Motor ninja melejit menuju perumahan Indah. Tempat istirahat dan berkumpul keluarga kecil Kevin. Ia mulai masuk gang melewati gapura. Terpampang jelas tulisan perumahan Indah di atasnya.
Hanya melewati tiga rumah dari gapura, sudah terlihat jelas bangunan paling mewah dilingkungan itu. Ia membelokkan kendaraan ke parkiran rumah. Membuka helm, setelah itu diletakkan di atas spion motornya.
Kevin menggaruk-nggarukkan kepala dengan kasar, "Agh." Ia merasa kesal.
Kevin membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu. Melepas sepatunya dipojok ruang tamu dan melangkah lebih dalam menuju kamar kesayangannya.
Sebelum Kevin memasuki kamar, ia melihat kedua orangtuanya duduk di ruang tengah. Terlihat dari raut wajah orang tuanya, mungkin saat ini mereka sedang bahagia. Bukan hanya itu yang membuat mata Kevin membelalak, namun benda yang berserakan di atas meja membuat matanya membuka lebih lebar dua kali lipat.
"Bun, yah, banyak banget sih perhiasannya. Terus itu amplop coklat, wih tebel bener."
Kevin mengambil posisi duduk."Kamu tahu ngga Vin, Bunda sekarang lagi seneng bangetttt." ucapnya heboh.
"Kenapa Bun?"
"Bunda tadi ikut arisan lagi, dan yang paling bahagia tuh Bunda udah baikan sama ibunya Rendy. Nah ini nih perhiasan ini Bunda dapet dari arisan itu."
"Terus yang itu tuh uang darimana?"
"Oh, itu uang ayahnya Zara. Tadi dia kesini terus ngembalikin uang yang ia hutang+bunganya langsung lho. Mungkin udah bangkit lagi tuh perusahaan."
"Bun!!!! Kalo begitu gimana nasib rencananya!" Greget Kevin.
"Bunda udah ngga mau ngurusin urusan itu Vin, lebih baik teman-teman Bunda daripada keegoisan kita."
"Ih! Katanya mau bantu Kevin! Tau ngga sih Bun, Zara mau cari tau apa yang sebenarnya terjadi......."
Ayahnya yang sedang asik membaca koran dengan kacamata berwarna emasnya mulai tertarik dengan perbincangan mereka.
"Vin, Sabtu besok awal libur kan. Kamu ngga ada niatan camping sama teman-temanmu?" Ayahnya angkat bicara.
Mendengar perkataan ayahnya, tiba-tiba ide Kevin bertebaran di mana-mana.
"Nah. Bener banget. Makasih Yah, sekali lagi makasih." Tak tahu kenapa Kevin bersalaman dengan ayahnya. Ayahnya hanya melongo melihatnya.
Ia mulai tahu apa tindakan selanjutnya. Tiba-tiba seperti diberi Ilham oleh ayahnya, untuk menyelesaikan misi.
~~~
Kevin menceritakan apa rencana selanjutnya. Ia menjelaskan kepada Zara dan Nayla lewat telepon.
Setelah itu mereka menyetujui rencana yang dibuat Kevin. Mereka memutuskan bertemu membahasnya.
Namun Nayla hanya bisa membahas disekolah, karena ia menjadi panitia lomba. Hari ini, hari terakhir lomba diadakan. Final? Iya. Bisa dibilang hari ini adalah puncaknya. Puncak dimana pemenang ditentukan pada hari ini juga.Yang tadinya Kevin tidak pernah berangkat pada hari-hari terakhir bersekolah, ia terpaksa harus berangkat. Sedangkan Zara, ia belum diperbolehkan beraktifitas diluar ruangan. Termasuk disekolah. Namun ia tetap bersikukuh untuk bersekolah.
Mereka berangkat sangat pagi sekali. Untuk membagi tugas sebelum acara classmetting dimulai.
Nayla sampai terlebih dahulu, ia langsung menuju tempat yang sudah direncanakan oleh mereka. Kelas kosong yang berada di lantai paling atas.
"Nay," Kevin menghampiri Nayla dengan nafas tidak beraturan. "Zara belum kesini? kirain gue paling lama." Ia mengambil posisi duduk di samping Nayla dan meletakkan tasnya di meja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zara[COMPLETED]
Fiksi RemajaSuara hujan begitu indah didengar, setelah sekian lama tak hujan Zara sangat merindukannya. Banyak kenangan bersama rintik hujan tahun kemarin. Tak terasa satu tahun telah berlalu Zara dan dia berpisah. Rendy Syahraja.... iya... kekasihnya dulu, Zar...