Dua hari setelahnya. Tepatnya hari Selasa sore, Atala kembali berkunjung ke taman yang entah sejak kapan sudah menjadi tempat favoritnya. Atau mungkin karena dia baru saja menyandang status sebagai pacarnya Awan?
Hari ini, lebih tepatnya sore ini Neta mengantarnya. Namun cuma mengantarnya, karena dia harus secepatnya kembali ke rumah entah untuk apa.
Mengingat percakapan Atala dan Awan kemarin sore membuat sudut bibir Atala tertarik, tentu saja dia bahagia karena Awan akan mengajaknya pergi ke kafe tempat biasanya Awan manggung.
Derap langkah kemudian mendekati Atala, sembari berbisik dan membuat telinga Atala terasa digilitik. "Aroma-aromanya kayak ada yang beda."
"Aroma apa?" Tanya Atala dengan kening mengernyit.
"Aroma yang buat gue jadi semakin cinta."
Atala menggembungkan pipinya, menahan malu sekaligus menutupi rona merah yang menghiasi wajahnya, tentu saja Awan semakin merasa gemas.
"Cantik banget sih hari ini, pacarnya siapa coba?" Kata Awan menggoda Atala sambil mencubit gemas hidungnya lalu duduk di samping Atala.
"Wangi banget sih hari ini, mau ketemu siapa coba?" Tanya Atala berbalik menggoda Awan.
"Masa sih? Kewangian ya, atau Lo enggak nyaman?" Kata Awan sambil mencium bau bajunya berulang kali, mengendus-endus nya lalu menghirupnya.
"Aku bercanda." Kata Atala akhirnya. Awan mengentikan tingkahnya, lalu menatap si pemilik manik coklat indah itu.
Awan memperhatikan Atala. Rambutnya yang di kuncir belakang dan hanya menyisahkan beberapa helai membuat sudut bibir Awan terangkat. Putih wajah Atala serta kulit halusnya membuat Awan betah menggenggam tangan gadis itu selama yang ia mau.
"Kamu enggak jadi manggung?" Tanya Atala.
"Jadi, tapi entaran aja. Masih mau liatin lo."
Atala tersentak. "Kenapa liatin aku?"
"Memangnya kenapa? Kan lo pacar gue."
Detak jantung Atala memompa, berdetak kehilangan ritmenya. Awan yang melihat tingkah kikuk Atala tersenyum puas sekaligus menahan gemas. Sebelum akhirnya Awan merangkul tubuh mungil Atala dalam dekapannya.
"Biarin gue istirahat sebentar di pelukan Lo." Katanya dengan mata terpejam. Kepalanya bersandar di bahu kanan Atala, sedangkan tangannya belum berhenti bermain-main dengan rambut Atala.
Waktu berlalu, dan Awan benar-benar terlelap di pelukan Atala. Entah kebaikan apa yang dilakukan Atala pada masa lalu, sehingga dia bisa mendapat laki-laki sebaik Awan.
Hingga tak lama, Awan terbangun. Sesekali merentangkan urat lehernya.
"Lo capek ya La, kenapa nggak bangunin gue tadi?" Kata Awan sembari mengarahkan tangannya ke bahu yang baru saja menopang kepalanya.
"Enggak papa, yang penting kamu bisa istirahat." Kata Atala lalu tersenyum.
Awan menggerakkan tangannya di bahu Atala. Atala mengerjap. "Kenapa di pijit?"
"Biar nggak capek. "
☁️
☁️
☁️
Atala terkesima, ini pertama kalinya dia mendengarkan Awan bernyanyi. Selepas turun dari panggung pun, Atala tak lepas dari sosok awan yang telah duduk di kursi sebelahnya. Yang kemudian diikuti Bara dan juga Alvian.
"Gimana suara gue, La?" Tanya Awan.
Atala tersenyum. "Bagus banget nget nget."
"Nget nget?"
"Iya, nget nget."
Kemudian mereka tertawa. Memang terkadang hal se-random apapun itu, akan terdengar menyenangkan dari orang yang kita sayang meski tak jelas.
"Iya dong siapa dulu yang main piano nya? Vian," Kata Alvian bangga sambil menepuk dadanya.
"Ngaco! Ya gue lah, permainan drum gue jauh lebih nyahoo ketimbang Lo, iya nggak Ta?" Tanya Bara menyahut tak terima, setelah menggeplak kepala Bara.
"Iya. Semuanya bagus."
"Kalau gue?" Tanya Awan tiba-tiba.
"Lo budek Wan? Bukanya Atala udah bilang semua bagus, masih nanya aja," Sahut Alvian.
Atala tersenyum seraya menjawab. "Kamu sama bagusnya kayak Bara sama Alvian kok Wan."
Awan berdecak sambil memutar matanya. Dia terlalu tak terima jika Atala menyamakannya dengan Bara juga Alvian. Apa Atala tak tahu jika Awan sudah bernyanyi semaksimal mungkin untuk Atala.
Kedua teman Awan lalu memilih berpindah tempat, menyisakan Awan dan Atala yang masih terpaku tanpa suara.
"Awan?" Panggil Atala akhirnya.
"Hmm?"
Atala mengernyit. Sikap aneh Awan yang tiba-tiba diam menimbulkan banyak tanya, sebelum Atala mengerti akan suatu hal dan kembali bersuara. "Kamu lebih bagus dari Alvian sama Bara kok. Kan kamu Awan nya Atala."
-Inda
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind
Teen FictionAku nggak butuh mata, jika itu hanya mengambil salah satu nyawa. _Atala Ulfiana. Written by IndaPurna 28 November 2019 End 16 Maret 2020