Lewat pukul tujuh malam, Adisti baru sampai di rumah kosnya. Macet di mana-mana selepas jam pulang kantor mengadang ojek online yang ditumpanginya. Untunglah suasana kos sedang sepi. Ruang tamu dan teras yang biasanya jadi tempat nongkrong anak-anak saat ini kosong. Bagus deh, Adisti senang karena sedang tidak mood untuk bertemu dengan teman-temannya. Dia ingin cepat-cepat beristirahat di kamarnya. Kuliah serta pertemuan dengan Berto dan Ares tadi terasa sangat melelahkan.
Segera Adisti menaiki tangga menuju lantai dua. Ada enam kamar kos di rumah ini. Empat kamar di lantai dua dan dua kamar di lantai satu. Pemilik kos adalah sepasang suami istri yang telah memasuki usia pensiun. Anak-anak mereka sudah berkeluarga dan tinggal di kota lain. Jadi, Bapak dan Ibu Hadi membuka usaha kos-kosan. Lumayan untuk menambah penghasilan dan sebagai teman supaya rumah tidak sepi, begitu kata Bu Hadi dulu waktu Adisti pertama kali pindah ke sini.
Sudah dua tahun Adisti tinggal di rumah kos ini. Dia betah karena rumah ini bersih dan rapi. Lokasinya yang tidak jauh dari kampus juga jadi nilai plus. Adisti bisa gampang pulang jika mendadak ada jam kuliah yang kosong. Teman-teman kosnya juga sangat baik. Terutama Nafa, teman sekamar juga teman kuliahnya.
Begitu membuka pintu kamar, pertanyaan Nafa datang memberondong. "Hai, gimana tadi? Jadi ketemu Berto? Sukses casting-nya?" Nafa, yang semula membaca sambil tiduran, buru-buru bangun dan duduk di sisi tempat tidurnya. Buku catatan yang sedang dibacanya terlempar begitu saja ke lantai.
Adisti hanya melemparkan senyum kecil. Dia menggeleng, meletakkan tas di atas meja, lalu duduk bersandar di kursi belajarnya. Nafa mendesah pelan melihat ekspresi Adisti. Dia bisa menduga apa yang terjadi dan langsung menyesal karena memberondong Adisti dengan pertanyaan tentang casting.
Sebagai penebus rasa bersalahnya, Nafa bangkit mengambil botol air putih dari kulkas kecil di sudut kamar, dan menuangnya ke gelas, lalu mengangsurkannya kepada Adisti. "Nih, minum dulu. Kayaknya lo capek banget."
"Thanks, Na." Adisti meneguk air dari dalam gelas sampai habis. Hatinya jadi sedikit lebih adem. Air dingin itu mampu mengusir haus dan sedikit rasa galau di hatinya. Menyadari Nafa masih menatapnya, seakan ingin tahu tetapi sungkan bertanya, Adisti melanjutkan kalimatnya, "Masih belum berhasil, nih, gue."
Helaan napas panjang Nafa terdengar jelas. Pasti sahabatnya itu ikut prihatin dengan kesuksesan Adisti yang tertunda. Kadang-kadang, Adisti merasa Nafa itu mirip Berto. Dua orang yang sangat yakin akan bakat dan kemampuan Adisti di bidang entertainment. Nafa juga begitu yakin bahwa kesuksesan Adisti akan datang tak lama lagi. Semangat dari Nafa dan Berto itulah yang membuat Adisti masih bertahan mencari peluang di dunia hiburan.
"Sabar aja, Dis. Masih banyak tawaran casting yang bakal datang nanti. Btw, Mas Berto bilang apa pas meeting tadi?"
"Nah, itu yang bikin gue lebih pusing lagi," Adisti memulai sesi curhatnya. Nafa adalah teman curhat Adisti sejak semester satu. Karena sekamar, praktis tidak ada rahasia di antara mereka.
"Apa? Kenapa?" Nafa berusaha meredam rasa penasarannya dengan memeluk erat bantal di pangkuannya, tetapi jelas tidak berhasil. Rasa penasaran terlihat jelas di wajahnya. "Lo enggak disuruh ikut casting yang aneh-aneh, 'kan? Gila aja Mas Berto kalo berani nyuruh lo kayak gitu!" Nafa sampai memelotot. Napasnya tertahan. Tegang. Pasti dia kebanyakan melihat berita-berita kriminal. Imajinasinya sering berkembang terlalu liar. Kadang-kadang, Adisti merasa Nafa cocok menjadi penulis cerita, terutama genre kriminal.
"Bukan!" Adisti mengibaskan tangannya, mengisyaratkan agar Nafa santai. "Gue cuma disuruh bikin sensasi biar nama gue naik."
Nafa malah tambah penasaran. "Gimana caranya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[CAMPUS COUPLE] Dewi Muliyawan - Love Scenario
RomanceAdisti sedang merintis karier di dunia hiburan. Di sela-sela kesibukannya kuliah, dia rajin ikut casting. Sayang, Adisti yang sesungguhnya punya bakat besar dalam seni peran belum menemukan keberuntungan. Hanya beberapa peran kecil yang dia dapatka...