19.Sinyal

86 15 4
                                    

Terkadang fisik tak mencerminkan sifat. Bahkan bisa saja sebaliknya.


Kayu bakar yang menghangatkan tubuh perlahan habis dilahap sang jago merah. Kehangatan saat ini juga perlahan hilang. Tinggal hitungan menit malam tergantikan oleh pagi dini hari.

Bersenang-senang pada malam ini rasanya cukup. Mereka pun memilih mengistirahatkan badan.

Reyna dan Nayla meninggalkan tempat, disusul dengan Rendy dan Roki.

Tinggal menyisakan Zara dan Kevin. Tak butuh waktu lama Zara pun beranjak dari tempatnya dan segera memasuki tenda.

"Za, temenin nyari sinyal yuk." ajak Kevin ketika Zara baru saja akan membuka tenda.

Ia pun membalikkan tubuhnya, "Sekarang banget nih?" tanyanya.

"Iya dong, hari ini terakhir kita disini, gue harus telepon orang rumah suruh bawa bensin."

"Ya ampun, gue lupa kalo bensin kalian habis. Lagian aneh banget masa udah tau mau pergi ngga di isi penuh bahan bakar mobil kalian. anehnya lagi serentak gitu kehabisan."

"Hehe, ya maaf."

"Iya-iya, ya udah kita cari kemana?"

Kevin berpikir sejenak, "emmmm, di atas pohon kali yak?"

"HAH!!" Mata Zara membelalak, " Serius? Sampe segitu niatnya lo?"

"Demi kamu, ups. Demi kalian maksudnya." Kevin terkekeh.

"Idih."

"Ayo gih."

"Oke."

Mereka mencari-cari pohon yang sekiranya bisa Kevin naiki. Hanya berbekal satu senter redup untuk menerangi gelapnya hutan ini. Bisa dibayangkan tak ada penerangan sedikitpun didalam hutan, kecuali senter yang dipegang oleh Zara. Itupun cahayanya sangatlah redup.

"Vin, liat deh sepertinya itu bisa dinaiki, lumayan tinggi juga." Zara mengarahkan senter ke pohon yang ia maksud.

"Boleh juga, oke gue naik pohon itu. Lo tunggu sini aja."

Zara mengangguk. "Hati-hati."

"Tenang aja."

Kevin menaiki pohon itu dalam keadaan hari yang masih terbilang gelap. Beberapa detik kemudian ia sudah berada di puncak pohon tersebut yang pastinya berada di ketinggian. Dan biasanya pada ketinggian peluang sinyal muncul lebih tinggi daripada di dataran rendah.

"Vin, gimana?" tanyanya sambil menjerit dan mengangkat kepalanya ke atas.

"Gue lagi ngetik Za, ini ada sinyal."

Zara tersenyum, "Baiklah."

"Aduh hilang lagi." Kevin pun cemberut dan memperlihatkan ekspresi kecewanya.

"Telepon aja deh, Vin." sarannya.

"Ide yang bagus."

Ia pun menunggu sinyal ada kembali. Beberapa detik, menit, bahkan jam sinyal itu tak kunjung memperlihatkan dirinya.

Matanya seketika berat untuk terbuka. Ia tak bisa lagi menahan kantuk. Kevin pun tertidur di atas pohon.

Zara lelah menunggu, ia pun tertidur juga di bawah pohon.

Yang tadinya sekeliling hutan ini berwarna hitam pekat bahkan tak terlihat, sekarang berubah menjadi terang. Cahaya matahari menyorot langsung kedalam hutan.

Teriknya tepat menuju mata Zara, ia terbangun kesilauan dan membuka matanya.

"Pagi!!!" Zara sadar hari sudah sangatlah pagi. Ia pun segera beranjak dari tempatnya dan berdiri memanggil Kevin. "Kevin, udah pagi bangun!" teriakan Zara tak kunjung terdengar oleh Kevin, ia masih asik dengan dunia mimpinya.

Zara[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang