Tentu saja, Atala tidak tuli. Bagaimana perkataan kasar itu menyerbu telinganya. Namun Atala tidak perduli, buat apa memikirkan manusia tapi tidak memanusiakan?
Atala menjatuhkan bahunya lesu. Semuanya tidak paham, buta itu gelap, yang dimana semuanya tidak terlihat. Kalaupun ada kesempatan, dia juga ingin seperti mereka semua, hidup dalam warna, bukan cuma hidup dalam bayang-bayang asa.
Dia ingin bisa kembali seperti semula, menjadi gadis ceria yang tak merepotkan banyak orang. Namun apakah bisa? Setelah kejadian yang menimpanya tiga tahun yang lalu?
"Di minum dulu."
Atala mengangguk, menerima sodoran air minum lalu meneguknya. Atala begitu bersyukur, setidaknya masih ada seseorang yang menyayanginya. Seperti halnya.
Neta.
Ya setidaknya satu nama itu yang kini sedang menjalin kerjasama untuk keberlangsungan hidupnya. Sahabat.
"Tadi kenapa bisa sampai jatuh ke jalan sih, Ta?"
Atala hanya diam, menyerahkan botol airnya lagi pada Neta setelah itu menggeleng. Dia sedang ingin melupakan, bukan untuk mengungkitnya ulang. Itu sama saja, dia akan kembali teringat akan suara yang membuatnya frustasi.
"Tapi, lo enggak apa-apa, kan?"
Pertanyaan Neta kembali di respon gelengan oleh Atala. Neta menghembuskan nafas pelan, tahu jika temanya itu tak ingin di tanya dulu.
Mereka kembali diam, tak ada yang bersuara kecuali hilir mudik kendaraan yang memenuhi jalan.
"Kamu gak sekolah Net?"
"Sekolah. Kenapa?" Jawaban serta pertanyaan Neta membuat gadis berambut di gulung itu mengerutkan keningnya.
"Kenapa belum berangkat?"
"Gue gak tega sama lo Ta."
Atala berdecak pelan. Ini yang paling tak di suka gadis bermata coklat itu. Tak teganya orang terkadang mengenyampingkan urusan pentingnya sendiri.
"Jangan salah faham dulu. Gue gak tega soalnya lo baru terkena musibah. Lo pikir gue gak bakalan kepikiran."
"Kalau kamu gak sekolah, apa kamu pikir aku enggak akan kepikiran juga?"
Neta menatap sebal ke arah lawan bicaranya itu. Sebelum Neta benar-benar pergi meninggalkan Atala sendiri.
☁️
☁️
☁️
Awan menghela nafas lega cukup panjang, ketika matanya masih melihat pintu gerbang sekolahnya masih terbuka lebar.
Cowok itu segera memarkirkan mobilnya di tempat biasa, mengundang banyak perhatian para kaum hawa yang melewatinya.
Persetan dengan itu. Awan tak Sudi, mungkin karena mereka terlalu murahan. Tersenyum manja, mengedipkan mata genit, najis. Awan menutup kaca mobilnya segera.
"Kulino Awan kok! Kapan lagi coba liat cewek seksi Wan, ah lo mah ...." Alvian berdecak sebal gara-gara kaca mobil di tutup.
"Berisik!" Kata Bara.
Seketika itu hening.
Alvian mencibir lalu beralih mengambil ponselnya dari dalam saku celananya berharap ada yang lebih menarik lagi dari kedipan mata cewek yang tadi di lihatnya.
Sedangkan Bara menatap ke arah Awan dengan penuh tanda tanya. Perubahan sikap Awan menjadi hal baru bagi Bara.
"Lo oke bro?" Tanya Bara, jengah akan kening penuh kerutan dari Awan itu.
"Hemm."
Jawaban yang di lontarkan Awan justru malah sebaliknya dengan apa yang ada di kepalanya.
Bayangan gadis yang jam lalu ia tarik paksa seakan menghipnotis otaknya. Gadis itu jelas merasakan kesakitan atas cekalan Awan yang penuh dengan emosi, terlihat dari pipi merahnya serta tetesan bening yang keluar dari dalam matanya.
Awan mencoba menepikan perasaannya. Mencoba bersembunyi dari kata 'bersalah."
Hingga sebuah ketukan kaca dari samping kanannya membuatnya tersadar dan dengan paksa menurunkan kaca itu perlahan.
"Apa? Gue sibuk!"
"Sekali aja kali Wan, ya." Angel merengek. Belahan mulus pahanya begitu terlihat, dengan rok sekolah yang lebih tepat di sebut rok mini.
Setelah memejamkan mata sejenak, Awan memilih keluar mobil. Meladeni Angel sejenak.
"Apa lagi?"
"Nanti pu-"
"Nggak!"
"Gue belum selesai ngomong, Awan!" Kata Angel dengan suara mendayu-dayu.
Awan berseteru, memilih pergi dan berlalu meninggalkan Angel. Namun nihil, gadis itu mengikutinya dari belakang.
"Kita udah lama enggak ke club, Awan. Sekali ini aja kali."
Awan menghentikan langkahnya, berbalik dan memandang Angel.
"Gue enggak punya banyak waktu, bisa enggak jangan maksa?"
Na.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blind
Fiksi RemajaAku nggak butuh mata, jika itu hanya mengambil salah satu nyawa. _Atala Ulfiana. Written by IndaPurna 28 November 2019 End 16 Maret 2020