Bab 23: Kejutan untuk Ares dan Adisti

1.6K 229 32
                                    



Gencatan senjata bisa jadi kata-kata yang tepat untuk menggambarkan hubungan Ares dan Adisti. Setelah bicara banyak di restoran itu, sedikit pengertian terjalin di antara mereka. Ares membiarkan Adisti menjaga jarak di belakang kamera. Hanya ketika berada di depan penggemar, penonton, dan kameralah kemesraan mereka pamerkan. Pandangan dan lirikan mata serta body language dua orang yang sedang jatuh cinta ditampilkan dengan sangat meyakinkan. Namun, di belakang kamera, suasana di antara mereka persis cuaca di kutub utara. Kaku dan dingin.

Ares belum berhasil mencairkan hati Adisti, tetapi Adisti bersedia mempertimbangkan lagi keinginannya untuk mundur dari perjanjian mereka dengan syarat Ares mampu membereskan kemelut hubungannya dengan Isabel. Ares kehabisan akal untuk meyakinkan Adisti bahwa hubungannya dengan Isabel sudah benar-benar berakhir. Jika Isabel masih merasa Ares pacarnya, apa yang bisa dia lakukan? Dia sudah berkali-kali menegaskan kepada Isabel mengenai status hubungan mereka, dan cewek itu sepenuhnya tidak pedulu.

Hingga saat ini, Adisti dan Ares berhasil menutupi krisis yang terjadi dalam hubungan mereka. Tidak ada seorang pun yang tahu, termasuk Berto. Atas nama tanggung jawab terhadap pekerjaan, mereka masih menghadiri undangan acara dan tentu saja latihan untuk penampilan duet perdana mereka. Dari respons penggemar di berbagai media sosial, bisa diperkirakan acara tersebut sangat ditunggu-tunggu banyak orang. Walaupun tiket untuk menyaksikan penampilan perdana pasangan paling hit itu sudah habis terjual, mereka tetap menepati jadwal promosi yang ada. Seperti kali ini, mereka menghadiri acara talk show live di TV dalam rangka promosi rencana penampilan duet mereka.

Berto bahkan menyempatkan diri untuk menonton langsung proses syuting. Pihak televisi sudah menyediakan tempat duduk spesial untuk Berto di antara penonton yang hadir di studio. Sengaja Berto memilih menyaksikan dari kursi penonton supaya dapat merasakan nuansa seperti yang disaksikan pemirsa di rumah nantinya. Adisti bisa melihat sorot bangga di mata Berto saat menyaksikan dia dan Ares duduk berdampingan dengan mesra dan menjawab dengan lancar berbagai pertanyaan yang diajukan para pembawa acara.

"Ceritain, dong, konsep penampilan kalian untuk duet nanti," pembawa acara yang bernama Nesya bertanya dengan nada genit dan manja. Tentu saja ditujukan untuk Ares. Adisti bahkan sempat melihat Nesya mengedipkan sebelah matanya kepada Ares.

"Sesuai dengan acara dan lagunya, kali ini kami mengusung tema romantis," jawa Ares kalem, seakan nada genit Nesya dan kedipan matanya tidak pernah ada. Adisti mengira Ares sudah sangat terbiasa dengan godaan cewek-cewek di sekitarnya sehingga sudah kebal.

"Pas dong dengan hubungan kalian yang lagi romantis-romantisnya?" pancing Timothi, sang pembawa acara pria. Kali ini pandangan matanya tertuju pada Adisti. Mengharapkan jawaban dari Adisti karena dari tadi lebih banyak Ares yang melontarkan jawaban.

Adisti melirik Ares yang duduk di sebelah kanannya, mengulas senyum malu-malu yang membuat penonton di dalam studio bersorak girang. "Cieee ...."

Perilaku cewek-cewek secantik apa pun bisa ditanggapi Ares dengan kalem, tetapi lirikan dari Adisti-lah yang mampu membuat jantungnya berdetak secepat saat dia sedang berlari sprint. Sorot matanya yang lembut sangat memikat. Ares membalas tak kalah mesranya. Ini bukan akting! seru Ares dalam hati. Sayang, tentu saja Adisti tidak mampu mendengar.

Tidak tersisa sedikit pun jejak krisis hubungan mereka. Sungguh artis berbakat, Ares membatin. Walau sebenarnya dia berharap semua ini bukan hanya terjadi di depan kamera. Tenang, katanya kepada diri sendiri. Aku pasti berhasil menyelesaikan semua masalah ini.

"Cerita, dong, tempat yang paling romantis menurut kamu," kata Timothi lagi.

Adisti segera mengumpulkan ingatannya akan lokasi-lokasi yang pernah mereka gunakan untuk pemotretan. Tempat-tempat yang indah itu bisa dijadikan referensi sebagai tempat romantis, 'kan? Namun, baru saja bibirnya terbuka untuk menjawab, Nesya sudah menyela, "Tunggu sebentar, jangan dijawab dulu. Kami punya kejutan untuk kamu berdua." Nesya menoleh menghadap kamera. Lalu dengan ekspresi dramatis berlebihan, dia berkata, "Guys ..., kita akan hadirkan bintang tamu yang sama sekali tidak terduga. Orang yang datang dari masa lalu mereka. Penasaran, 'kan?"

Sekali lagi penonton di studio bersorak.

"Mari kita sambut ... Isabel!!!" seru Timothi dan Nesya serentak.

Tepuk tangan penonton sangat meriah. Tidak peduli siapa yang akan datang, segala sesuatu yang berhubungan dengan Adisti dan Ares pasti disambut.

Kalau saja ada petir yang menyambar pada hari yang cerah ceria saat langit biru dan matahari bersinar terang seperti sekarang, Adisti dan Ares tidak akan sekaget itu. Adisti mencari-cari kehadiran Berto di tengah-tengah penonton. Jangan-jangan ini ide Berto? Namun, pikiran itu segera menghilang dari benak Adisti. Dia melihat Berto membelalak heran. Tangannya menutupi mulut, yang Adisti yakini sedang menganga. Ekspresi bingung, kaget, dan kesal begitu tampak di wajahnya. Emosi yang sama juga dirasakan oleh Adisti dan Ares. Mereka sekarang berpandangan.

"Ini bukan ide kamu, 'kan?" bisik Adisti.

"Bukanlah," Ares menjawab cepat.

"Terus siapa yang ngundang dia ke sini?" Adisti melirik ngeri, membayangkan apa yang akan terjadi. Ini siaran live. Tidak bisa diedit. Apa pun yang terjadi akan disaksikan oleh penonton di seluruh Indonesia, bahkan dunia mungkin, dengan adanya fasilitas streaming. Dan, jangan lupakan YouTube yang memungkinkan setiap tayangan menjadi viral. Bahkan bisa diulang-ulang setiap saat.

Dari belakang panggung, muncul Isabel. Dengan dandanan sangat prima seperti biasanya. Rambutnya yang berwarna cokelat keemasan menonjolkan kulitnya yang putih. Blus dengan kerah sabrina berwarna marum memamerkan keindahan pundaknya. Tata riasnya tampak gemerlap dengan bibir berwarna merah gelap. Penonton terpukau. Semua mata mengikuti gerak Isabel sejak muncul hingga duduk di sofa.[]



AUTHOR'S NOTE

Duh, kejutan yang sama sekali tidak menyenangkan buat Ares dan Adisti. Ini siaran langsung, lho. Enggak bisa diedit. Nekat banget Isabel muncul di acara ini.

Kira-kira apa yang bakal dilakukan Isabel, ya ...? Ngeri ... *tutup mata

Please, ditunggu komen dan sarannya buat Adisti dan Ares supaya selamat dari serangan Isabel.

[CAMPUS COUPLE] Dewi Muliyawan - Love ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang