-54- Kejutan dan Bandara (versi revisi)

34.1K 2.7K 560
                                    

Kalian emang tergercep bangetttt.
Part ini aku nggak kasih tau targetnya, tapi harus lebih rame dari part kemarin, komennya harus lebih rame karena next part ini spesial bangett.

1 part sebelum ending, *cepet bgt udah ending. Iyaa cepet banget kalian emangg terbaikkk.

Kalau udah rame aku baru up part endingnya. Jadi semangat ngeramein

*****

Obat lukamu adalah waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Obat lukamu adalah waktu. Waktu, walaupun dia tidak akan menyembuhkan lukamu sepenuhnya, dia sabar untuk membuat lukamu itu menjadi abu.
Halimah binti Abu Zuaib As-Sa'diah.

*****

Atala pulang ke Rumahnya yang tampak sepi tak berpenghuni. Sudah beberapa kali ia mengetuk pintu tetapi Syifa tidak membuka kan pintu. Muncul dihati Atala kemana istrinya siang ini? Untung saja ia membawa kunci cadangan.

Saat masuk tidak ada orang sama sekali. Semua ruangan kosong begitu juga dengan lantai 2. Mungkin di lantai 3 ada istrinya

Dan benar Syifa sedang melamun didepan jendela kecil itu sembari memejam kan mata. Ia membawa buku kecil yang sudah penuh coretan tinta. Kulit putihnya terkena sinar matahari. Pantas saja ia tidak mendengar salam Atala.

"Assalamualaikum, Zaujati."

Suara yang dirindukan Syifa terdengar lagi ditelinganya. Tapi Syifa tidak menoleh karena mungkin hanya pemikirannya saja. Mana mungkin Atala pulang siang bolong seperti ini.

"Nggak dijawab nih salamnya?"

Syifa tetap terdiam sampai pundaknya disentuh oleh Atala. "Eh, Waalaikumussalam, Astaghfirullah maaf, Bang, aku kira cuma kepikiran aja kalau Abang pulang siang begini kan jarang."

Atala merentangkan tangan, tetapi Syifa hanya melihat tidak bergerak sedikit pun. Atala berjalan ke arah Syifa lalu memeluk istrinya mencium pucuk hijabnya sembari memejamkan mata. Pelan pelan Syifa mulai membalas pelukkan Atala. Ingin kembali menangis karena sudah merindukan pelukkan tulus dari Atala. "Maaf." bisik Atala tepat ditelinga Syifa lalu ia menenggelamkan kepalanya diceruk leher Syifa yang tertutup hijab.

Syifa semakin tidak kuat membendung air matanya. Ia menelusup kedada bidang Atala yang dibalut kemeja dan jas rapi. Menangis tersedu-sedu disana hingga suaranya sangat parau. Lama saling memeluk menyalurkan rasa rindu, kesal, marah dan sedih. Lalu, Atala mengendurkan pelukannya menangkup pipi Syifa yang kian menirus dan mata merah bekas menangis. Mencium dahi Syifa sedikit lama hingga tak terasa air matanya ikut keluar. Biar saja sebut Atala adalah lelaki cenggeng jika sudah didepan Syifa.

Beralih mengusap kedua mata Syifa yang masih sedikit membengkak membuat Syifa menutup matanya, lalu mendekatkan wajahnya ke arah Syifa, mencium kedua mata yang tertutup bergantian. "Masih marah?"

Senja Assyifa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang