-8- Siapa?

31.2K 3.8K 146
                                    

Terkadang kita kira segala yang mewah pasti membuat kita bahagia, dan kemewahan menjadi hal yang banyak di kejar manusia. Tapi, bahagia tidak terletak pada kefanaan hal-hal duniawi melainkan pada apa yang tertinggal di hati, bahkan saat segala yang mewah sudah tidak ada pada diri kita.

*****

Syifa yang menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan. Ia mendongkak ketika melihat ada seorang di sampingnya. Ia sudah tidak menangis tapi matanya merah sembab, sangat ketahuan kalau ia baru selesai menangis.

"Lo nggak perlu dengerin omongan mereka, buat apa? Nggak penting juga," ucap lelaki sambil berjalan mendekat.

Syifa menoleh kebelakang melihat lelaki dengan jari tangan masuk kedalam saku celana. Lelaki itu bicara tapi tak melihat dirinya. "Ngapain lo disini ikutin gue ya?"

"Ada untung kalau gue ikutin lo?" tanya balik lelaki dengan rahang yang mengeras sempurna.

Syifa berdiri dari duduknya. "Lo itu aneh banget. Ngerti? Nggak jelas. Kalau ngomong lihat orangnya, nggak sopan banget." cibir Syifa.

"Nggak penting dan nggak pengen tau muka lo, lebih baik lo sholat dhuhur daripada nangis nggak jelas!"

Syifa tercenung. Ia lupa hingga kurang 15 menit bel masuk tetapi Ia belum sholat. "Makasih udah ngingetin. Nama lo siapa?" tanya Syifa baik-baik namun tidak ada jawaban membuat perempuan ini makin jengkel. "Dasar budek!" seru Syifa keras pasti lelaki ini juga mendengar.

Tanpa banyak bicara ia mengacir pergi turun tangga lalu menuju Musholla.

"You're a different girl, Syifa." gumam lelaki memakai baju sma yang sama seperti Syifa.

*****

Muhammad Atala Ar-Rahman. Yang biasa disebut dengan Atala.
Lelaki dingin yang selalu menghabiskan waktunya dengan belajar dan beribadah. Lelaki yang jarang sekali memandang perempuan yang mengajaknya bicara, karena ia sedari kecil sudah diajarkan agama oleh orang tuanya. Bahwa menjaga pandangan itu sangat di haruskan.

"Makasih udah ngingetin. Nama lo siapa?"

Senyum kecil terbit dibibir Atala.

Sedari dulu ia mengagumi Syifa, sering bertemu dikantin Atala hanya menundukkan kepalanya. Mendoakan Syifa dari jauh adalah cara Atala menjaga, menyampaikan lewat doa kepada Syifa.

Atala mengagumi Syifa karena Allah maka dari itu ia hanya mampu menundukkan kepala saat bertemu, mencurahkan semua kepada Allah.

Sejatinya bila cinta karena Allah itu berusaha menjaga dan lebih meningkatkan iman kita. Berbeda dengan cinta karena nafsu yang justru menarik kita ke hal yang tidak baik, berusaha memiliki tanpa ikatan pernikahan. Pacaran misalnya, itu adalah hal yang sangat salah.

Karena tidak ada cinta yang halal kecuali cinta dalam ikatan pernikahan.

*****

Saat memasuki kelas biasanya Syifa selalu bersama teman-temannya tapi sekarang sendirian. Ia belum beberapa dekat dengan Naila.

"Nai udah Sholat?" Tanya Syifa.

Naila yang membaca buku mendongkak menatap arah Syifa dengan senyum kecil.

"Udah Syif, kamu?

"Udah."

Naila menyodorkan roti bulat di kemasannya tertera roti rasa coklat. "Syifa kamu udah makan belum? aku ada roti, kamu makan aja.."

"Nggak usah Nai, gue udah makan."

Senja Assyifa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang