35

18.1K 2.5K 628
                                    

Jaehyun kini dibuat frustasi akan hilangnya Taeyong. Ayahnya bahkan enggan berbicara dengannya sebelum ia membawa lelaki kecil itu.

Dipikirannya terlintas untuk menyusul Taeyong ke Jeju, namun ia sendiri seperti belum siap untuk menatap secara langsung wajah Taeyong. Rasa bersalah sekaligus malu masih berlenggut didalam hatinya dan itulah yang membuatnya frustasi.

"Aku menemukan alamat ia menginap, Jae. Apakah kau ingin berangkat sekarang?" Suara Johnny membuyarkan semua lamunannya. Matanya kini menelisik secarik kertas yang Johnny taruh dihadapannya.

"Aku mencarinya lewat jaringan teleponnya. Dan menurutku sepertinya ia memang ingin berlibur karena aku hanya melihat ia yang berjalan-jalan kearah pantai disana." Lanjut Johnny seraya menepuk bahu Jaehyun. "Buanglah egomu untuk saat ini. Saatnya kau meminta maaf dan merubah semuanya. Mungkin ini adalah teguranmu sekaligus jalanmu untuk mengatur kembali semuanya."

Jaehyun tak menjawab apapun setelahnya, namun Johnny tahu bahwa lelaki dingin itu kini sedang memikirkan kembali ucapannya.

"Mengenai ibumu.. ku dengar ia selalu datang ke rumah ayahmu." Tanya Johnny yang kini sedang mengaduk kopi panasnya.

"Ya. Bahkan selalu berteriak didepan rumah membuat beberapa tetangga merasa terganggu. Sejujurnya, aku tidak mengerti dengan jalan pikiran wanita itu." Jawab Jaehyun yang kembali mengalihkan perhatiannya pada pekerjaan.

Johnny menaikkan bahunya, memilih untuk kembali ke ruangannya tak lupa berterima kasih dengan kopi yang memang disediakan khusus di ruangan Jaehyun. Serius, rasa kopinya sangat berbeda dengan yang ada di pantry khusus karyawan biasa.

Berlalunya Johnny membuat Jaehyun menghentikan jemarinya pada pekerjaannya. Tangannya kini justru tergerak untuk mengetik suatu web dan mencari-cari jadwal penerbangan untuk esok hari.

Benar kata Johnny, untuk sekali saja ia harus menurunkan egonya. Ini semua demi ayahnya dan juga dirinya.

Bohong jika Jaehyun tidak merindukan bocah bar-bar itu. Bahkan setiap kali ia pulang ke apartemennya, ia sering kali tanpa sadar menatap pintu apartemen sebelahnya yang selalu tertutup.

Tidak ada lagi suara-suara yang mengganggu hidupnya, dan anehnya justru itu semuanya membuatnya frustasi.

Jaehyun mengklik sebuah tombol dibagian bawah dan seketika sebuah kertas keluar begitu saja dari mesin cetak. Kini, satu tiket telah berada digenggamannya membuat tanpa sadar bibir itu menukik senyuman dengan pikiran yang penuh harap.




《Paman, next door!》



Lelaki bertubuh kecil itu kini melangkah melewati pasir-pasir putih yang sesekali tersapu ombak. Keringat mulai membanjiri sebagian tubuhnya akibat sinar matahari yang masih menjulang tinggi. Namun itu semua tak menyurutkannya untuk bermain-main kecil bersama ombak-ombak yang menyapa kedua kakinya.

Ini adalah hari kedua ia berada disini. Dan sepertinya berlibur di pantai adalah pilihan yang tepat. Jiwanya terasa tentram tak kala menatap warna biru lautan yang damai. Bibirnya menukik senyum saat ia menghirup banyak-banyak udara segar, seolah ia sedang menikmatinya.

"Kau akan disangka orang gila jika tersenyum seperti itu sendirian."

Ucapan dari seseorang dibelakangnya membuat bibirnya makin tersenyum lebar. Taeyong memutar tubuhnya dan mendapati Rowoon yang berjalan kearahnya.

"Aku tak peduli apa perkataan orang. Yang terpenting adalah aku menikmatinya." Jawab Taeyong yang kembali menatap lautan.

Rowoon berdecih sekilas sebelum akhirnya ia berdiri disamping Taeyong dan mengikuti kegiatan yang dilakukan olehnya.

Paman, Next Door [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang