Ketika mereka sampai tepat didepan gerbang rumah, Kevin turun dari mobil membukaan pintu untuknya.
Berjalan dengan langkah panjang melewati depan mobil dan memegang gagang pintu mobil, membukanya.
Ceklek
Pintu mobil terbuka, kaki putih Nayla turun dari mobil. Bak tuan putri dari kerajaan, sedangkan Kevin adalah pangeran memakai baju berwarna biru khas kerjaaan. Nayla beranjak dan keluar. Kevin pun menutupnya kembali.
"Makasih Vin."
"Sama-sama, boleh gue anter sampai depan pintu rumah?"
Nayla nyengir, aneh sekali seharusnya ia yang menawarkannya. "Boleh kok boleh, ayo." ia menggerakkan tangan pertanda mengajak Kevin mengikuti langkahnya. Kevin pun mengikutinya disamping Nayla.
"Nay, kalo boleh tau, lo kok ngga kaya biasanya sih." mereka berjalan dengan Santai menuju depan pintu rumah. Kevin membawakan tas Nayla dengan memegangnya didepan dada.
"Maksudnya?"
"Ya, sorot mata lo ke Zara tuh beda dari biasanya. Semenjak-
"Semenjak gue liat kalian berdua di hutan?" lanjutnya.
"I-iya. Terus pas diperjalanan pulang lo ngga ngobrol sedikitpun dengannya."
"Kan cape."
"Jujur aja deh, gue tau banget sifat lo."
Nayla menghela napas berat, memejamkan mata sejenak, "Lo tau kan akhir-akhir ini kita sering bersama," mereka memberhentikan langkah saat sampai didepan pintu. "Dan ju....
"Apapun kondisinya dan alasan lo, jangan pernah bersikap dingin terhadapnya. Gue tau lo jelous, tapi pesen gue jangan memperlihatkan sikap lo yang seperti itu." Kevin langsung menyerobot ucapan lawan bicaranya.
Nayla semakin mengepalkan tangan kesal, amarahnya membeludak. Matanya berkaca-kaca dan memerah. "Kenapa sih, lo udah move on kan dari Zara. Kenapa lo masih care sama dia. Apa arti selama ini kita sering bersama, Tapi nyatanya diem-diem lo sama Zara di tengah hutan berduan melakukan hal yang bodoh!"
"Jaga ucapanmu Nay," Kevin memberontak ia hampir saja menampar Nayla, namun ia sadar tindakannya itu tak gentelman bagi seorang lelaki sejati. Ia langsung menarik tangannya kembali.
"Tampar! Tampar ayo, kenapa ngga jadi nampar! Perempuan murahan seperti Zara ngga pantes dapetin lo dan Rendy!" Semua kalimat yang terpendam perlahan terucap karena amarah. Api cemburu mulai menjalar ke seluruh tubuh.
"Murahan? Kau sedang membicarakan tentang dirimu sendiri bukan?" bahkan Kevin sangatlah kesal dengan perkataan Nayla yang merendahkan Zara.
"Ke-kevin, gue sayang sama lo. Wajar gue cemburu, wajar gue bilang seperti itu. Gue takut kehilangan lo."
Kevin agak terkejut dan sedikit bahagia, tak ditepisnya sekarang ia juga mulai mencintai Nayla. Namun mereka sedang dalam berdebatan yang serius. Tak wajar jika ia meluapkan Kebahagiannya sekarang.
"Gue pikir lo orang yang baik, tapi nyatanya lo busuk. Bahkan lebih busuk dari seorang pembunuh!"
Ia lebih memilih untuk berbicara seperti itu, tujuannya hanya untuk menyadarkan Nayla bahwa tindakannya salah terhadap Zara. Kevin juga tak ingin Nayla menganggap mereka melakukan hal yang semena-mena didalam hutan.
Perkataan Kevin menusuk ulih hati, sakit tak tertahan. Seperti tombak menunjam sampai tembus kebelakang tubuh. Tenggorokan seketika kering terikat rasa sakit. Sungguh, seorang yang ia cintai berbicara seperti itu terhadapnya, Nayla tak habis pikir. Tak percaya dengan semua kejadian yang berada di depan dirinya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zara[COMPLETED]
TienerfictieSuara hujan begitu indah didengar, setelah sekian lama tak hujan Zara sangat merindukannya. Banyak kenangan bersama rintik hujan tahun kemarin. Tak terasa satu tahun telah berlalu Zara dan dia berpisah. Rendy Syahraja.... iya... kekasihnya dulu, Zar...