"Atala!"
Atala tersentak. Suara Angel yang memanggilnya membuat seluruh badannya nyaris kaku seketika. Ngapain gadis itu di kafe ini.
Awan mengernyit heran lalu berdiri. "Lo kenal sama Lala?" Tanya Awan pada Angel.
Atala sudah berpindah posisi. Dengan susah payah dia tegakkan kakinya untuk berpijak di lantai. Nafasnya mulai tak beraturan. Sepertinya musibah akan menimpanya lagi kali ini.
"Gue kenal." Kata Angel dengan rahang mengeras dan menatap Atala tajam. "Dia... Anak pembantu di rumah gue."
Atala tersentak. Hatinya mencelos. Tanpa sadar dia menyanggah. "Apa maksud kamu?!" Tanyanya pada Angel.
"Ibu Lo nyariin Lo, dia minta gue jemput Lo. Tadi dia bilang sama gue buat nyusul Lo di kafe ini."
Atala menggeleng cepat. Gerakan kepalanya membuat Awan menatapnya, lalu beralih pada Angel. "Gue sendiri yang akan nganterin Lala pulang."
"Tapi gue sendiri yang di suruh Wan. Kalau di tanya gue mau bilang apa pas tau kalau Atala nggak bareng gue."
Tanpa persetujuan dari Awan Angel langsung menarik pergelangan tangan Atala. Erat, hingga Atala mengaduh pelan. Awan mencegahnya namun Angel berhasil menepisnya dengan kasar. Hingga di pintu depan Awan berhasil mencegah Angel. "Lepasin Atala, tanganya bisa sakit kalau Lo pegangnya erat banget." Katanya sambil mengambil alih pergelangan tangan Atala ke tanganya.
"Serah gue! Ini bukan urusan Lo!." Kata Angel kembali menggenggam tangan Atala.
"Aku nggak papa Wan." Kata Atala sembari menjauh mengikuti langkah Angel. Awan terpaku di tempat. Ia tatap lekat lekat mata coklat Atala yang mulai menjauh dari pandanganya.
Sedangkan dari sisi Atala, dia mencoba menahan sakit di pergelangan tangannya. Angel menyeretnya dengan tidak kemanusiaan sambil memaki Atala dengan seenak jidatnya.
Lalu selang beberapa detik dia menghentikan taxi yang melewatinya. Ia paksa lalu mendorong Atala untuk masuk ke dalam mobil taxi.
"Jalan pak!" Perintahnya pada sopir taxi.
Tanganya masih setia mencengkeram kuat pergelangan tangan Atala. Rahangnya semakin mengeras. Matanya memerah, terlihat siap untuk memakan Atala hidup-hidup.
Tak lama mereka sampai di depan pagar rumah yang menjulang tinggi. Selesai memberikan ongkos pada tukang taxi, ia langsung menyeret Atala ke dalam rumah.
Angel buka pintu dengan membantingnya. Ia dorong tubuh Atala hingga tersungkur ke lantai dingin rumahnya. Angel membanting vas bunga yang ada di meja dekat pintu rumahnya. Vas bunga itu pecah menjadi kepingan yang tak beraturan.
Hati Atala berdesir ngeri. Membayangkan vas bunga yang mungkin sudah tak berbentuk, membuatnya menelan salivannya dengan rakus. Angel kemudian menghampirinya, ia Jambak rambut Atala dengan kasar kemudian mendorong kepala Atala hingga bertemu dengan lantai.
"Berani Lo! Berani Lo temuin Awan di belakang gue!" Teriaknya tepat di telinga kanan Atala sambil menjambak kembali rambut Atala yang di gerai.
"Gue udah pernah bilang sama Lo buat jauhin Awan! Apa sekarang Lo juga jadi budek?!"
"Dia yang deketin aku duluan bukan aku duluan yang deketin dia!" Kata Atala sambil memegang pergelangan tangan Angel.
"Sampah! Mulut Lo kayak racun! Awan itu ganteng, dia tajir, pinter mana mau dia sama orang kayak Lo! Buta, nyusahin, dan sayangnya masih hidup!"
"Lepasin!" Teriak Atala.
Angel tertawa dan semakin menguatkan jarinya menarik rambut Atala. "Lepasin? Lo minta di lepasin tuan putri? Nggak akan tolol!" Katanya.
Dari atas tangga terdengar derap langkah menghampiri mereka. Dua orang yang menyandang status sebagai suami istri itu melihat tak percaya di bawah lantai yang mereka hampiri.
Bagas berlari sambil melepas tangan Angel dari rambut Atala. "Kamu ini gila, kepala Atala bisa sakit." Ujarnya pada Angel.
Ambar berjalan ke arah Bagas lalu berkata"Mas! Dia juga anak kamu. Berani-beraninya kamu bilang kalau dia gila!" Sambil memukul lengan Bagas.
Bagas tak menggubris perkataan nya. "Lepasin Atala Angel."
"Nggak mau! Papa nggak tau aja dia udah ngelakuin hal menjijikan di luar sana malam-malam begini pa." Kata Angel manipulasi kata-katanya.
Bagas terdiam lalu mengalihkan pandangannya ke arah Angel sepenuhnya. "Dia jadi pelacur di klub malam pa." Ujarnya pada Bagas.
Atala berusaha berdiri. "Enggak ayah, Angel bohong. Dia bohong ayah. Atala nggak begitu." Kata Atala, air matanya jatuh ke pipinya tanpa ia sadari.
Bagas terdiam. Pandangannya kosong ke arah dinding di depannya. Dia tak menggubris tangan Atala yang menyentuh kakinya. Matanya mulai berair. Lalu dia teringat dengan kesalahannya dulu yang menghamili Ambar saat ibu Atala tengah mengandung Atala.
Air matanya kembali menetes. Bayangan itu kembali menelusup angannya. Dimana dia membuat gadis anak orang hamil di luar nikah dan membuat orang tuanya menderita. Pun juga istrinya.
Bagas mengusap tetesan air matanya. Ia tak pernah menyangka, perlakuanya pada anak gadis orang akan menurun ke anaknya. Dan bagaimana jika Atala juga hamil sebelum dia menikah?
Bagas menyatukan gigi-giginya. Rahangnya mengeras, lalu dia berjongkok menggenggam tangan Atala lalu menyeretnya dengan kasar. Padahal posisi Atala masih di lantai, belum menginjakkan kakinya sepenuhnya di atas lantai.
Namun dengan tega. Bagas tak memperdulikan itu, ia tetap menyeret Atala hingga di ujung tangga sekalipun. Atala hanya mampu menangis, lalu memohon agar Bagas melepaskannya.
Bagas mendorong tubuh Atala ke dalam kamarnya. "Sejak kapan kamu melakukan hal itu Ta?!" Tanya Bagas sambil mencengkeram kuat dagu Atala hingga Atala mendongak.
"Atala nggak bohong ayah, Atala nggak pernah ngelakuin hal menjijikan itu."
"Omong kosong Atala! Kamu udah kotor! Apa kamu belum cukup membuat ayah menderita atas penyesalan ayah di masa lampau. Kenapa kamu malah mengikuti jejak ayah?!".
"Tapi Atala nggak bohong ayah, At-"
Perkataan Atala terpotong. Kepalanya terjungkal ke belakang. Darah segar mengalir di pelipisnya karena terbentur lantai cukup keras, dan cukup membuat hati Atala berdesir.
Di ambang pintu, Bagas mengarahkan matanya tajam ke arah Atala. "Besok lusa kita periksa keperawanan kamu ke dokter!"
-Inda
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind
Teen FictionAku nggak butuh mata, jika itu hanya mengambil salah satu nyawa. _Atala Ulfiana. Written by IndaPurna 28 November 2019 End 16 Maret 2020