-52- Alasan dan Pilihan (versi revisi)

26.3K 2.6K 522
                                    

Temen-temen kalian hebat banget, part kemarin belum ada sehari udah 200+ bikin makin semangattt! Maafin ya baru up kemarin gantian sama SENDU dulu hehe.

Target part ini 350 komen yaaa, siap?
Kalau udah 350 komen, kabarin yaaa biar cepet updatenya.. Semakin kalian banyak komen, semakin aku hafal nama-nama yang baca ceritaku.

Semangattt komennn!

*****

Mungkin dia gampang menangis dan lemah, tetapi ia kuat karena keyakinannya terhadap Allah yang membuat ia semakin kuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin dia gampang menangis dan lemah, tetapi ia kuat karena keyakinannya terhadap Allah yang membuat ia semakin kuat.

—Senja Assyifa.

*****

Tok.. Tok..

Syifa melihat seorang wanita dengan rambut pirang yang menjuntai, dan baju dress berwarna biru dengan aksesoris bunga-bunga kecil, dibalut dengan jaket berwarna coklat susu.

"Tia?"

Wanita ini mengangguk sembari melepas kacamata hitam yang ia pakai. "Hai, Syif, gue tau rumah kalian dari Atala langsung kok."

Syifa mengangguk canggung. "Oh iya, mau cari siapa? Abang? Udah berangkat ke Kantor dari pagi, Ti."

Tia terkekeh dengan tangan menyibak rambut pirangnya, terlihat leher putih yang terpampang membuat hati Syifa sakit ikut merasakan bahwa Tia—temannya ini tidak seharusnya memperlihatkan auratnya. "Gue cari lo lah! Ikut gue yuk? Besok gue harus ke Italia dan tinggal disana terus, Syif, last day im want to take you for a walk, mau ya pliss? Kemarin gue udah ajak jalan Atala buat temenin gue beli oleh-oleh, terus makan bareng Yogi sama Atala juga di Kantornya, tinggal jalan-jalan sama lo deh, lo temen satu-satunya yang paling baik, Bella? Jauh banget di Medan."

"Kamu kemarin habis jalan sama Abang?" tanya Syifa dengan pandangan mata heran.

"Yeah, bukan jalan bareng sih, dia cuma temenin gue."

Syifa tersenyum, senyumnya sangat sendu. "Tapi aku belum izin Abang, Ti. Kalau nanti malam tunggu Abang pulang gimana?"

"Syif, gue nggak ada waktu selain siang ini. Yaudah gini, lo telepon aja Atala buat izin, bilang aja mau jalan-jalan sama Tia gimana? Atau ke apartemen Tia mau pesen makanan terus bincang-bincang?"

Bagaimana bisa Atala mengangkat telepon Syifa? Sedangkan hari-hari kemarin chat maupun teleponnya saja tidak diangkat. "Main di rumah aku aja, kita coba bikin resep makanan yang baru?" tawar Syifa.

Tia membuka ponselnya. "Biar gue yang telepon." wanita ini menekan tombol memperbesar suara agar bisa terdengar oleh Syifa juga—mengurangi kesalahpahaman. Tidak sampai 1 menit tersambung dengan suara Atala.

"Halo, Ta?"

Hati Syifa mencetos, sedari kemarin chat maupun teleponnya saja tidak dibalas Atala, sedangkan Tia yang notabe nya hanya teman langsung diangkat oleh Atala.

Senja Assyifa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang