6

19K 2.2K 87
                                    

"Kalau yang ini untuk apa?" Taetae menunjuk salah satu benda yang berserak di depannya.
Dia bersama papanya baru saja pulang dari berbelanja dan beberapa benda di gelar di atas meja.
Papanya mengambil benda yang dia tunjuk tadi.

"Ini untuk mengencangkan sekrup, seperti ini."

Jungkook menunjukkan cara kerjanya. Telaten menyusun sesuai yang ada di petunjuk. Bentuk robot sudah mulai terlihat, tinggal menyambungkan beberapa bagian lagi.

Ingin menyenangkan sekaligus membuat kagum anaknya. Jungkook bahagia ketika anaknya bertepuk tangan saat mainan robot yang dia susun sendiri bisa berdiri.

"Bagus tidak?"

Taetae mengangguk, jari-jarinya mengelus beberapa bagian mainan robot yang berdiri di atas meja di depannya.

"Tapi lebih bagus boneka dari Mama."

Kalau bukan anaknya, mungkin dia sudah mendecih.


















"Dia seperti kamu waktu kecil," Jungkook tidak ingat bagaimana dia saat masih balita. Ingatannya hanya sampai ketika dia akan masuk sekolah dasar, dia pernah berkelahi dengan anak anjing dirumahnya.

Ibunya berkunjung ke rumahnya ketika sore. Untungnya dia sudah pulang bekerja, soal Taetae yang sering dia tinggal di rumah sendirian. Ibunya belum tahu.

Taetae duduk sedang memakan sereal yang berbentuk bermacam-macam huruf dengan susu di kursi tinggi. Jungkook baru saja membelikannya, biar anaknya mudah ketika makan. Taetae pendek, kadang tidak sampai ke meja.

"Bagaimana perkembangannya?"

Jungkook menggeleng. Seolah tidak ada petunjuk tentang siapa ibu dari anaknya. Selama ini memang dia tidak diam saja. Setelah dia tahu yang sebenarnya, Jungkook masih mencari-cari siapa orangnya.

"Dia juga tidak mau mengatakannya," Jungkook berkata lesu sambil melirik anaknya yang masih sibuk menyendokkan sereal bercampur susu ke dalam mulutnya.

"Ibu pikir tidak seperti itu," perkataan ibunya terjeda

"Kau memang harus bersabar, tapi mungkin saja Taetae juga tidak tahu siapa ibunya—"

Yang dikatakan ibunya mungkin ada benarnya. Jungkook tidak pernah berpikir sampai situ. Dia hidup dengan keegoisannya. Teringat ketika dia membentak keras anaknya, rasanya menyesal.

"Baik-baik dengan Papamu," pipi Taetae dicium lembut. Mengantar neneknya sampai depan pintu. Tangannya melambai-lambai ketika neneknya berjalan menjauh.

"Ayo mandi," itu suara papanya dari belakang.

Taetae kembali masuk kerumahnya setelah menutup pintu. Langkahnya pendek mengikuti sang papa ke kamar mandi.

Taetae sudah hafal beberapa urutannya. Setelah air dinyalakan, papanya biasa menuangkan sabun di botol ke dalam bak besar tempat biasa dia dimandikan.

Jadi dia melakukannya sendiri karena papanya barusan keluar setelah mendengar suara telepon dan tidak kembali-kembali.

Taetae melakukan apa yang seperti papanya lakukan. Setelah menuangkan sabun dia akan masuk ke bak berisi air.

Namun kali ini sedikit berbeda, ada gelembung  busa banyak sekali  setelah Taetae menuangkan cairan dari dalam botol yang dia yakini itu sabun.

Taetae suka gelembung, tapi ini terlalu banyak sampai tumpah-tumpah dari bak. Bahkan lantainya jadi banyak gelembung.

Taetae kebingungan, apa yang dia lakukan tadi salah? Keran air yang masih menyala membuatnya makin panik, dia tidak bisa mematikan airnya.

"Taetae—"

Jungkook masuk tiba-tiba, dan dia kaget dengan apa yang ada di dalam kamar mandi.

"Nak apa yang kau lakukan!" nadanya terdengar panik. Lantai kamar mandinya penuh dengan busa dan air yang mulai menggenang.

Anak kecil di depannya hanya berdiri diam dengan mata berkaca-kaca.




Jungkook menepuk-nepuk punggung anaknya di dalam gendongan.

"Jangan menangis," Taetae masih dibungkus handuk, beberapa kali suara isakan terdengar.

"T-tapi jangan marah," kepalanya bersembunyi di bahu papanya.

"Papa tidak marah," Jungkook masih berusaha menenangkan anaknya.

Taetae menegakkan badannya, "b-benarkah?"

Papanya mengangguk meyakinkan.

"T-tadi ingusku keluar kena baju Papa," sambil menunjuk baju Jungkook yang membekas basah di bagian bahu.



















Taetae bermain sendirian di ruang tengah yang luas. Mejanya sudah di pinggirkan oleh papanya. Papanya sendiri ada di ruang kerja. Dan Taetae bermain dengan mobil remote yang sebelumnya di belikan papanya. Dia belum terlalu bisa mengendalikan laju mobil dengan remote di tangannya, beberapa kali harus menabrak dinding. Taetae panik ketika pertama kali mobil-mobilan miliknya menabrak dinding dengan keras, takut rusak. Jadi sekarang dia sangat berhati-hati ketika menggunakannya, tidak lagi melajukan dengan cepat karena dia masih belum jago ketika berbelok.

"Ah, kecelakaan—"

Mobil-mobilan miliknya merangsek masuk celah di bawah sofa. Tae-tae berusaha mengambilnya, tapi harus terhenti ketika ada suara bel. Jadi dia berlari ke ruang kerja papanya.

Kepalanya mengintip kecil dari celah pintu.

"Ada apa?" Jungkook meliriknya sebentat, tapi perhatiannya kembali pada laptop menyala di depannya.

"Tadi belnya berbunyi," Jungkook kemudian berdiri lalu keluar.

Dia membuka pintu rumahnya.

Taetae masih berada di dalam, mengintip dari balik sofa. Ada perempuan muda masuk dan langsung memeluk papanya.



























tbc




gak ada gambar, aku lagi liburan

SPARKLE [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang