27 tahun, lajang. Ada calon, tapi tidak mau diajak menikah.
Bukannya tidak mau, tapi dia kabur dan aku tidak tahu sebabnya.
Namanya Min Yoongi, satu tahun lebih tua. Dulu senior di kampusku dengan Jungkook. Manis, tapi galak. Itu yang membuat aku jadi suka.
Hubungan kami sebenarnya baik-baik saja, terlampau baik malahan. Yah, meskipun sering ada konflik kecil. Yoongi-hyung itu sebenarnya agak sadis, bukan secara fisik. Dia tidak akan sampai melukaiku kok, memang tenaganya seberapa sih dibanding aku? Aku banting sekali juga sudah lemas.
Sadis yang aku maksud adalah kata-katanya setajam pedang. Kalau belum terbiasa ya mungkin akan sakit hati.
Mudahnya, Yoongi-hyung itu tsundere.
Oke, kembali lagi soal hubungan kami yang aku sebut baik-baik saja dan sekarang jadi begini.
Ini sebenarnya terjadi sudah lama, mungkin ketika aku di tahun terakhir kuliah.
Perlu di ketahui, meskipun aku bajingan seperti Jungkook. Aku tidak pernah selingkuh dengan Yoongi-hyung, ya kadang genit sedikit sama yang lain. Tapi hatiku cuma untuk Yoongi-hyung seorang.
Di suatu waktu yang tidak terlalu kuingat tepatnya. Ya karena ingin kulupakan, karena aku sedikit menyesal.
Waktu itu aku membuat Yoongi-hyung marah besar. Sedih memang, dia sampai mendiamkan aku cukup lama. Dan hubungan kami berakhir begini, seperti musuh. Padahal rencanaku mau menikahinya setelah lulus kuliah.
Tidak ada kata putus, dan ternyata tidak enak digantung. Sudah bertahun-tahun, dan aku masih mengejarnya terus tanpa lelah.
Karena aku tidak mau kalau bukan dengan Yoongi-hyung.
Dan kalian mungkin bertanya-tanya apa sebab Yoongi-hyung marah padaku?
Baca baik-baik, bukan aku yang jahat disini.
Hari dimana hubunganku dengan Yoongi-hyung menjadi seperti medan perang adalah karena aku bicara soal temannya— yang aku lupa namanya karena cuma beberapa kali bertemu dan memang sudah lama. Dia menjadi pacar Jungkook.
Dan masalahnya disini adalah karena aku baru bicara padanya setelah sekian lama, Jungkook tidak benar-benar serius dengan temannya. Terkesan hanya mengambil keuntungan, kalian pasti sudah tahu Jungkook itu bagaimana.
Dia suka masuk sana-sini seperti flashdisk murahan. Jangan samakan aku dengan dia. Perkututku hanya untuk Yoongi-hyung— ya kadang beberapa kali memang main dengan yang lain.
Jangan bilang-bilang ke Yoongi-hyung.
Hari itu Yoongi-hyung marah besar, aku sampai dimaki-maki dan tidak bisa membalasnya. Soalnya dia kalau sudah marah kecepatan mulutnya ketika berbicara bisa menyamai kereta super cepat buatan Jepang, tidak boleh sebut merek.
Inginnya sih, aku lumat biar diam. Tapi tidak jadi, takutnya tambah marah.
Jadi begitulah kisah cintaku dengan Yoongi-hyung, bukannya tidak berkembang. Cuma sedikit terhambat saja.
Park Jimin ini masih berusaha memperbaiki keadaan. Dan mungkin kalau dulu kami sudah menikah, aku akan punya anak sebesar anaknya Jungkook.
Ngomong-ngomong, aku baru ingat sedikit. Nama temannya Yoongi-hyung itu mirip dengan anak Jungkook, tapi aku tidak ingat jelasnya.
done
KAMU SEDANG MEMBACA
SPARKLE [end]
Storie breviJungkook menemukan anak kecil di depan pintu rumahnya dengan surat yang mengatakan jika anak itu adalah anaknya