8.Persetujuan

202 27 1
                                    

Diluar rumah sangatlah gelap, walaupun jam menunjukan pukul 06.30 pagi.Memang pagi ini turun hujan lumayan deras.

Tok-tokkk...

"Non Zara buka pintunya,sarapan sudah siap."jerit Bi Inem.

Zara membuka pintunya dengan mata  setengah terbuka.

"Ini masih malem Bi,kenapa Bibi masak tengah malem gini sih."protes Zara.

"Ini sudah jam setengah tujuh atuh non...memang diluar hujan,jadi seperti malam."

"BUSET!!Setengah tujuh?bisa-bisa terlambat lagi seperti Minggu lalu."sontak mata Zara membelalak.

"Iya udah non Zara,cepet mandi.Bibi bawain bekal sarapan buat dimakan di sekolah,biar non ngga kesiangan."

"Oke bi."balas Zara.

Ia pun langsung mengambil handuk dan bergegas ke kamar mandi.

~~~

Hari ini Zara memakai motor scupy nya.Memang,memakai motor dirasa lebih cepat.Maka dari itu,ia tidak ingin diantar ataupun mengendarai mobilnya sendiri.

Menurutnya,kejadian Minggu lalu sudah membuat ia kewalahan.

Jarum panjang nyaris menunjuk angka dua belas.Tepat pukul 06.59 pagi,Zara berhasil melewati pintu gerbang yang hampir di tutup oleh pak satpam.Siapa lagi kalau bukan pak Watam,satpam yang selalu menutup pintu gerbang tepat waktu dan tidak pernah lebih dari pukul tujuh.

Mungkin matanya dibuat otimatis,sampai-sampai setiap menit selalu melihat dan menunggu jarum panjang tepat menunjuk pada angka dua belas.

Zara memarkirkan motornya ke sembarang tempat.Makhlum,baru pertama kali ia memakai motor ke sekolah.Biasanya ia memakai mobil ataupun diantar oleh pak Amang.

"Heh,motornya yang bener tuh.
Jangan main sembarang parkir!"ketus pak Watam.

"Iya Tuhan ujian apa lagi ini."batin Zara.

"Pak Watam yang baik hati dan sangat disiplin...makhlum baru pertama kali markirin motor di sekolah ini,jadi mohon pengertiannya."ucap Zara sok manis.

"NGGA PEDULI!POKOKNYA PERATURAN TETAP PERATURAN!SISWA DIWAJIBKAN MEMARKIRKAN MOTORNYA SECARA BENAR!DAN TIDAK MERUGIKAN ORANG LAIN!"omel pak Watam.

Telinga Zara memerah,ia malas sekali mendengarkan Omelan dari satpam yang sok disiplin itu.Menurut Zara,omelan pak Watam hanya membuat siswa-siswi di sekolah emputantular membenci kelakukan nya yang sangat disiplin itu.Bukan malah membuat siswanya takjup dengan kedisplinan satpam disekolah mereka.

"Sekarang gue tanya,gue suruh ngapain?"ucap Zara dengan malasnya.

"Heh,ngga boleh bilang "gue" saya tuh lebih tua ya.Di pake sopan santunnya dong!"ketus Pak Watam.

"Selow lah,pedes amat tuh mulut.Abis makan cabe?"ledek Zara

"Kamu tuh ya!Ngga tau lagi berhadapan sama siapa!"

"Sama pak Watam."balas Zara dengan santainya.

"Udah lah,males berdebat sama anak yang ngga punya sopan santun kaya kamu!Benerin tuh motornya.Jangan di tengah jalan.Itu kan jalan buat motor,bukan buat parkir!"

"Siapa juga yang mau debat sama Lo."batin Zara

"Iya pak Watam yang ganteng."ledek Zara.

Setelah Zara sudah selesai membenarkan motornya ketempat parkiran yang benar,ia langsung menuju ke kelasnya.

Berdebat dengan pak Watam memang lumayan lama.Untung di jam pertama bukan pelajaran seni musik.Bisa-bisa jika pada jam pertama yang mengajar Bu Karolin,Zara bisa kena hukuman lagi.

Zara[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang