Jam menunjukkan pukul 8 malam, diva masih terjebak diruang operasi bersama pasien dan juga Dr. Albert yang sudah sadarkan diri, tetapi belum bisa membantu apa-apa karna tubuhnya lemas.
" div, lo gak apa-apa? " ucap winda.
" gimana win, lo nemu info apa? " tanya diva.
" semua info tentang virus M3 udah gw kasih ke Dr. Rachel dan sedang di analisis oleh semua dokter, dan benar pasien baru aja selesai perjalanan bisnis keluar negri 2 minggu yang lalu " ucap winda.
" gimana kabar dari team yang menuju markas WHO, apa udah ada kabar? " tanya diva.
" hasil lab belum keluar, karna banyak yang harus di tes. Setelah mereka menemukannya, team WHO sendiri yang akan kesini dan menangani. Lo yang kuat div, cuma lo yang bisa diandalkan disini sekarang " ucap diva.
Divapun mengangguk dengan wajah yang sangat pucat dan lemas. Ini adalah pertama kalinya diva dalam kondisi seperti ini, bahkan dirinya tak tau apa yang harus dilakukannya.
Sampai akhirnya.......
" DIVA!!!!! "
.
.
.
.
.
.
.
." KALIAN!!!! " mba widya, kevin, dan juga rian sudah sampai di australia dan mendatangi rumah sakit diva.
" diva lo gak apa-apa kan, lo baik-baik aja kan? " tanya mba wid.
" bram lo kasih tau mereka? " tanya bram yang ikut masuk ke ruang kontrol operasi bersama mereka.
" sorry div, gw harus kasih tau semua " ucap bram.
" winda, kasih pakaian khusus ke mereka, jangan sampe hal buruk terjadi " ucap diva.
Windapun memberi pakaian yang sama seperti yang digunakan dokter disana. Dan mereka bertiga dan juga bram langsung memakai pakaian tersebut.
" kamu bertahan diva, kamu pasti bisa. Kamu jangan khawatir, kita semua disini " ucap rian dan kevinpun ikut menyetujui.
" kalian gak seharusnya disini, disini bahaya buat kalian " ucap diva.
" untuk apa kita takut bahaya itu, kalo ada kamu di kondisi bahayanya diva " ucap kevin pelan.
Tak diduga, tiba-tiba pasien yang berada di meja operasi mulai kejang dan mulutnya mengeluarkan buih. Divapun langsung memencet tombol emergency untuk memanggil seluruh dokter ke ruang operasi.
" who are you, how can you be here? " ucap Dr. Edwin kepada mereka bertiga (siapa kamu, bagaimana kamu bisa ada di sini?).
" Doctor, the patient has a seizure and froths from his mouth " ucap diva cemas (Dokter, pasien mengalami kejang dan buih dari mulutnya).
Seketika Dr. Rachel mengambil tab di meja dan langsung mengetik sesuatu disana.
" Diva, you can open that computer " ucap Dr. Rachel dan diva mulai membuka dokumen yang dikirim oleh Dr. Rachel.
Disana terdapat langkah-langkah pertolongan yang harus diva lakukan terhadap pasien dan semua perlengkapan sudah disiapkan dan di masukan ke laci penghubung tersebut.
" Dr. Albert i can't do it " ucap diva lemas (Dr. Albert saya tidak bisa melakukannya).
" you can do it Dr. diva, you're our only hope " ucap Dr. Albert menyemangati diva (Anda dapat melakukannya, Dr. Diva, Anda satu-satunya harapan kami).
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Of Love {Rian Ardianto}
FanfictionApa yang kalian bayangkan kalo mendengar kata-kata 'Secret Of Love' ????? Cinta dalam diam, yupss betul sekali. Tetapi bagaimana kalo keadaain ini bersangkutan dengan atlet bulutangkis yang amat sangat fenomenal. Apakah cinta itu akan berkembang dan...