-22- Perihal Kecewa

24.7K 3.1K 51
                                    

Syifa menumpahkan segala rasa yang ia tabung dipundaknya. Ia merasa campur aduk didadanya. Hana yang menopang setengah badan Syifa hanya bisa mengelus pundak Syifa sesekali ia meneteskan airmata karena melihat sahabatnya menangis histeris.

"Saya dan keluarga Aditama akan menunggu jawaban dari nak Naila selama 2 minggu kedepan kami akan kembali kesini,"

"Terimakasih.. Boleh saya kembali kekamar saya? Karena teman saya menunggu saya mengulang bacaan Al-Quran," pamit Naila sopan.

"Silahkan.."

Syifa yang menangis sekarang sedang menyeka airmatanya dibantu oleh Hana. Ia mengatur nafas agar tenang supaya Naila tidak mengetahui bahwa Ia menangis tanpa sebab. "Han masih kelihatan habis nangis ya?" tanya Syifa.

"Bentar.. Sini majuan aku usap pakai sapu tangan," Hana mengusap sudut mata Syifa pelan. "Udah sih Syif, tapi masih kelihatan sedikit."

"Yasudah Han, Lanjut baca Al-Quran aja deh!"

Krekk...

Pintu kamar Naila terbuka pelan. Naila memasukki kamarnya dengan deru nafas tidak beraturan. "Kenapa Nai?" tanya Hana.

"Ya Allah.. aku dilamar Orang yang aku nggak tau dia siapa!" seru Naila dengan menyandarkan tubuhnya kepintu kamarnya.

"Oh jadi Naila nggak tau apapun tentang kak Zein?" Batin Syifa.

"Syif?" sapa Naila.

Syifa yang melamun sontak terkejut, Ia masih menunduk tak berani untuk melihat mata Naila. Ia hanya diam menatap tangannya yang memilih ujung hijab. "Kenapa sakit?" lanjut Naila dengan berjalan kearah Syifa. "Syif?" Naila memegang pundak Syifa pelan.

Syifa menoleh kearah Naila memeluk Naila erat kembali menangis. Naila yang heran dengan perlakuan Syifa hanya mengusap punggungnya halus. Ia merasakan kesedihan yang mendalam pada Syifa.

"Nai.. Hiks.. Hiks.. aku nggak nyangka kamu secepat ini dilamar orang.. Hiks!" ucap Syifa sesengukkan.

"Syif kan aku belum kasih jawaban."

"Aku rasa kita masih baru saja berteman kamu udah mau nikah aja, Hiks.. Kita masih bisa main kan Nai?" tanyanya.

Naila terkekeh. "Bisa lah, gimana sih, ada-ada kamu ya."

"Maaf Nai, aku nangis bukan hanya karena itu saja Nai.. Itu hanya salah satunya.. Aku menyesal terlalu berharap lebih kepada seseorang." Batin Syifa.

Hana tersenyum memandang keduanya. Ia menghampiri keduanya dan memeluknya erat. Memberi energi pada Syifa dan Naila.

Setelah melantunkan bacaan Al-Quran yang indah mereka memakan hidangan yang sudah Naila siapkan. Seakan-akan lupa dengan apa yang sudah terjadi, kini suara deru tangisan sudah berganti tawa renyah dimasing-masing bibir mereka.

"Nak.. Ayo turun semua tamunya mau pulang!" ucap Umi Naila dan diangguki ketiganya.

Naila turun terlebih dahulu dan diikuti oleh Syifa dan Hana. Melihat ketiga orang tamu yang sudah beranjak berdiri ingin berpamitan. "Ini Han, Syif ada keluarga Aditama. Ini Zein anak dari mereka, Kakak Angkatan atas kamu katanya," ucap Hanum mengenalkan dan dibalas senyuman oleh Syifa dan Hana.

"Yasudah Bu.. Pak.. Nak kami kembali dahulu karena sudah siang!" pamit Pria yang disebut-Pak Aditama.

Syifa dan Hana menangkup tangan ketika bersalaman dengan tamu laki-laki. Dan bersalaman dengan Bu Aditama. Saat menangkup tangan didepan Zein dadanya bergetar sempurna. Tangannya berkeringat dingin, Ia menunduk melihat arah bawah.

Senja Assyifa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang