14

19.2K 2.9K 286
                                    

Ketikan kasar di keyboard menjadi latar belakang suara ruang tamu yang hening. Sang pelaku seolah sengaja mengetik sesuatu dengan keras, terlihat kesal.

"Hey, jika kau terus seperti itu bisa-bisa laptopmu rusak." Tegur Doyoung, yang kini duduk disamping Taeyong yang masih menekukkan wajahnya.

Taeyong tak menjawab. Bagaimana pun juga ia masih kesal dengan kejadian tadi. Tidak seharusnya Doyoung menariknya dan mengacaukan acara double date mereka tadiㅡitu yang Taeyong pikirkan saat perjalan pulangㅡdan membuat Taeyong tak jadi makan bersama paman tampannya.

"Setidaknya makan dulu. Aku sudah berbaik hati untuk menyuapkanmu dan kau bisa sambil melanjutkan tugasmu." Ucap Doyoung lagi seraya menyodorkan sendok yang sudah berisi nasi dan daging yang sebelumnya Doyoung pesan.

"Tidak mau. Aku sedang marah." Ucap Taeyong penuh penekanan mengabaikan helaan nafas dari sahabatnya.

"Ya, terserah." Doyoung akhirnya menyerah. Menaruh piring dan sendok diatas meja yang berada dihadapannya. "Semoga saja kau tidak mati karena kelaparan."

"Dan jika aku mati, maka kau yang akan aku tuntut!"

Klik!

Taeyong dengan sengaja memencet tombol enter begitu keras; memberitahu Doyoung bahwa ia memang sedang marah dan jangan main-main dengannya kalau tidak ingin nyawa melayang.

Namun sepertinya Doyoung tidak sadar akan hal itu karena lelaki berwajah kelinci itu justru menjawab dengan enteng seolah sudah biasa menghadapi kucing yang mengamuk macam Lee Taeyong.

"Dan tentu saja itu tidak akan mungkin karena jika kau mati, maka kau akan dibakar dan menjadi abu. Lalu siapa yang ingin menuntutku, hm? Arwahmu?"

"Oh tentu tidak. Sebelum mati aku akan menulis surat terakhir terlebih dahulu dan memberitahukan bahwa Kim Doyoung adalah penyebab dari matinya seorang pria tampan bernama Lee Taeyong."

Doyoung tertawa sarkas saat mendengar ucapan Taeyong. "Oh, aku takut. Seseorang, tolong aku karena aku sedang diancam oleh kucing galak disampingku." Ejeknya.

Taeyong mendelik tajam. Kemudian mengambil mouse berwarna pinknya dan mengarahkan kursor tersebut pada tombol x berwarna merah dilayar.

"Berhenti tertawa atau aku akan menghapus novel ini?" Ancamnya.

Namun bukannya takut, justru Doyoung makin mengerasakan tawanya. "Ya silahkan saja. Kau ini yang tidak akan mendapatkan bayaran, bukan aku."

Taeyong mengerjapkan kedua matanya. Benar juga, mengapa Taeyong sangat bodoh hingga mengancam Doyoung yang bahkan oranngnya sendiri tak merasa terancam.

Namun saat melihat tawa menyebalkan dari sahabatnya itu, bibir Taeyong makin menukik kebawah dengan kedua mata yang berkaca-kaca membuat Doyoung seketika memberhentikan tawanya.

"Heung." Oh, inilah salah satu kelemahan Doyoung, wajah puppy eyes milik Taeyong. Senjata ampuh milik Taeyong untuk menaklukan pria bunny itu.

"Aish, iya-iya maafkan aku. Aku tidak akan mengganggumu lagi dan kerjakan dengan baik. Aku akan ke kamarmu dan menunggumu disana sampai kau selesai." Ucap Doyoung seraya mengusak surai milik Taeyong dan beranjak dari duduknya menuju kamar Taeyong.

"Dan bilang kepadaku jika kau lapar." Lanjutnya sebelum benar-benar masuk ke kamar Taeyong.

Taeyong terkekeh pelan. Ia memang suka jika Doyoung sudah mengalah seperti itu kepadanya. Akan terasa lebih baik dibanding dengan ocehannya yang selalu bisa mengalahkan Taeyong, itu sangat menyebalkan.

Paman, Next Door [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang