25. Akhirnya

188 9 1
                                    

Tak pikir panjang Zara segera membawa Kevin ke rumah sakit terdekat. Dibantu oleh warga yang ikut menyaksikan kejadian itu.

Karena lukanya cukup parah ia langsung dibawa ke ruang IGD. Zara sangat khawatir, jika terjadi apa-apa dengan Kevin, ia tak bisa memaafkan dirinya sendiri.

"Zara, Kevin kenapa?" tiba-tiba Rendy dan Nayla menghampiri Zara yang sedaritadi mondar-mandir didepan ruang IGD.

"Rendy." secara refleks Zara memeluk Rendy dengan erat sambil menyeka uluhnya. Rendy pun menyambutnya dengan hangat.

"Ren, ini semua salah gue." air matanya masih mengalir dengan deras.

"Sudah Za, semua yang terjadi itu takdir. Lo ngga bisa menyalahkan diri lo sendiri. Berdoa aja yang terbaik buat Kevin. Disana Kevin pasti sedang berjuang." sambil menepuk-nepuk punggung Zara.

Nayla mendekati Zara dan mengelus pundaknya. "Iya Za, benar apa yang dikatakan Rendy. Lo tenang ya."

Zara menatap sendu mata Nayla. Ia pun langsung melepaskan pelukannya dengan Rendy.

Mendengar ucapan mereka hati Zara terasa lebih tenang. "Makasih kalian sudah menenangkan hati gue."

"Santai lah Za, lo kan sahabat gue." Nayla pun merangkul pundak Zara. "Oia soal yang tadi di sekolah gue minta maaf ya."

"Iya Nay, gue ngga pernah sama sekali benci sama lo kok."

"Iyaya."

Mereka duduk ditempat duduk tunggu yang sudah disediakan didepan ruang IGD. Rasa was-was masih mengelilingi pikiran mereka.

Hanya duduk diam menunggu dokter ataupun suster membuka pintu dan memberikan kabar baik tentang Kevin.

Beberapa jam sudah berlalu. Zara sudah berkali-kali melihat detik jam yang tak hentinya berhenti. Namun, dokter dan suster masih serius menjalankan tugasnya.

"Za, Nay, mending kalian pulang deh. Biar gue aja yang nungguin Kevin. Lagian orang tua Kevin sebentar lagi mau datang kok. Kalo Kevin udah siuman pasti gue langsung hubungin kalian."

"NGGA!"

"Tapi Za, udah malem."

"NGGA! Gue bilang engga ya engga!" ucapnya tegas, sambil melototkan mata. Membuat nyali Rendy mengkerut.

"Ya ud--

"Maaf Anda keluarga dari pasien?" Setelah berjam-jam ditunggu akhirnya salah-satu suster membuka pintu dan menghampiri mereka.

"Kita temennya, gimana? Kevin udah sembuh sus?" Zara langsung saja berdiri dan bertanya kepada suster.

"Ma-maaf. Maaf sekali, pasien tidak bisa ditolong."

Mata Zara tak berkedip, air matanya jatuh tanpa aba-aba. Tiba-tiba tubuhnya jatuh kehilangan tenaga. Setelah itu ia langsung membuka pintu IGD dan memeluk tubuh yang terbaring lemah di ranjang pasien.

"Kevin, maafin gue." ia memeluk erat tubuhnya sambil menangis dan menjerit histeris tanpa henti.

"Za, sudah ikhlaskan Kevin." ucap Rendy.

Nayla hanya bisa menatap dengan tatapan kosong. Tak bisa dipercaya orang yang ia cintai pergi secepat ini.

Zara sekali lagi mengamati tubuh Kevin yang sudah terbalut oleh banyak perban. Mulai dari kepalanya yang terbalut perban beratus lapis. Bau darah juga masih menyengat di ruangan itu. Bekas jahitan terlihat jelas di kaki kirinya.

Zara pun teringat, ketika kecelakaan itu terjadi Kevin sempat meminta satu permintaan. Ia berpikir, kenapa harus menunda kebaikan. Toh Zara juga menginginkannya.

Zara[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang