Bab 11: Perebut Pacar Orang

2K 271 29
                                    


"Jon .... Ssst ..., Jon ...!"

Jon yang sedang berjalan di koridor kampus menghentikan langkah. Matanya mencari-cari sumber bisikan yang tadi memanggil namanya. Sepertinya, bisikan itu datang dari arah taman kampus yang tampak sepi. Jon hanya melihat semak-semak dan pohon-pohon yang dahannya bergoyang ditiup angin pagi.

"Jon!"

Bisikan itu terdengar agak keras sekarang. Itu dia. Dari balik semak di sebelah kanan, muncul kepala Adisti dan Nayla. Tangan mereka melambai-lambai, meminta Jon mendekat.

Jon menghampiri dengan langkah-langkah panjang. "Ada apa, sih?" tanyanya dengan kening berkerut menyaksikan dua sahabatnya itu duduk di bangku taman yang tersembunyi di balik semak perdu tinggi. "Ngapain pada ngumpet di sini? Pelajaran Bu Mitha lima menit lagi, woi!"

"Aduh, jangan cerewet! Duduk sini dulu. Emang lo enggak buka Line? Pelajaran Bu Mitha dibatalin. Ganti jadi besok."

"Oooh, baguslah. Terus, kalian ngapain ngumpet di sini?"

Adisti mengulurkan ponselnya. "Lo lihat ini, deh, Jon."

Jon membaca deretan berita di layar ponsel Adisti

Isabel, Model Cantik, Mengaku Pacar Ares.

Isabel dan Adisti, Dua Pacar Cantik Ares.

Isabel, Kekasih Rahasia Ares.

Adisti, Orang Ketiga Dalam Hubungan Ares Dan Isabel

"Maksudnya apa, nih?" Kerut di kening Jon semakin dalam.

"Jon," Nafa menyela tidak sabar, "artinya Ares udah punya pacar. Dan, Adisti dituduh sebagai perebut pacar o—" Kata-kata Nafa terhenti ketika dia melihat wajah pucat Adisti. "Eh ..., sori, Dis."

"Enggak apa-apa, kok. Yang lo bilang emang bener."

"Tapi, lo kan enggak ngerebut Ares!" sergah Jon kesal. Membahas Ares saja sudah membuatnya tidak nyaman, apalagi ditambah dengan berita Adisti merebut Ares dari pacarnya. Sok playboy banget, sih, pikir Jon kesal. "Dia yang enggak bilang kalau udah punya pacar."

"Iya, sih, Jon. Terus, gue harus gimana, ya?"

"Lo tanya ke Ares. Minta penjelasan." Seperti biasa, Jon selalu melontarkan saran tegas.

"Harus, ya?" Adisti, yang lebih suka menghindari konflik, bertanya ragu.

"Haruslah. Kalau enggak, nanti semuanya malah jadi kacau."

***

Ares berjalan mondar-mandir dengan gelisah di salah satu ruangan meeting Superstar Agency. Di ruangan berukuran kecil itu, hanya terdapat satu meja bundar dengan empat kursi. Ares mengintip ke luar jendela yang setengah tertutup horizontal blind. Matahari masih bersinar cerah. Benak Ares bekerja keras mencari kata-kata untuk menerangkan persoalan sebenarnya kepada Adisti.

Gaya cuek Ares menghilang sekarang. Entah mengapa, dia benar-benar tidak mau terjadi salah pengertian dengan Adisti. Ares tidak ingin Adisti mengecapnya sebagai cowok playboy yang suka mempermainkan cewek. Tidak, walaupun mantan Ares cukup banyak, tetapi dia tidak pernah menduakan mereka. Tidak etis, menurutnya. Dia hanya akan memulai hubungan baru ketika hubungan yang lama telah selesai. Bahkan, untuk pacar setting-an seperti love scenario ini dilakukannya setelah Isabel memutuskan hubungan. Yah, dia tahu hubungannya dengan Isabel putus sambung. Bukan salahnya, 'kan, kalau tidak bersedia menjalin hubungan kembali? Toh, Isabel yang meneriakkan kata putus.

Ares kembali berjalan mondar-mandir sambil menyusun kata-kata dalam benaknya.

***

Selepas kuliah tadi, Adisti langsung menghubungi Berto. Dia menceritakan keresahannya atas berita-berita negatif yang muncul. Berto mengerti bahwa Adisti tidak suka disebut merebut Ares dari Isabel. Tidak ada wanita yang senang dijuluki sebagai orang ketiga. Dia juga menilai berita-berita yang muncul di berbagai media sangat tidak bagus untuk karier Adisti. Tuduhan menjadi orang ketiga dalam suatu hubungan dengan gampang menarik haters. Sungguh berbahaya. Karena itu Berto langsung bergerak cepat dengan mengundang Adisti dan Ares untuk bicara di kantor Superstar Agency.

[CAMPUS COUPLE] Dewi Muliyawan - Love ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang