Seingat Jungkook, hari ini adalah tanggal merah yang berarti libur, tidak perlu bekerja. Dia sudah merencanakan akan tidur dan bermalas-malasan seharian. Kalau perlu tidak usah keluar dari apartemen.
Itu semua memang keinginannya. Tapi sayang ternyata tidak sesuai. Bel ribut apartemen berbunyi mengganggu tidurnya.
Jungkook mengusap wajahnya beberapa kali, kemudian melihat jam yang menggantung di dinding. Ini masih jam sembilan pagi. Kepalanya pening, Jungkook menyibak kasar selimut yang tadinya dia gunakan.
Berjalan keluar kamarnya, hanya dengan celana training. Kebiasaannya adalah tidur tanpa memakai baju atasan.
Dia benar-benar ingin memarahi siapa yang berani menganggu tidurnya.
Tapi ketika pintu terbuka, di depannya tidak ada siapapun.
Sampai dia merasakan tepukan di kakinya. Ada anak kecil ketika dia menunduk untuk melihat.
Mungkin usianya lima tahun. Rambutnya coklat gelap memakai jaket kuning dan celana hitam selutut. Kakinya dibungkus sepatu boots, dan membawa ransel warna merah dipunggungnya. Ada botol minuman tergantung dengan tali dileher dan tangan kirinya memeluk boneka kelinci warna merah muda yang sudah usang. Sementara tangan kanannya terulur ke arah Jungkook memberikan amplop, anak itu mendongak ke arah Jungkook yang masih berdiri di depannya.
Tangan Jungkook terulur menerima amplop yang di berikan anak kecil yang tingginya tidak sampai pinggang Jungkook.
Jungkook membuka dan kemudian membaca kertas yang ada di dalamnya.
Jika kau membaca surat ini, mungkin kau tidak akan percaya. Tapi anak yang memberikan surat ini padamu adalah anakmu.
Mata Jungkook yang sebelumnya masih agak mengantuk, mendadak terbuka lebar. Beberapa kali dia membaca surat di tangannya. Apa dia sedang dikerjai?
"Dimana ibumu?"
Jungkook bertanya pada anak kecil yang ada di depannya. Tapi dia hanya mendapatkan gelengan kepala.
"Dengar ya, aku tidak akan percaya dengan hal bodoh seperti ini. Aku akan mengantarkanmu ke orang tuamu setelah ini," Jungkook berkata dengan wajah sinis di depan anak kecil yang baru di temuinya.
"Aku juga tidak mau jika ternyata papaku adalah orang sepertimu," anak kecil itu berkata ketus kemudian berjalan masuk ke dalam apartemen melewati Jungkook.
Jungkook berbalik mengejar anak kecil yang baru masuk ke apartemennya. Dia menemukan anak itu sudah duduk di sofa dengan memangku boneka kelinci yang tadi dibawanya.
"Siapa yang menyuruhmu masuk?!" Anak kecil ini benar-benar membuatnya darah tinggi di pagi hari.
"Bukannya seharusnya tamu itu dipersilahkan untuk masuk?" Jungkook tidak mungkin memperlakukan anak kecil dengan kasar bukan? Dia menghela nafas kasar.
Dia kemudian duduk di seberang anak itu, badannya condong kedepan.
"Dimana ibumu?"
Tanya Jungkook lagi tapi anak ini hanya diam tidak menjawab pertanyaan Jungkook.
"Ini mustahil, aku tidak mungkin punya anak. Apalagi belum menikah," tangan Jungkook bersedekap di depan dada.
"Lagipula tidak mungkin kamu bisa kesini sendirian. Siapa sebenarnya orang tuamu? Apa kau dibuang?"
Pertanyaan Jungkook sedikit berlebihan. Tangan anak itu sedikit keras meremat boneka yang ada di pelukannya. Wajahnya sedikit merengut.
"Bukannya sudah membaca isi suratnya?"
Jungkook menghela nafas kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPARKLE [end]
Short StoryJungkook menemukan anak kecil di depan pintu rumahnya dengan surat yang mengatakan jika anak itu adalah anaknya