Bab 18: Kesempatan Emas

1.6K 219 21
                                    

Semula, Adisti mengira dia akan bebas dari Isabel setelah bercerita tentang hubungan pura-puranya dengan Ares. Ternyata, perkiraan Adisti meleset sangat jauh. Isabel justru semakin rutin menghubunginya. Telepon dari Isabel datang tanpa mengenal waktu. Pagi, siang, malam. Adisti sampai hafal gaya Isabel saat meneleponnya. Suaranya terdengar hangat dan akrab, seolah mereka berdua adalah sahabat lama. Gaya sok akrab Isabel justru membuat Adisti merasa kurang nyaman.

Ada saja hal-hal sepele yang ditanyakan Isabel via telepon. Misalnya, hampir setiap pagi selepas subuh, pasti Isabel meneleponnya untuk menanyakan jadwal Ares hari itu. Jika Adisti menjawab tidak ada kegiatan antara dirinya dan Ares, maka dia boleh sedikit bernapas lega. Baru sorenya telepon dari Isabel akan masuk lagi untuk menanyakan kegiatan esok hari. Namun, jika Isabel tahu Adisti punya jadwal kegiatan bersama Ares, bisa dipastikan ponsel Adisti akan lebih sering berdering sepanjang hari.

Isabel sering melontarkan pertanyaan remeh-temeh yang itu-itu saja. Berulang-ulang, nyaris setiap hari, dia menanyakan kondisi di tempat Ares berkegiatan, makan siang apa yang disantapnya, baju apa yang dipakainya, sampai pertanyaan aneh seperti apakah ada penggemar-penggemar cewek yang genit dan nekat mendekati Ares.

Awalnya, tentu saja Adisti merasa heran. Kenapa Isabel tidak langsung menelepon Ares jika ingin tahu informasi seputar cowok itu? "Ares enggak suka kalau aku terlalu banyak bertanya soal jadwal dan pekerjaannya," begitu jawab Isabel. "Dia suka ngambek kalau aku terlalu ingin tahu tentang kegiatannya sehari-hari. Padahal kan sebagai cewek aku lebih tenang kalau tahu kondisi dia. Karena itu aku minta bantuan kamu. Enggak keberatan, 'kan?" Isabel memperlihatkan mata dan ekspresi wajah super memelas, hingga Adisti tidak tega untuk menolak. Sebenarnya, Adisti lebih suka Isabel menelepon Karel jika cewek itu memang ingin tahu semua kegiatan Ares. Bisa dibilang, Karel selalu mendampingi Ares setiap saat syuting, meeting, sampai clubbing.

Yang merepotkan adalah, Isabel tidak mau mengerti bahwa Adisti juga punya banyak kegiatan, hingga tidak bisa langsung mengangkat teleponnya setiap saat. Tidak mungkin juga di tengah-tengah kuliah Adisti nekat mengangkat telepon Isabel. Atau ketika sedang syuting siaran langsung di televisi, ponsel Adisti yang disimpan dalam tas pasti bergetar tanpa henti karena Isabel akan meneleponnya tanpa henti sampai panggilannya diterima. Tidak heran baterai ponsel Adisti jadi lebih cepat habis dan itu membuat Adisti kelabakan.

Parahnya lagi, Isabel berpesan Ares tidak boleh tahu bahwa dia sering menelepon Adisti. Ini membuat Adisti merasa berada dalam posisi yang sangat sulit. Yang satu ingin setiap panggilan teleponnya langsung diterima, sedangkan yang lainnya tidak tahu apa-apa. Adisti jadi harus kucing-kucingan dengan Ares. Dia juga sering merasa tidak enak karena seperti memata-matai Ares. Namun, Isabel berjanji semua itu tidak masalah. Dia hanya ingin tahu keseharian Ares. Itu saja.

Yah, biarlah Adisti menerima semua kerepotan dari Isabel, demi Ares yang sudah berbaik hati menolong mengangkat kariernya. Berkat pertolongan Ares dalam proyek love scenario, nama Adisti mulai dikenal. Tawaran pekerjaan perlahan mulai berdatangan, dari yang kecil hingga besar, seperti undangan meeting dari Prisma Picture. Karena itu Adisti juga ingin membantu agar hubungan Ares dan Isabel bisa berjalan mulus.

Oh, baru diundang meeting saja Adisti sudah senang setengah mati. Siapa, sih, yang tidak kenal Prisma Picture, salah satu production house terbaik di Indonesia itu? Film-film buatan Prisma Picture kerap menyabet predikat box office. Prisma selalu menggarap film dengan cerita-cerita bermutu dan memilih aktor dan arktris terbaik. Karena itu Adisti sangat bersemangat ketika Ares mengabarkan jadwal pertemuan ini. Dia sampai melompat kegirangan dan memeluk Nafa erat.

"Yes! Asyik! Gue diundang meeting Prisma Picture, Fa!"

"Wow ... wow ... selamat, ya!" balas Nafa tersengal. Sesak napas. "Tapi ..., lepasin ..., dong ...!"

[CAMPUS COUPLE] Dewi Muliyawan - Love ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang