Pagi menyapa, Atala berdiri di dekat jendela kamarnya. Ini hari Minggu, biasanya Neta akan kembali bertamu ke rumahnya. Membawakan sejuta cerita yang nantinya akan ia dengar dengan senang hati.
Sebelum berniat duduk bersila di lantai, pintu kamar Atala terdengar di ketuk. Membuat gadis itu menoleh ke sumber suara lalu betapa senang karena apa yang ia pikirkan benar-benar terjadi. Neta sudah berdiri di sebelahnya setelah menyapanya terlebih dulu.
"Sudah makan belum?" Tanya Neta sambil mengajak Atala duduk di sisi ranjang.
"Sudah, tadi bi Inem yang nyuapin," Kata Atala.
"Obatnya udah di minum kan?" Neta kembali bertanya, sembari melirik obat yang tergeletak di meja.
Atala mengangguk.
"Gimana tuh bapak lo? Udah enggak marah kan?"
Atala tersenyum getir. Nyatanya keadaan memang sudah membaik, tapi tidak dengan suara Bagas yang masih meninggi saat berbicara dengan Atala. Mungkin tentang perceraian yang dibahas Atala kemarin sore.
Namun, bukankah perkataan Atala ada benarnya. Jika istrinya tak bisa membuatnya lebih baik, untuk apa di pertahankan. Lagi pula apa Bagas tidak merasa bahwa jarak antara dia dan Atala merenggang karena Ambar?
Atala menghembuskan nafas pelan, jika dia tak segera menyingkirkan wanita jahat itu, hidup ayahnya juga Atala pasti tak akan pernah akur. Entah apa yang di rencanakan wanita itu, jika ia menginginkan harta milik Bagas lalu untuk apa dia tak mencuri semua uang yang di miliki Bagas lalu pergi dari sini? Kenapa dia masih tetap disini?
Apa dia mau menyiksa Atala? Apa kurang cukup semua perlakukan yang dia lakukan pada Atala? Apa Ambar belum puas membuat Bagas untuk tidak mengizinkan Atala lanjut sekolah? Apa masih kurang dengan Atala yang mengalah atas permintaannya pada Atala untuk jangan operasi mata?
Kenapa begitu kejam sekali wanita itu masih menginginkan hidup Atala menderita?
"Ta?" Panggil Neta membuat lamunan Atala teralihkan.
"Iya?"
"Kok bengong sih? Gue tanya gimana tuh bapak lo, masih marah enggak sama lo?"
"Ya kayak biasanya aja, marah terus minta maaf. Marah-marah lagi terus dateng lagi, minta maaf lagi," Kata Atala dengan senyum palsu.
Dari pintu kamar Atala terdengar kenop pintu terbuka. Langkah kaki menuju ke arahnya membuatnya juga Neta mengalihkan pandangan ke arah gadis yang berjalan dengan tangan di lipat di depan perutnya.
Matanya menajam sinis ke arah Neta lalu beralih ke arah Atala. Sebelum kemudian berhenti tepat di depan jendela sambil menatap Atala dan Neta.
"Gimana Ta? Enak enggak dapat tamparan dari papa?" Tanya Angel sinis.
Atala terkesiap. Pendengarannya menggema suara Angel.
"Kok hawanya tiba-tiba panas ya? Kayak ada makhluk kasar yang datang gitu," Ujar Neta. Sembari mengipas-ngipas tangannya di depan mukanya. Berniat membuat Angel dongkol.
Angel merapatkan gigi-giginya saat itu. Rahangnya mengeras, matanya tajam tertuju ke arah Neta persis seperti singa yang kelaparan.
Angel berdiri, berjalan ke arah Atala lalu menendang tongkat yang di pegang Atala. Atala terperanjat tapi tidak dengan Neta. Neta berdiri, mengadu matanya dengan mata Angel tak kalah tajamnya.
Emosinya mulai menguasai dirinya, ia tak masalah jika harus berhadapan dengan Angel hari ini. Mungkin hanya tangannya yang akan kotor karena meremukkan tulang-tulang Angel.
"Gue enggak punya masalah sama lo!" Kata Angel sambil mendorong tubuh Neta ke belakang.
"Jangan suka ikut campur urusan orang!" Kata Angel kembali mendorong Neta.
Neta terjatuh, Atala pun berdiri dengan berpegang ujung meja. Ia tundukkan dirinya, meraba lantai yang dingin untuk mencari tongkatnya, namun belum berhasil tongkatnya ia temukan, Angel lebih dulu menginjak tangan kirinya.
Atala meringis, sakit.
"Angel! Dasar anjing!" Kata Neta lalu berdiri dan mendorong tubuh Angel sampai terbentur dinding belakang.
"Gue udah bilang sama lo! Jangan ikut campur urusan orang!" Emosi Angel meluap. Ia berjalan ke arah Neta, menjambak rambut Neta, sebelum kemudian tangan Angel berhasil di pelintir oleh Neta.
"Lo orang?" Tanya sinis Neta.
Atala berdiri setelah menemukan tongkatnya. "Net?" Panggilnya sambil merentangkan tangannya lalu tongkatnya tak sengaja mengenai kaki Angel. Angel mengaduh. Namun Atala segera mengalihkan tongkatnya.
"Lepasin gue!" Teriak Angel sambil memegang erat tangan Neta. Berusaha untuk menyingkirkan tangan Neta dari lengannya.
"Udah Net lepasin, pawangnya bisa masuk nanti," Ujar Atala. Sembari mengatai Ambar.
"Gue enggak takut Ta. Ini gue balesin buat lo."
Namun pada akhirnya, Neta mengalah karena rengekan Atala. Angel segera keluar dari kamar Atala setelah mengumpat beberapa kali.
Neta tersenyum bangga, pun Atala yang tak kalah bahagia atas perlakuan Neta yang berhasil membuat Angel marah. Sepertinya ini momen yang sangat langka dan perlu di tandai tanggalnya agar bisa merayakannya setiap mengingatnya.
☁️
☁️
☁️
Neta tertawa renyah. Dibawah terik matahari yang menyengat kulit, Neta dan Atala memilih duduk di bangku taman tempat biasanya mereka bertemu.
Keduanya saling menertawakan Angel.
Namun tak berlangsung lama ketika Awan juga kedua temannya ikut bergabung di bangku mereka.
"Oi bro!" Sapa Alvian sambil mengajak tos Neta.
"Najis!" Umpat Neta, tanpa membalas sapaan tangan Alvian.
"Eh ... Dugong, enggak usah sok jijik gitu mukanya! Inget ya, lo kemarin kalah nge-game sama gue! Jadi gue mau nagih janji lo, kalau gue menang."
Neta mengernyit. "Eh ... Asu! Gue enggak pernah janjiin apapun ya sama lo!"
"Etdah, enggak usah pura-pura lupa deh ratu iblis. Namanya janji tetap harus dilunasi. Jadi gue minta di traktir makan pizza."
Bara memukul belakang kepala Alvian.
"Cowok kok minta traktir!" Ejek Bara, Alvian mendengus.
"Idih, kenapa ikutan sewot lo? Cemburu?"
"Mata lo semburu!" Kata Bara nyaris bersamaan dengan Neta. Sebelum mereka sama-sama saling membuang muka karena kikuk.
Atala tersenyum. Dengan tak sadar Awan pun juga tersenyum, ketika melihat Atala melengkungkan bibirnya ke atas.
"Cie barengan!" Goda Alvian pada Neta dan Bara.
"La, kita jalan-jalan yuk." Ajak Awan pada Atala sambil meraih telapak tangannya.
"Cie, yang lagi mau pacaran!" Lagi-lagi suara Alvian menggema membuat Awan berdecak pelan karena terganggu.
"Kemana?" Tanya Atala.
"Di hati gue juga boleh."
Na.
![](https://img.wattpad.com/cover/206815685-288-k833543.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind
Teen FictionAku nggak butuh mata, jika itu hanya mengambil salah satu nyawa. _Atala Ulfiana. Written by IndaPurna 28 November 2019 End 16 Maret 2020