Kenapa hidupku begitu rumit
-Zara Caylatalia Rambey-
Zara pergi mengendarai mobil BMW merahnya dengan kecepatan semaksimal mungkin. Tidak peduli bahaya yang akan dihadapinya. Hanya ada amarah yang mengelilingi otaknya.
Ia Menyusuri setiap jalan raya tanpa tujuan. Sesekali ia mengusap pipinya karena terlalu banyak air yang jatuh dari mata coklat itu.
Hitungan detik, menit, bahkan jam yang terbuang hanya karena ia tidak tahu arah tujuan pergi. Yang bisa ia lakukan sekarang adalah mengusap kristal putih miliknya karena tak henti-hentinya jatuh.
Tiga jam berlalu semenjak Zara bertengkar dengan ayahnya. Otaknya sedang diisi rasa amarah yang sangat membara saat ini. Bahkan ia tidak bisa berfikir jernih.
"AYAH!! zara sangat benci ayah!!" ketus Zara memukul stang mobilnya.
Amarahnya semakin menjadi ia bahkan menambah kecepatan mobil itu. Suasana sepi di jalan raya juga mendukung aksinya. Ditambah cahaya penerangan sangatlah minim. Awan hitam pun menutupi bulan menandakan akan turun hujan pada malam ini.
Jalan raya itu berkelok-kelok, banyak aspal yang berlubang tapi ia tidak mempedulikannya.
Brakkkkkk?!!!!!
Seketika mobil mewah itu berhasil mencium pohon besar di pinggir jalan. Kepala Zara terbentur stir mobil dengan keras membuat darah segarnya keluar deras.
"Aaah."
Zara memegang kepala yang terasa sakit, tangannya pun berlumuran darah karena memegang kepalanya.
"To-to..long."
Ia tidak bisa membuka mulut dengan maksimal. Benturan kepala dengan stir mobilnya itu membuat semua tubuh Zara melemah.
Zara tidak kuat lagi menahan sakit yang dirasakannya. Matanya sangat sulit untuk terbuka. Dalam hitungan detik ia memejamkan mata dan pingsan.
Tidak ada seorangpun di tempat itu, mungkin karena sudah sangat larut malam. Semua orang memilih tidur pulas.
Tiba-tiba suara motor berhasil memecah kesunyian tempat yang berada di jalan Merdeka. Ketika pengendara motor itu melihat sebuah mobil mengeluarkan asap pekat dan sudah menabrak pohon besar yang rindang, ia pun segera menghampiri dan membuka pintu secara paksa.
Ternyata usahanya nihil. Pintu itu tidak bisa terbuka walaupun ia memaksa bagaimanapun caranya. Ia memutuskan untuk mencari cara lain.
Matanya refleks melihat ke kawah, mencari benda tajam agar bisa memecahkan kaca jendela itu. Ia melihat besi bekas, yang kebetulan berada didekat lokasi. Secepat mungkin ia mengambil dan memukulkan ke kaca mobil. Alhasil usahanya berhasil.
Ia segera menarik lengan kanan Zara perlahan, disusul tangan kiri dan bagian tubuh yang lain.
"Hah, Zara!!" matanya membelalak.
Tentu saja ia tahu ketika melihat wajah seseorang itu. Zara adalah sosok orang yang ia cintai sejak dulu. Namun karena keadaan yang memaksanya, ia harus mengubur dalam-dalam perasaan itu.
"Zara kamu harus kuat, kamu pasti bisa kuat." Rendy memegang pipi menyadarkan Zara.
Ia segera meletakkan kepala Zara tepat dipangkuannya untuk menyadarkan Zara sejenak.
Kebetulan Rendy dari sekolah karena terlalu sibuk untuk menyiapkan classmetting. Acara itu dilaksanakan besok pagi. Maka dari itu ia menyiapkannya sampai selesai. Barulah setelah selesai ia pulang untuk beristirahat di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zara[COMPLETED]
Teen FictionSuara hujan begitu indah didengar, setelah sekian lama tak hujan Zara sangat merindukannya. Banyak kenangan bersama rintik hujan tahun kemarin. Tak terasa satu tahun telah berlalu Zara dan dia berpisah. Rendy Syahraja.... iya... kekasihnya dulu, Zar...