Taetae melihat ikan-ikan miliknya berenang di dalam akuarium. Dia sudah bicara pada papanya ketika pagi akan berangkat sekolah. Dan ketika dia pulang sudah ada akuarium besar di ruang tamu.
Ada empat ikan miliknya di tambah beberapa ikan kecil-kecil yang lain ada banyak. Rumput-rumput di dalamnya bergoyang-goyang, dan ada batu-batu berlubang tempat ikannya bersembunyi. Kata papanya itu dinamakan karang. Taetae bisa menemukannya di laut.
Taetae tentu saja senang. Bahkan sekarang dengan kursi dia berdiri di atasnya, agar tingginya sejajar dengan akuarium. Wajahnya dia tempelkan di kaca, biar bisa melihat ikan-ikan dengan dekat.
"Kok ikannya sembunyi terus?"
"Ikannya takut, jangan dekat-dekat melihatnya."
Taetae mencebik, wajahnya dijauhkan dari kaca akuarium. Jungkook datang mendekat.
"Itu apa?" Taetae bertanya ketika papanya menaburkan benda yang dia tidak tahu namanya ke dalam akuarium.
"Ikannya harus makan biar tidak mati," jadi benda yang di bawa papanya makanan ikan. Kok bentuknya aneh, bulat-bulat kecil.
"Ikan tidak suka cheese burger ya?"
Taetae jadi semangat belajar setelah ada akuarium. Kalau malam jadi indah, dia suka melihatnya.
Papanya menambahkan lampu neon panjang di rangkanya. Jadi di dalamnya bisa kelihatan.Tapi sekarang dia harus menyelesaikan tugasnya. Membuat bentuk lingkaran di buku, tanpa ada garis bantu untuknya. Jadi beberapa bentuknya tidak begitu sempurna, ada banyak yang penyot.
Tangan Taetae memang sudah tidak kaku lagi ketika di gunakan untuk menulis. Jadi sekarang dia mengerjakannya sendiri. Papanya hanya mengawasi. Dia duduk lesehan di bawah. Dengan meja lipat baru, papanya yang membelikan. Dengan gambar superhero, Iron Man kata papanya. Padahal Taetae tidak begitu mengerti. Sementara papanya ada di atas sofa, dia juga sedang bekerja.
"Pa— punya Taetae sudah selesai," Jungkook masih sibuk dengan laptopnya.
"Kalau sudah masukkan lagi ke dalam tas mu, Papa masih sibuk."
Taetae melakukan apa yang papanya katakan. Setelah selesai dia kemudian naik ke sofa. Dari pinggir mengintip apa yang papanya kerjakan.
Matanya mengernyit, pusing dengan yang dia lihat.
Kok papanya bisa membaca semuanya? Ada banyak huruf kecil-kecil, bahkan Taetae tidak tahu namanya. Jumlahkan banyak sekali, berbaris-baris. Sampai Taetae tidak bisa menghitungnya.
"Jangan ganggu Papa, kamu main dengan mainanmu saja sana."
Taetae merengut. Dia kemudian turun dari sofa. Masuk ke kamar, kemudian keluar lagi. Ada mobil-mobilan dengan remote di tangannya.
Dia lalu bermain dengan itu. Masih dengan rengutan di wajah, ditambah mobil miliknya beberapa kali harus menabrak tembok.
Sampai kaki papanya dia tabrak dengan mobil mainan miliknya. Taetae lalu terdiam, tangannya diturunkan.
Takut papanya marah karena laptop di pangkuannya sekarang sudah ditutup dan diturunkan.
Jungkook menghela nafas, dia tidak bisa bekerja jika begini. Suara mainan anaknya terlalu bising.
Dan begitu dia merasakan sesuatu menabrak kakinya dia benar-benar menghentikan pekerjaannya.
Taetae berdiri agak jauh dari posisinya. Diam dan masih merengut. Jungkook mendatanginya.
Papanya menggendong dia dengan sekali angkatan. Remote control yang ada di tangannya diambil. Jungkook lalu membawanya ke kamar.
"Papa sayang aku kan?"
Jungkook terdiam sesaat. Tidak menjawab pertanyaan anaknya.
Dia lalu naik ke kasur. Taetae tidur di peluk papanya. Pantatnya nyaman ditepuk-tepuk pelan, jadi mengantuk.
Hati Jungkook rasanya tercubit.
Jungkook memikirkan banyak hal. Pekerjaannya, hubungannya dengan Eunha, ibu anaknya yang sekarang masih jadi tanda tanya. Dan sekarang ditambah lagi pertanyaan Taetae kemarin malam yang terus menerus terpikirkan di kepalanya.
Jungkook melamun, kebingungan dengan hatinya sendiri. Apakah dia benar-benar sayang dengan anaknya?
Jungkook hanya ingin membuat anaknya merasa nyaman dengannya. Apapun itu, asal Taetae bahagia sekarang. Tidak masalah untuk melakukan apapun.
Sampai lamunannya terpecah karena pintu ruangannya terbuka dengan suara keras. Si pengangguran merusuh lagi ke tempatnya.
Tapi ada yang aneh, wajahnya lesu.
"Bagaimana kemajuannya?" Jungkook iseng bertanya.
"Kacau," Jimin menjawab singkat, lalu duduk di kursi yang ada di depan meja Jungkook.
Jungkook menaikkan alisnya, "kenapa? Bukannya kemarin katamu bakal ada kemajuan?"
Jimin lalu bercerita. Bagaimana dia kembali setelah mengantarkan Taetae. Lalu membawa Yoongi kerumahnya. Dan esok harinya dia dianiaya Yoongi setelah tidur bersama hanya karena Yoongi melihat isi ponselnya.
Jungkook tertawa sampai perutnya terasa sakit.
"Bangsat kau—"
Jimin kesal dengan wajah menyebalkan Jungkook. Ingin sekali memukulnya.
"Dan aku ada sesuatu untukmu, jika ibunya Taetae kembali kau akan bagaimana?"
Tawa Jungkook terhenti seketika.
"Itu dia. Disana duduk di ayunan" Yoongi bicara dengan orang yang sekarang duduk disampingnya. Sekarang dia berada di dalam mobil yang berhenti di depan sekolah Taetae.
"Dia tumbuh dengan baik kan?" Yoongi mengangguk.
"Aku sangat ingin menyentuhnya, tapi aku tidak memiliki keberanian."
"Tidak apa-apa jika hanya bisa melihat dari jauh, asal dia tidak di pisahkan lagi denganku."
Yoongi menggenggam tangan laki-laki yang ada disampingnya ketika dia mulai menangis.
"Terimakasih, Hyung sudah menjaganya selama ini."
"Sungguh ini bukan apa-apa," jawab Yoongi.
"Tapi kau adalah ibunya. Sudah saatnya kau memperjuangkannya, Taehyung."
tbc
Mau jadi mamanya Taetae? Mikir, kamu udah mirip sama Taehyung belum?
-jk-
KAMU SEDANG MEMBACA
SPARKLE [end]
Historia CortaJungkook menemukan anak kecil di depan pintu rumahnya dengan surat yang mengatakan jika anak itu adalah anaknya