Walaupun luka di kepala Zara bisa dikatakan parah, namun dengan kecanggihan alat modern jaman sekarang ia bisa sadar dengan cepat. Sedangkan Bi Inem masih setia menemani Zara di rumah sakit Cemara. Dengan keadaan Zara yang masih terbaring lemah diranjangnya.
Tok-tok
Ketukan pintu dari luar terdengar oleh mereka.
"Masuk." ucap Bi Inem.
"Maaf mengganggu waktu istirahat anda." ucap suster berjalan menuju meja kecil dekat ranjang.
"Tidak sus, kita juga sedang santai." balas Bi Inem ramah.
Suster itu mengangkat bibirnya. "Silahkan dimakan, jangan sampai telat makan ya. Semoga cepat sembuh." ucap suster itu dengan membawa sarapan untuk Zara dan meletakkannya dimeja dekat ranjang.
"Baik sus, nanti Zara makan."
"Oke. Sudah agak mendingan?" tanya suster kepada Zara.
"Sudah kok sus. Zara sudah boleh pulang?"
"Keadaan Zara masih lemah, mungkin beberapa hari lagi sudah boleh pulang. Tapi tidak sekarang." jelas suster.
"Kalo gitu Zara boleh dirawat di rumah saja kan sus. Soalnya bosen disini."
"Tentu saja boleh, tapi biayanya lebih mahal daripada dirawat disini. Jika keluarga Zara bisa membayar lebih, tidak masalah."
Zara memalingkan wajah dari suster dan bertanya kepada Bi Inem. "Ayah banyak uang kan Bi, soal uang pasti ngga ada masalah kan?"
"Sepertinya yang dikatakan Non Zara benar. Iya sudah entar Bi Inem bilang kepada tuan."
"Tidak ada masalah soal uang sus." mata Zara kembali beralih ke suster.
"Jika Zara benar ingin dirawat di rumah saja, konfirmasikan segera ke resepsionis ya. Biar mereka yang menangani."
"Oke sus."
"Iya sudah, permisi." ucap suster meninggalkan ruangan itu.
"Bi, ambilin ponsel Zara."
"Aduh Bibi lupa." Bi Inem tepuk jidat. "Tadi Bibi panik. Yang dipikirkan Bibi hanya baju Non Zara saja. Maaf ya Non."
"Yah kan, apa Zara bilang disini tuh bosen. Ngga ada barang-barang kesayangan Zara." ucap Zara cemberut.
"Biar Bibi telepon Pak Amang saja ya Non buat ngambilin."
"Eh, ngga usah Bi, Zara kan mau pulang. Mending Bibi bilang sama ayah Zara maunya dirawat di rumah."
"Oke Non, baik."
Sesuai perintah Zara, Bi Inem pun mengabari Mr.Roy jika anaknya memutuskan ingin dirawat di rumahnya saja.
Setelah perbincangan mereka selesai lewat telepon, Bi Inem segera mengurus persyaratan apa saja yang dibutuhkan untuk memindahkan Zara ke rumahnya. Ia memerintah Pak Amang supir pribadi Zara untuk menjemput mereka.
Semua persyaratan sudah terselesaikan Pak Amang juga sudah sampai didepan rumah sakit Cemara dan sedang menunggu mereka keluar.
Bi Inem menata barang yang ia bawa pagi buta tadi. Zara didorong menggunakan kursi roda takut terjadi apa-apa dengannya jika berjalan menggunakan kakinya sendiri.
Mereka keluar dari ruangan tempat Zara dirawat. Bi Inem membawa tas kecil yang berisikan baju ganti dan mendorong kursi roda yang didudukki oleh Zara.
Perawat rumah sakit menyiapkan alat -alat yang dibutuhkan untuk dibawa ke rumah Zara dengan mobil ambulan.
Ketika Pak Amang melihat Zara sudah keluar dari rumah sakit itu, ia segera membantu Bi Inem. Berjalan dengan langkah cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zara[COMPLETED]
Dla nastolatkówSuara hujan begitu indah didengar, setelah sekian lama tak hujan Zara sangat merindukannya. Banyak kenangan bersama rintik hujan tahun kemarin. Tak terasa satu tahun telah berlalu Zara dan dia berpisah. Rendy Syahraja.... iya... kekasihnya dulu, Zar...