percaya pada takdir atau percaya pada keadaan akan berubah pada waktunya.”

“Maksudnya?”

“Dulu, aku tidak pernah percaya bahwa cinta sejati itu akan datang. Aku tidak terlalu memikirkan wanita-wanita atau mengajak mereka berkencan. Aku selalu mementingkan pekerjaan dan mencari banyak uang. Tapi sekarang, aku bersamamu. Bersama dengan wanita yang paling kucintai.”

“Dulu, aku berpikir bahwa Itzan adalah cinta sejatiku. Dia begitu menyayangiku dan mencintaiku,” katanya. “Aku percaya bahwa dia benar-benar mencintaiku. Tapi ada kalanya ketika kami bertengkar, dia akan berubah total menjadi pemarah. Aku tidak suka pria yang suka marah-marah apalagi membentakku.”

Aku mendengarkannya. Ini pertama kalinya Notre Dame menceritakan tentang mantan kekasihnya itu padaku. Aku tidak kesal atau cemburu pada Itzan. Justru aku ingin berterima kasih pada Itzan karena telah melepas Notre Dame.

Dua tahun sudah aku menikah dengan Notre Dame, tapi belum dikaruniai anak. Sejak kepergian Yang Mulia Raja dan Ratu setahun yang lalu, Notre Dame mengatakan padaku bahwa dia belum siap untuk mempunyai anak. Aku mengerti. Berat sekali rasanya, pasti. Apalagi dia dinobatkan menjadi Ratu. Banyak hal yang harus diurusnya terlebih dahulu.

Persoalan anak—itu mudah. Notre Dame dan aku sama-sama masih berusia 24 tahun. Masih banyak kesempatan kami untuk mempunyai anak. Bukan begitu?

NOTRE DAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang