7

18.3K 2.2K 138
                                    















berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian

bersakit-sakit dahulu, mantap-mantap kemudian

hehe






















"Anak siapa?"

"Bisakah kita bicara itu nanti saja?" Jungkook menyela, kemudian berjalan ke arah anak kecil yang kepalanya sedikit terlihat dari balik sofa.

"Masuklah kamar duluan, nanti Papa menyusul."

Jungkook mengelus kepala anaknya sebelum Taetae berlari memasuki kamar dan menutup pintu.

"Tadi aku mampir sebentar ke restoran, aku bawakan makanan."

Perempuan yang baru saja datang meletakkan beberapa kantong karton di atas meja.

"Terimakasih," Jungkook tersenyum, lalu membuka isinya.

"Siapa anak tadi?" pergerakan Jungkook terhenti. Mungkinkah dia harus mengatakannya?

"Dia anakku," Jungkook menjawab setelah agak lama. Seperti yang dia perkirakan, perempuan di depannya tidak akan percaya.

"Jangan bercanda!" nadanya meninggi ketika bicara dengan Jungkook.

"Aku tidak sedang bercanda," wajah Jungkook terlihat serius.

"Dan aku harap kau bisa menerimanya juga jika masih ingin melanjutkan hubungan kita, Eunha."

Mata perempuan di depan Jungkook sedikit melebar. Anak kecil yang tadi barusan ia lihat hanya akan menjadi batu sandungan untuknya.

Jungkook kembali setelah mengantar Eunha sampai depan pintu.

"Kenapa belum tidur?"

Ada siluet anak kecil di balik pintu kamarnya yang sedikit terbuka.

Jungkook langsung menggendongnya. Dia membawa anaknya ke atas kasur, kemudian tidur sambil memeluknya.

"Tadi pacarnya Papa ya?"

Jungkook tidak bisa melihat wajah anaknya. Taetae berkata lirih sambil sedikit menunduk.

Entah kenapa hati Jungkook sedikit tercubit setelah mendengar anaknya bersuara.




















Taetae duduk manis disamping papanya. Keduanya sedang berada di kantor, bukan kantor papanya. Mendengarkan papanya yang sedang berbicara dengan orang di depannya, kata papanya dia akan dimasukkan ke sekolah.

Ketika pulang mampir sebentar ke toko yang menjual perlengkapan untuk sekolah. Dia belikan banyak barang oleh papanya. Termasuk tas warna hitam bergambar boneka yang kepalanya berbentuk hati berwarna merah dan badannya polkadot kuning. Taetae inginnya yang berwarna merah, tapi di toko tidak ada.

Kata papanya dia akan mulai sekolah minggu depan.

"Kalau sekolah, nanti yang mengantar sama menjemput siapa?" dia bertanya pada laki-laki dewasa di sampingnya.

"Tentu saja Papa. Atau kau mau di jemput Paman Jimin? Dia pengangguran," Taetae hanya mengangguk-angguk.




























Jungkook harus bangun lebih pagi dari biasanya. Untuk bersiap-siap, terutama Taetae karena belum bisa memakai baju seragamnya sendiri.

"Jangan nakal disekolah," Jungkook mengantar sampai depan kelas.

Ada banyak ibu-ibu muda yang ikut masuk ke kelas menemani anaknya, beberapa masih menangis karena baru pertama kali masuk sekolah. Jungkook sebenarnya ingin masuk, tapi malu. Masak dia harus bergabung dengan ibu-ibu.

Untung anaknya penurut. Taetae tidak menangis di hari pertama sekolah. Dia duduk kelompok nomor dua dari depan. Sudah ada beberapa bangku yang terisi.

"Hai, aku Yeonjun."

Itu anak kecil gendut yang duduk di samping kanan Taetae menyapanya.

"Taetae," keduanya lalu tersenyum. Yeonjun jadi teman pertama Taetae.





"Orang tuamu belum datang, nak?" Taetae duduk sendirian di ayunan di halaman sekolahnya. Paman yang menjadi satpam sekolah bertanya kepadanya. Taetae mengangguk.

"Mau kutelponkan?" Taetae menggeleng. Dia juga tidak tahu nomor telepon papanya.

"Mungkin sebentar lagi datang," sambil mengayunkan ayunan dengan kakinya. Dia tersenyum pada orang yang berdiri di depannya.

"Paman ada di pos depan kalau kamu takut sendirian," lalu orang dewasa satu-satunya yang ada disitu berjalan pergi.

Taetae beberapa kali melihat ke arah gerbang, menunggu kedatangan papanya.

Apa papanya masih lama? Mungkin dia perlu bermain sebentar sembari menunggu papanya.

Taetae turun dari ayunan, di berjalan ke arah seluncuran. Menaiki tangganya hati-hati kemudian bersiap ketika sudah sampai atas. Duduk berselonjor di jalurnya, lalu meluncur turun.

Begitu sampai bawah, Taetae melihat di depannya ada sepatu mengkilap dan kaki-kaki panjang sedang berdiri di depannya.

Ada papanya ketika dia mendongak, dan dia langsung di gendong.

Taetae dibawa keluar area sekolah, paman yang menjaga di depan menyapa papanya begitupun sebaliknya.

Taetae dibawa papanya ke bangku belakang, padahal biasanya dia duduk di depan, di samping papanya.

Dia ingin bertanya pada papanya, kenapa lama datangnya.

Tapi begitu matanya melihat jika ada perempuan yang kemarin datang kerumahnya duduk di depan disamping papanya mulutnya hanya terkatup tidak berani bicara.








tbc







Pendek ya, maaf. Aku lagi gak enak hati, salah satu book punyaku hilang

SPARKLE [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang