-49- Pioritas (versi revisi)

21.1K 2.3K 82
                                    

"Maka dari itu, saya putuskan untuk kerjasama dengan perusahaan Olivate Isha yang berada di Italia. Untuk rekan-rekan saya mohon kerjasamanya lebih ditingkatkan lagi." Atala telah menyelesaikan semua penjelasannya.

Semua yang hadir pada rapat siang ini tampak takjub karena bisa berkerjasama dengan perusahaan Olivate Isha dari negara Italia.

Daren berdiri mengulurkan tangannya pada Atala. "Saya dari pihak Olivate Isha berterimakasih pada perusahaan Ar-Rahman yang telah bersedia untuk bekerjasama dengan kami, semoga kerjasama kita kali ini berhasil dengan keuntungan yang sama-sama menguntungkan.

Atala mengangguk lalu menyambut tangan Daren.

Setelah itu meeting ditutup. Kebetulan ini adalah makan siang, semua pegawai beranjak pergi untuk istirahat.

Tia tersenyum melihat Atala yang begitu gagah memimpin rapat. Ia sangat bangga mempunyai teman seperti Atala. Memang, Atala adalah orang yang ambisi untuk membanggakan keluarganya tetapi Atala tidak pernah bersikap individual.

"Ta, makasih ya." Tia berjalan mendekat pada Atala.

Diruangan meeting masih ada beberapa orang. Yaitu Atala, Yogi, Tia, Daren dan juga Brianna-Om dan Tante Tia yang sengaja berangkat dari Itali untuk menghadiri rapat.

Atala mengangguk sebagai jawaban terimakasih dari Tia. Ia mengemasi beberapa dokumen dan laptopnya.

"Atala, terimakasih ya udah mau bantu keluarga, Tante," Brianna mendekat kepada Atala. Wanita ini kurus sedikit pucat dengan mata yang sembab mungkin lelah karena baru saja mendarat di Indonesia kemarin malam.

Atala tersenyum sopan lalu menunduk. "Sama-sama, Tante Anna."

"Gimana kalau kita makan siang dulu sebagai tanda terimakasih ke perusahaan Ar-Rahman? Om Daren yang teraktir sushi," sahut Daren.

Tia mengangguk. "Boleh Om, Atala sama Yogi ayo? Udah lama kita enggak kumpul,"

*****

Mereka duduk disalah satu tempat VIP sebuah restoran mewah. Memesan beberapa masakan ala jepang seperti sushi dan lainnya. Atala sebenarnya tidak terlalu suka makanan yang seperti ini tetapi ia harus bersikap menghargai karena Daren-Om Tia adalah orang asli berkelahiran luar negri mungkin tidak biasa makan-makanan Indonesia yang tidak terlalu cocok dilidahnya.

"Atala, Tante dengar dari Tia kamu udah menikah ya? Siapa nama istri kamu, Ta?" tanya Brianna setelah makan. Wanita ini memakai scraf coklat susu yang disampirkan dilehernya.

Atala mendongkak lalu mengangguk. "Namanya Syifa, Tan,"

"Syifa? Tante kayak nggak asing, jangan-jangan anaknya kak Lani?"

"Iya emang anaknya Tante Lani, temen deket Tia, Tan." sahut Tia.

Brianna mengangguk raut mukanya sedikit kaget. "Oh sempit ya ternyata dunia, bisa banget kamu jodoh sama Syifa. Kalau Yogi udah nikah belum?"

Lelaki yang telah menyuapkan sushi ke mulutnya itu lantas mendongkak. "Belum lah Tante, belum dikasih waktunya sama Allah. Tapi, kalau Tante ada kenalan bule Italia boleh kenalin ke Yogi ya Tan?"

Semuanya tertawa. Yogi memang bisa membuat suasana awkward menjadi lebih sedikit santai.

"Boleh Yog, Om Daren ada sepupu masih umur 20 tahun kuliah di Italia kalau kamu mau bisa waktu nanti kita berkunjung ke perusahaan Olivate Isha sekalian ajak dia, gimana Yog?" Daren terkekeh.

Yogi teripu malu. "Ya boleh si Om, kalau cocok lumayan lah buat memperbaiki keturunan,"

Setelah itu mereka mencuci mulut dengan buah-buahan. Lalu membahas perihal perusahaan. "Gimana untuk selanjutnya, Om Daren?" tanya Yogi.

Senja Assyifa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang