18

17.7K 2.7K 196
                                    

"A-ayah..."





Jaehyun mengernyit saat mendengar suara Taeyong yang berada dibelakangnya.




Apa tadi yang bocah itu katakan? Ayah?






Jaehyun terus menatap Taeyong yang semakin dekat dengannya. Dan jika Jaehyun tidak salah melihat, ada wajah kesedihan yang tertera pada wajah Taeyong.

"Apa tadi yang kau bilang?"

Taeyong, yang sedari tadi tertegun melihat ayah Jaehyun terbaring tak berdaya di tempat tidur pun tersentak saat mendengar suara Jaehyun yang terdengar sedikit meninggi.

"Ah-eh, apa? Umm, aku benar bukan? Ia ayah-Jung? Ayah paman?" Tanya Taeyong balik.

Jaehyun sedikit menyipitkan kedua matanya, sebelum akhirnya mengangguk dan kembali memandang ayahnya.

"Ya, dia ayahku."

Taeyong menatap Jaehyun tak terbaca, kemudian menatap pria yang ia yakini pasti sedang dalam masa koma.

"Jika aku boleh tau... apa yang terjadi pada ayah paman?" Tanya Taeyong hati-hati.

Jaehyun tak memandang wajah Taeyong yang berdiri disampingnya. "Kecelakaan beruntun, 2 tahun lalu."

Kedua mata Taeyong mengerjap. "Dan, tidak sadarkan diri hingga sekarang?"

Jaehyun mengangguk. Tangannya kembali menggenggam erat tangan yang kini mulai terlihat tonjolan tulang-tulang disekitar pergelangan tangannya, pertanda ayahnya benar-benar sudah kehilangan bobot tubuhnya.

"Aku turut bersedih.." Ucap Taeyong dan hanya dibalas senyuman tipis dari Jaehyun.

"Lalu.. apakah ini rumah paman?" Taeyong sedikit memelankan suaranya. Ia sedikit takut menanyakannya namun disatu sisi ia begitu penasaran.

Terdengar helaan nafas dari bibir Jaehyun sebelum menjawabnya. "Ya. Namun bukan rumah utama." Matanya kini beralih kearah Taeyong yang kini duduk dipinggir kasur ayahnya. "Bisa dibilang, ini adalah rumah kedua kami."

Taeyong sedikit memiringkan kepalanya. "Jadi, paman mempunyai banyak rumah?"

Taeyong jelas harus menanyakan hal itu. Karena Jaehyun menjawab bahwa ini adalah rumah kedua, bukankah besar kemungkinan Jaehyun juga memiliki rumah ketiga, keempat, dan seterusnya?

Terlihat Jaehyun menggeleng dengan pelan. "Tidak, aku tak mempunyai rumah yang banyak." Jelasnya disertai kekehan pelan. "Dulu, aku mempunyai rumah didaerah gangnamㅡ"

"Woah, itu adalah tempat orang kaya!" Pekik Taeyong memotong penjelasan Jaehyun.

"Ya, bisa dibilang seperti itu." Ada nada keraguan dari ucapan Jaehyun. "Namun sudah tidak saat tiba-tiba saja ayahku mengalami kebangkrutan."

Jaehyun menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi. Matanya menatap langit-langit, seolah sedang memikirkan ulang kejadian-kejadian yang dulu pernah ia alami.

"Ayahku membeli rumah ini saat itu, namun ibuku menolaknya dan lebih memilih untuk mempertahankan rumah mewah itu. Dan akhirnya, rumah ini hanya dikosongkan untuk sementara dan kami tetap tinggal di rumah yang lama."

"Tapi.. bagaimana kalian bisa membayarnya sedangkan kalian sedangㅡ"

"Itu adalah privasi keluarga kami. Hanya kami yang tahu mengapa rumah besar itu tetap dipertahankan." Ada sedikit nada emosi saat Jaehyun mengatakan hal itu, membuat Taeyong terdiam.

Jaehyun yang menyadari emosinya tak terkontrol hanya bisa menghembuskan nafasnya. "Maaf jika emosiku tak terkendali. Namun aku memang selalu emosi saat memikirkan alasan mengapa kita mempertahankan rumah bodoh itu."

Paman, Next Door [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang