-51- kecewa (versi revisi)

25.9K 2.8K 364
                                    

Aku target ya temen-temen biar makin seruu! Jadi harus 200 komen buat part ini, kalau udah 200 komen baru aku up part selanjutnya. Jangan lupa kabarin kalau udah memenuhi target,

Happy reading all

*****

Tingkat tertinggi dalam mencintai yaitu mengikhlaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tingkat tertinggi dalam mencintai yaitu mengikhlaskan.

Tia telah selesai memilih beberapa pakaian, aksesoris dan lainnya. Atala memang sedari tadi hanya menunggu dimobil tanpa turun menemani Tia. Sadar, bahwa ia dan Tia bukanlah mahram apalagi jalan berdua, jika dilihat oranglain bisa menyebabkan ke salahpahaman.

Tia mengetuk kaca mobil, Atala yang tadinya memejamkan mata—menjadi terbangun. "Ta, maaf ya kalau lama, 1 jam pasti buat lo lama ya?"

Atala menegakkan badannya, setelah Tia duduk disebelah kursi mobil yang Atala duduki—tempat Syifa biasanya. "Udah?"

"Iya, udah, anterin pulang sampai depan apartement gue ya, Ta?"

Atala berdeham.

Tia melihat barang-barang yang telah ia beli. Hatinya merasa puas karena telah membeli barang khas Indonesia, sudah sangat rindu dengan negara kelahirannya ini. Terutama pada makam Mama dan Papanya setelah kejadian kebakaran, 10 tahun lalu. Ketika Tia masih umur 11 tahun tepatnya kelas 5 SD.

Pandangannya tertuju pada Atala namun, tidak diwajah lelaki ini, dibagian tangan Atala. Tepatnya tangan kanan jari manis Atala, terdapat cincin putih. Ah, cincin pernikahannya dengan Syifa.

"Gue seneng deh hari ini, Ta. Banyak banget nostalgianya, pagi tadi dengan modal google maps ke makam Mama, Papa terus ke rumah kita dulu yang lama meskipun, ya.. Enggak rupa rumah hanya kayak lahan bekas kebakaran, tapi gue seneng inget masa-masa dulu lo tetangga gue, baik banget, dingin sih tapi perhatian.." Tia menatap nanar pemandangan didepannya. "Gue jadi kangen kak Alan, dia menghilang lama banget sejak gue masuk universitasi di Italia. Tanpa kabar, sampai saat ini gue masih sering chat dia disosmednya meskipun gue tau itu sosmed udah mati tanpa pengurus."

Atala melirik Tia, yang siap menumpahkan airmatanya. "Lo udah berusaha cari kak Alan?"

Tia mengangguk. "Udah dari dulu, polisi udah bantu cari. But nothing. Padahal sekarang waktunya dia buat mimpin perusahaan Olivate Isha pasti kalau Bang Alan yang mimpin nggak bakal se bangkrut ini, otaknya pandai kayak Papa,"

"Makasih ya, Ta. Lo baik banget, maaf banget gue harus ngomong ini. Sebenarnya dari dulu, gue suka lo. Mangkannya waktu tau lo nikah sama Syifa, jujur gue berat nerimanya, but its okay. Gue sedang berusaha menerima takdir yang enggak pernah berpihak ke gue." lanjut Tia tanpa menoleh ke Atala.

*****

Syifa bosan menunggu Atala di taman belakang rumahnya sudah bolak balik mengoreng makanan agar tetap hangat dan memanaskan kuah. Sudah 3 jam menunggu Atala. Ditambah lagi susah mangulurkan saluran listrik untuk menambah hiasan namun yang ditunggu justru mengecewakan.

Senja Assyifa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang